Dua puluh

8.7K 405 5
                                    

Sangat disayangkan jadi pria yang bernama arka wijaya ini, yang tidak bisa mengendalikan emosi dan perasaannya,beda sama raka yang terlihat konyol seperti raka bukan kakak kandung arka.

Kalau papa mereka?pak wijaya? Sangat humoris,mungkin sudah tua ini saja,atau arka mewarisi sifat muda papa nya dan raka mewarisi sifat tua papanya? Oh,maybe.

Arka berjalan menuju kelas nya,hari ini ia tak pergi bersama ricky dan revan karena ia tak bisa mengendalikan kekesalannya kemarin akibat perkataan mereka berdua. Tapi arka bukan lah anak kecil yang melarut larutkan masalah.

"Eh abang arka udah datang" goda ricky yang duduk dikursi arka. Pria itu berpindah tempat setelah melihat arka yang ingin duduk.

"Kaaa liat tugas fisika,ini gue udah cari berkali kali ga dapet dapet isinya" rengek revan diangguki oleh ricky

Arka hanya melemparkan tasnya ke arah revan dan dengan lincahnya revan menangkap tas yang dilempar arka.

"Besok kalau gue pinjem baju lo,sekalian aja lo lempar lemari ke gue ya" sindir revan dengan nada sinis lalu mengerjakan tugas fisika nya itu.

"Oke" jawab arka langsung.

Revan dan ricky manyun manyun saja,dasar es batu ini tak tau dengan kata kiasan.

"Eh btw ka,lo udah tau soal tasya belu--aw!" Ricky keceplosan dan sesegera mungkin revan menginjak kaki pria disebelahnya ini.

Arka merasa ada yang mereka rahasiakan.

"Maksud si ricky, yang soal tasya ngerayain menangnya dia lomba" elak revan dan dianggukan oleh arka.

Arka wijaya tetaplah seorang arka wijaya,ia tak mungkin langsung percaya dengan omongan kedua kunyuk ini, ia tau kali ini mereka menutupi sesuatu darinya.

"Kenapa?" Tanya arka dengan nada dingin membuat ricky dan revan mati kutu harus jawab apa.

"Apanya ka?" Jawab revan pura pura tidak mengerti

"Lo sembunyiin apa dari gue?" Oke!kali ini arka mengeluarkan pertanyaan yang bisa bisa membuat ricky dan revan tak memiliki lawan bermain ps jika arka tak menegur mereka.

Jangan salah,arka kalau marah bisa saja ia tak menegur ricky dan revan selama 1 bulan,ataupun lebih. Ia tak suka dibohongi ataupun ada rahasia diantara mereka bertiga.

"Anu... Tanya ricky deh,gue nggak fokus nulis sambil bicara" elak revan dan langsung melanjutkan menyalin pr fisika.

"Apa?" Tanya arka menghadap pada ricky membuat ricky menghentikan aktivitas menulisnya.

"Lo nanya gue ka?" Tanyanya balik pura pura tidak tau.

Arka menatap keduanya sinis,ia sangat yakin mereka berdua menutupi sesuatu.

"Ka? Kan lo nggak suka sama tasya,dan nggak pernah juga kan ngerespon dia? Jadi, nggak penting juga deh bagi lo kalau gue cerita" elak ricky membuat arka sangat ingin mengadu kedua kepala kunyuk ini.

"Lo kasih tau atau gue cari ta--"

"Tasya diserang aini kemarin" jawab ricky dengan cepat karena ketakutan dengan ancaman arka.

Revan memukul jidatnya,mengapa temannya satu ini mulut ember sekali. Ancaman arka itu tak benar benar,ia hanya menakuti saja. Pria bodoh.

Arka berdiri dan berjalan menuju keluar dengan tatapan dingin kali ini plus mematikan.

•••

"Lo jangan kira bisa rebut arka dari gue oke?" Bentak aini pada tasya yang duduk dimejanya

Dia Arka [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang