Lima Puluh Sembilan

8.6K 334 5
                                    

Hari pertama pergi kesekolah tanpa arka. Gadis ini memilih naik taxi karena aunty sudah berangkat dari pagi pagi.

Ia sengaja menon-aktifian ponselnya dari semalam hingga saat ini,yaa walaupun matanya terlihat amat sembab pagi ini, ia menangis semalaman.

Gladys pun begitu, ia bingung akan kata kata yang diucapkan arka kemarin,lalu pria itu pergi begitu saja meninggalkan apartement yang ditempati gladys.

Disaat gladys menelfon-nelfon arka tetapi pria yang ditelfon sedang panik menelfon tasya yang tak kunjung mengangkatnya.

Ada apa sebenarnya?

Talia juga mengurungkan niatnya,mungkin nanti saja. Aurel maupun luna sudah berencana mengatakan siapa arka sebenarnya,tetapi mereka ditahan oleh ricky dan revan.

Biarkan arka dan tasya menenangkan dirinya masing masing,dan mereka juga tak ada hak ikut campur,karena itu masalah pribadi mereka.

Setelah keluar taxi,tasya jalan menunduk sambil memegang kedua tali tas nya,seperti orang tak ada semangat untuk datang ke sekolah. Sampai sampai ia tak menoleh pada pria mobil sport hitam yang baru saja ia lewati.

Arka memandang tasya dari dalam mobilnya yang berjalan nunduk.

"Sayangnya gue nggak sanggup pergi,sya" lirih arka miris dengan senyuman penuh luka.

Bell masuk telah berbunyi,arka pun hanya melewati kelas tasya walaupun ia melihat kelas itu sudah tertutup,atau sengaja?

Walaupun dalam keadaan kacau,pria dingin ini memang tak bisa menghilangkan tatapan dinginnya pada orang orang.

Arka hanya melemparkan tasnya ke meja,lalu pria itu meninggalkan begitu saja kelasnya,padahal sebentar lagi guru akan datang.

"Lo mau kema-na.." Ricky yang ingin menghalangi arka ucapannya terhenti disaat revan menahan tangan ricky.

"Biar aja dia nenangin diri dulu" ujar revan lalu ricky duduk lagi seperti semula.

"Sabar ya, padahal lo nggak salah,malah lo yang dilempar" iba ricky mengelus tas arka yang ia lempar begitu saja.

"Goblog!" Cibir revan.

Arka menatap datar jalan yang lurus menuju rooftop sekolah itu,ia tak menghiraukan teriakkan histeris fansnya yang masih berada diluar itu.

"Eh arka kamu--"

Ucapan guru itu saja dilewati arka tanpa ia dengar,tak biasanya pria ini begitu.

Tapi karena arka termasuk murid berprestasi,guru itu hanya menganggap arka mungkin ada urusan makannya ia keluar disaat pelajaran akan dimulai.

Setibanya di koridor,pria itu menidurkan dirinya dikursi panjang yang ada disana,hidupnya hambar mulai hari ini, ia menidurkan dirinya di kursi panjang itu dengan kepala ia taruh diatas tangannya sebagai penopang.

Arka melirik ponselnya miris. Ia tersenyum seakan senyum yang penuh luka..

56 panggilan keluar - itu yang ia lakukan semalaman ini,tetapi tak ada yang diangkat dari 56 panggilan itu.

Apa yang harus arka lakukan kali ini? Apakah ia harus diam saja?

Tetapi arka tak ingin ucapan tasya kemarin ia dengar lagi untuk yang kedua kalinya,atau yang sesungguhnya.

"Hei! Tasya? Kamu mengerti apa yang saya jelasin barusan?" Tanya guru itu pada gadis yang melamun.

"NATASYA!" Panggil ini itu lagi. Tetapi gadis itu masih saja melamum.

"Syaaaa! Bu maya panggil lo" bisik luna menyadari gadis itu dari lamunannya.

"Eh-iya ha-hadir buk saya disin--" jawaban tasya terhenti seketika semua teman dikelasnya tertawa.

Dia Arka [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon