10

123K 10.1K 876
                                    

Visual Malvin

Visual Malvin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

😁

___


Aku terus mondar-mandir di kamar, melompat ke tempat tidur, atau merosot ke lantai. Kini kepalaku yang berada di lantai dan kakiku masih di atas tempat tidur. Aku mengacak-acak rambut dengan penuh kekesalan karena sebuah dugaan terpikirkan sejak aku merenung satu jam yang lalu.

Target? Game Over? Geng Rahasia?

Aku mengangkat tubuh dan berbaring malas-malasan di tempat tidur, lalu mengeluarkan suara seperti seseorang yang sedang menangis. Aku memikirkan tentang "target geng rahasia" setelah mengingat kembali kejadian-kejadian aneh yang terjadi di hari pertamaku resmi menjadi siswi SMA Tabula Rasa.

Seandainya cowok bernama Malvino Adcena itu tidak muncul dan mengatakan hal-hal yang membuatku bingung dan seandainya Kak Airlangga tidak akan membisikkan, 'Dia Vera' kepada Kak Gama, maka aku tidak akan pernah berpikir ke arah sana.

Aku dijadikan target? Demi sempak Superman, itu tidak mungkin terjadi!

Aku bangkit berdiri dengan wajah kusut, lalu mencari-cari di mana ponsel milikku yang aku lempar tadi dengan sembarangan. Aku menunduk ke kolong meja, kolong lemari, kolong tempat tidur, sampai ke sudut-sudut kamar dan akhirnya ponsel itu aku temukan di dekat pintu kamar. Kurebahkan tubuhku ke tempat tidur, lalu aku langsung menghubungi Nenek.

Maksudku, Ninik.

"Hai, Per!"

Aku memutar bola mata. "Nek, tolongin gue! HUE!"

"Apa, sih?" tanya Ninik. Aku menarik napas kemudian mengembuskannya kasar.

"HEH! Lo tadi belum cerita lo ke mana aja sampai nggak masuk pelajaran Bu Thalia!"

"Ya itu, makanya gue nelepon lo. Gue tadi sembunyi di belakang sekolah. Lo tadi lihat kan apa yang terjadi di kantin? KAK GAMA, NEK! KAK GAMA!" Aku seolah-olah menangis. "Gue ada dalam masalah, hiks."

"Idih! Bilang aja lo sekalian mau ngehindarin pelajaran Bahasa Inggris. Baru juga hari pertama. Dasar."

Aku menyengir. Tak bisa berbohong soal itu. "NEEEK!"

"Apaan, sih, teriak-teriak? Dan jangan panggil gue Nenek!"

Aku berguling, lalu telungkup. "Gue mau cerita soal kejadian hari ini. Setelah kejadian di kantin yang lo kata heboh banget itu, gue langsung lari ke belakang sekolah dan lo tahu apa yang gue temukan di sana?"

"Apa?"

"Cowok!" teriakku. Sama sekali tidak ada kesenangan di suaraku.

"Kok kedengarannya lo nyesel? Lo ketemu sama cowok tampang di bawah rata-rata? Atau lo ketemu sama cowok yang ekspresi mukanya kayak Mr. Bean? Atau—"

Game Over: Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang