Tujuh Puluh Dua

6.3K 262 6
                                    

"Kak arka bagusan pakai daleman kaos putih ini sama jas hitam ini" ujar tasya memilihkan baju untuk arka yang sibuk memilih milih jas apa yang akan ia kenakan.

"Kamu pake warna apa?"

"Kalau tasya dress putih kak" jawab gadis polos itu.

"Oh iya,pantess" jawab arka seperti meledek.

"Pantes apa?" Ujarnya melotot.

"Pantes, kan calon dokter hehehe" goda pria itu terkekeh.

"Apaan sih pak arsitek!" Ambek tasya yang ikut meledek arka.

"Jadi kamu mau aku pake dresscode navy ini,atau monochrome ini?" Ujar arka menyetarakan baju itu ke tubuhnya.

"Monochrome aja kak" jawab tasya terkekeh.

"Mau banget samaan" guman arka lalu meletakkan pakaian yang berwarna navy tadi ketempat semula.

"Tasya denger ya!" Tegasnya membuat arka mengacak gemas kepala gadis itu.

Kedua nya berjalan menuju kasir dan membayar pakaian yang mereka beli,setelah selesai bertransaksi,mereka berdua keluar dari store itu.

"Mau makan apa?" Tanya arka menatap hangat pada tasya.

"Apa aja,asal sama kak arka" jawab tasya ia buat seimut mungkin.

Gadis ini sedang menggoda arka.

"Nakal" jawab arka mengacak gemas kepala gadis itu lalu ia masuk ke salah satu restaurant dimall itu.

"Mbak, saya pesan pasta satu sama capcai,oh iya capcainya gapake udang ya.." Pinta arka lalu dicatat oleh pelayan itu.

"Ka-ka arka ingat?" Tanya gadis itu gugup.

"Ingat apa?" Jawab arka dengan tatapan menggoda.

"Minumannya mas?"

"Jus jeruk aja 2 mbak" pinta arka lalu pelayan itu meninggalkan tempat mereka.

"Kak arka udah ingat semuanya? Kok kak arka tau kalau aku nggak suka udang?" Tanyanya lagi,ekspresi tasya berubah menjadi gugup.

Arka tersenyum menstabilkan dirinya.

"Aku hanya bisa ingat hal hal kecil aja tasya" jawabnya mengacak rambut tasya.

"Bentar ya,aku ke toilet dulu" pamitnya lalu meletakkan kunci mobil dan ponselnya diatas meja mereka.

"Iya kak..jangan lama lama" pinta tasya tersipu malu,lalu arka mengedipkan satu matanya genit.

"Hanya hal hal kecil?" Ujar tasya lagi mengulang kata kata arka.

"Aku berharap lebih kak.. Aku ingin kak arka ingat semuanya lagi.." Lirih gadis itu.

Drrrrrrttttt drrrrrrttt

"Kak ricky?" Ujar tasya membaca nama penelfon diponsel arka itu.

"Aku angkat atau nggak ya? Kan ga enak,kak arka nya lagi dibelakang" ujar gadis itu mempertimbangkan niatnya.

"Tapi mana tau itu penting.."

"Angkat aja deh"

Gadis itu menangkat,belum sempat ia mengatakan hallo,ricky sudah mengomel saja.

"Arka? Lo lagi sama tasya kan?"

"Pastiin lo nggak ketahuan, kita nggak mau lo ketahuan soal amnesia lo yang pura pura itu."

"Ah! Pokoknya kita cuma ingatin aja,soalnya lo seharian ini sama tasya,jangan kebablasan lo,awas keceplosan"

"Udah gue tutup dulu,susah ngomong sama ice kutub, gabakal lo jawab juga"

Tuttt tuttt tuuuttt

Telfon itu mati secara sepihak,tasya yang memegang ponsel itu seketika gemetar,ia menjatuhkan ponsel itu diatas meja yang ia tempati sekarang.

Tasya menutup mulutnya dan matanya memanas.

"Sya..udah datang pesanan--"

"PENIPU!" Ujar tasya yang gemetaran tanpa menatap mata hazel arka. Tentunya gadis ini menatap tajam layar ponsel yang ia jatuhkan itu.

"Sya? Kam-kamu kenapa?" Tanya arka yang mulai duduk,ia melihat tasya mengatakan hal itu dengan air mata yang menetes.

Setelah itu tasya tersenyum meremehkan arka.

"Selama ini hanya aku yang tulus sama kak arka! Tapi balasannya apa?" Ujar gadis itu yang mulai berdiri dengan air mata yang tak bisa ia tahan.

"Kamu kenapa hey,jelasin dul---"

"Tasya salah apa sama kak arka? Sebenci apa kak arka sama tasya? Sampai sampai kak arka setega itu bohongin tasya kalau kak arka amnesia!" Ujar gadis itu menatap tajam arka,ia tak tahan menahan air matanya yang keluar itu.

"Aku bisa jelasin sya.." Lirih arka menahan lengan tasya.

"Lepasin!" Tepis gadis itu.

"Dulu apa? Dulu kak arka juga bilang gini, kak arka selalu saja ingin jelasin,tapi jelasin apa?" Tanyanya lagi,banyak orang menoleh pada mereka.

"Seharusnya memang pantas kita nggak dipertemukan lagi" ujar tasya miris lalu meninggalkan arka disana.

Sial!

Arka segera mengecek ponselnya,lalu pria itu melirik panggilan terakhir yang tasya angkat tadi.

Arka menelfon sipemilik nomor.

"Hallo ka? Kenapa? Masih ga jelas apa peringatan gue tadi? Hati hati tasya tau kalau lo pura pura am--"

"Dia udah tau!" Tegas arka besuara dingin.

"Hah? Mak-maksud lo? Lo cerita semuanya?"

"Lo yang kasih tau!" Tegas pria dingin itu membuat ricky terdiam.

"Ka! Maaf buk-bukan maksud gue.. Gue kira ponsel itu sama lo--"

"Dia pergi.." Lirih arka.

"Ka,dengerin dulu--"

"Lo misahin gue lagi.." Lirih arka dengan nada yang meremehkan.

"Ka! Lo kerumah sekarang,kita nyusul kesana,ini harus dibicarain!" Pinta ricky lalu mematikan ponselnya secara sepihak.

Arka tersenyum lirih,ia langsung membayar makanan yang belum sempat datang itu.

Jangan pergi lagi sya.. -batin arka

TBC

Dia Arka [END]Where stories live. Discover now