Enam Puluh Dua

6.1K 256 8
                                    

"Glad,bentar ya. aku pesan dulu makan-"

"Nggak usah, aku aja. Kamu duduk aja disini" tahan gadis itu mendudukan tasya lagi.

"Nggak usah glad,aku aj--"

"Bentar ya,aku pesan dulu" elak gladys lalu gadis itu meninggalkan kedua insan itu disana,semuanya memecahkan suasana canggung.

Arka meletakkan ponselnya,ia menatap tasya lekat,walaupun gadis itu membuang pandangannya..

"Sya..-" ujar arka memulai dengan memegang tangan tasya, dengan cepat tasya mengelak.

"Eh,iya" jawab gadis itu mengelakkan tangannya.

Arka menghembus nafas kasar terhadap sikap dingin tasya itu.

"Kita harus bicara" pinta arka.

Mata tasya mulai berkaca. Ia tak bisa mehana kerinduan ini,kerinduan dengan gombalan receh arka, bagaimana sikap dingin pria itu.

Gladys sengaja berlama di tempat pesanan itu,ia sambil melihat kedua insan itu mulai berbicara,walaupun tawanya ini sangat miris..

"Maaf" lirih arka memegang tangan tasya,tak bisa menahan-tasya menjatuhkan buliran air matanya.

"Kak.." Ujar tasya tersenyum penuh luka.

Arka mendengar panggilan itu,ia menatap tasya dengan hangat.

"Aku udah nggak bisa lagi lanjutin hubungan ini.." Lirih gadis itu tanpa melihat arka dengan mata yang berair ia melepaskan perlahan genggaman itu.

"Kenapa? Gue nggak bisa. Gue butuh lo" pinta arka dengan nada teduhnya,tasya masih saja tak menatap arka.

"Gladys lebih butuh kakak.." Ujar tasya lalu gadis itu berdiri ingin meninggalkan tempat itu,tetapi ia berhadapan dengan gladys.

"Glad, aku harus pergi..." Ujarya lalu benar benar meninggalkan cafe itu.

Arka mengejar kepergian tasya,lalu gladys juga mengejar pria itu.

"Jelasin apa alasan lo syaa.." Lirih arka yang bisa menahan lengan tasya saat gadis itu berada diluar cafe.

Tasya membalikkan tubuhnya menghadap pada arka, ia menuduk.

"Karna.." Lirihnya serak

Tanda mendengar lagi,arka memeluk erat gadisnya itu,kali ini tasya pasrah dan menangis keras didalam pelukan hangat yang arka berikan itu.

"Gue rindu.."

Seketika gadis itu menggeleng didalam pelukan itu,tasya melepaskannya...

"Karna.. Karna aku nggak cinta lagi sama kamu!" Tega tasya bernada keras sambil menujuk ke arah arka,gadis itu tak menatap arka tetapi air matanya jatuh.

"Sya.. Sya, dengarin gue.." Pinta arka menahan tangan tasya yang ingin pergi.

"Tarik ucapan itu sya" pinta arka,nadanya sangat hangat,membuat tasya tak tega untuk menyakiti pria ini.

Tasya menggeleng, "aku harus pergi"

Tasya meninggalkan tempat itu dengan jalannya yang cepat.

"TATAP MATA GUE DAN BILANG KALAU LO MEMANG NGGAK CINTA LAGI!" Pinta arka dengan suaranya yang lantang membuat tasya menghentikkan langkahnya.

Kali ini bahu arka yang dibuatnya naik turun,entah itu emosi atau entah itu kekecewaan terberat yang ia luapkan..

"Bilang sya!" Pintanya lagi..

Kuat sya,kuat. Jangan nangis! Lo nggak boleh lemah - batin tasya

Lalu gadis itu berbalik dan berjalan menuju arka,kini posisinya tepat berhadapan seperti tadi, saat ini tasya memang memandang lekat mata arka.

"Apa dengan cara ini bisa membuat kak arka bisa mengakiri hubungan ini? " tantang tasya menatap mata hazel yang terlihat teduh itu.

"Iya..." Lirih arka berat "dan lo nggak bisa ucapin kata itu dengan menatap gue! Kata kata itu hanya keluar dari mulut lo,bukan hati lo" hantam arka lagi membuat tasya tambah menjatuhkan airmatanya.

"Sayang nya kak arka salah" jawab tasya denan nada dan senyuman remeh,walaupun tangisan itu masih ada.

"Aku akan turutin kata hati aku.." Lanjut tasya lagi.

Hati arka seketika seperti terhujam sesuatu yang menghantam cukup keras,tangan pria itu mengepal, wajah putihnya memerah.

"Aku.. NGGAK.. C I N T A... Sama kak arka!" Tegas tasya dengan mengeja kata tertentu dan tatapan sendunya pada arka dengan buliran airmata nya yang tak bisa ia tahan.

Seketika gadis itu melihat butiran bening yang keluar dari mata arka,tasya tak sanggup. Ia sudah membuang apa yang ia perjuangkan lagi, ia melihat seseorang yang amat ia cinta menangis. Tasya ingin mengakhiri ini, ia harus pergi dari tempat yang membuatnya semakin hancur ini...

"Sesuai janji gue... Gue akan ambil dia setelah lo beri luka yang dalam untuknya.." Ujar pria yang menepuk pelan bahu arka.

Tangan arka mengepal kuat,nafasnya tak beraturan,seketika wajahnya bertemu dengan wajah pria itu...

Bughhh

Satu hajaran yang arka berikan pada bayu,pria yang dihajarnya itu terbaring dilantai tepat di depan coffeshop..

•••

Sedari tadi arka membawa mobil itu dengan kecepatan diatas rata rata,ia tak mengontrol dirinya saat ini,dibelakang mobilnya ada gladys bersama taxi yang mengikutinya khawatir dari tadi.

Arka tak mempunyai sikap seperti ini dari dulu,ia tak pernah segalau ini dengan membawa mobil yang berkecepatan akan membuat dirinya bahaya.

"Kak arkaaa, angkat dong!" Tangisnya yang berkali kali menelfon arka tetapi pria itu tak mengangkatnya.

"Pakk, cepetan pak kejar mobil itu.." Pinta gladys yang tak henti henti menangis.

"Iya neng,ini udah saya coba,tapi mobil sangat rame" ujar supir taxi itu.

"Kak! Plis angkat!"

Gadis ini amat gelisah,ia takut terjadi apa apa dengan arka,ia tak mau itu.

Mobik arka dengan taxi yang dinaiki gladys sudah mempunyai jarak yang cukup jauh,arka melajukan sangat kencang mobil itu.

Gladys menelfon ricky dan revan sedari tadi,mereka akan menyusul arka,tetapi wujud mereka saja tak ia temukan dari tadi.

Ponsel tasya saat ini tak aktif,padahal gladys amat butuh bantuan gadis itu.

Hanya tasya yang dapat menghentikan kebodohan arka,arka tak memiliki sikap seperti ini dari dulu..

Seketika tak jauh dari mata gladys,lampu kuning berubah menjadi lampu merah,tetapi mobil sport yang ia kejar tak menghantikan juga kecepatannya.

Hingga mobil itu menerobos lampu yang sudah menjadi merah ini...

Apa yang ia khawatirkan terjadi...

Semuanya berakhir..

Dan....

BRAKKKKKKKKKKKKKKK

"KAK ARKAAAAAAAAAAA!"

TBC

Dia Arka [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant