Tiga Puluh Tujuh

9.1K 363 2
                                    

Jangan lupa follow dan subscribe
Instagram: @mydiaanggn__
Youtube: meydia anggun putri

•••

Tasya tak henti hentinya menangis sambil mengompres lebam di wajah arka,arka sampai sekarang tak sadarkan diri setelah ia dibawa ke hotel.

"Kak arka, kak arka bangun" pinta tasya pada pria yang tak sadarkan diri itu.

"Udah sya, arka pasti bangun kok" ujar revan menenenangkan tasya.

"Iya sya,lo jangan nangis terus" ujar luna merangkul bahu tasya.

"Gimana coba gue nggak nangis kalau kak arka dalam keadaan gini?" Bantah tasya.

Tiba tiba tangan arka memegang pergelangan tangan tasya.

" kak arka? Kak arka udah sadar? Kak arka dengar tasya kan?" Ujar tasya panik

"Ka? Lo nggak papa kan?" Ujar revan yang sedari tadi menemani tasya dengan luna didalam kamar itu.

"Hm" jawab arka dengan ekspresi meringis.

"Kak arka jangan duduk dulu, tasya masih mau obatin luka kakak" jelas tasya menghalang arka mau duduk.

"Gue nggak papa" jawab arka menolak tasya mengompresnya.

"Lo jangan gitu arka" tegur revan dan arka menurut wajahnya dikompres.

Arka menghentikan tangan tasya mengobatinya pria itu memegang tangan mungil itu.

"Gue lagi mau sendiri sya" pintanya dengan nada bisikan pada tasya.

•••

Tasya menduduki dirinya dirooftop hotel,ia ingin membuang sesak yang ia rasakan dengan perubahan sikap arka yang menjadi sangat dingin padanya.

Apa lagi saat arka berkata ia ingin sendiri tadi.

Ingin sekali tasya menumpahkan air matanya di atas gedung hotel yang tinggi ini.

Tasya menangis didudukan kursi yang ada di rooftop hotel,entah tangisan apa,pokoknya tasya sangat ingin mengeluarkan tangisan itu.

Tasya harus memilih salah satu dari keduanya.

Memang rasa sayang itu masih ada untuk bayu,tetapi sayangnya rasa sayang itu sudah menjadi rasa benci selama 2 tahun lamanya.

Bagaimana arka tau akan hal ini?

Tasya berdiri dengan memasukan kedua tangannya didalam saku jaket dengan mata yang memandang pantai yang bersinar dibawah itu.

"Ekhemm" ujar pria yang sekarang menduduki dirinya dikursi tasya barusan.

Tasya hanya menoleh sekilas lalu ia membuang arah pandangannya lagi ke pantai.

"Duduklah disana, agar saya ceritakan kepada anda betapa buruk hari hari saya saat anda tiada" ujar tasya dengan kata kaya bijaknya itu. Pria yang berada dikursi itu memilih menjajarkan tubuhnya disebelah tasya.

Tasya sedikit mengangkat dagu maupun kepalanya seperti orang sedang menahan tangis.

Bayu memandang tasya dengan tatapan kehancuran akan yang tasya rasakan selama ini.

Dia Arka [END]Where stories live. Discover now