33

85.5K 9.3K 988
                                    

TADA,

ternyata banyak yang nggak sama dengan apa yang aku pikirkan, tapi ada juga beberapa yang punya pemikiran yang sama dengan aku. Dari kalian banyak yang bener sih, emang. Tapi ada hal utama dari kenapa aku bocorin hal itu di author's note part sebelumnya.

Yap, Vera bukan satu-satunya sang target. Terus siapa "target" yang satunya? Enggak akan pernah dibahas di Game Over: Falling in Love karena "target yang satunya" itu bukan bagian dari cerita ini.

Lalu, apakah "target lain" itu akan berhadapan dengan "pemain yang sama" dengan yang ada di Game Over: Falling in Love ini? Atau kah berbeda?

Jawabannya, dari lima "pemain" di mana Vera adalah sang target, hanya ada SATU orang yang juga menjadi "pemain" di mana *sensornamacewek* adalah sang target.

Pertanyaannya, "Siapakah pemain itu?"

Akan terjawab setelah Game Over: Falling in Love tamat.

Yang jelas bukan Gama karena kisah Gama dan Masha sudah nggak bikin kepo lagi.

Kalau kamu berharap pemain itu siapa?

Jadi gini, ada dua permainan yang sedang berjalan. Satunya sudah jadi gosip. Satunya lagi tak terlihat sama sekali.

Iya. Aku emang suka lihat orang hampir mati penasaran *menyeringai*

___

Aku memperhatikan Kak Sean. Benar. Di antara dua suara itu, Kak Sean tidak termasuk.

Kak Gama menatapku sambil mengangkat dagu. "Maksud gue, 'Kita pulang bareng itu,' cuma nebak pasti jurus itu yang bakalan Erlang keluarin. Beda ternyata. Tapi tetep aja maknanya sama."

Kak Erlang memutar bola matanya. "Dasar." Lalu menatapku dengan senyuman. "Gimana, Ver? Dari sini ke rumah lo kan lumayan bikin capek kalau jalan. Masa jalan kaki?"

"Sebenarnya sih emang harusnya jalan kaki." Aku memainkan kukuku saat diam-diam menatap Kak Sean yang sedang berdiri.

"Dia pulang bareng gue." Kak Sean berjalan ke arahku dan membuatku hanya seperti patung. Apa? Dia berhenti dan berbisik. "Gue mau nyelesaiin yang malam itu."

Astaga. Aku benar-benar ingin menghilang.

"Gue kan yang nawarin duluan?" Kak Erlang menatap Kak Sean dengan mata menyipit.

"Vera belum jawab," kata Kak Sean saat menatap Kak Erlang. "Rumah kita juga deketan," lanjutnya saat kembali menatapku.

"Cuma mau nganterin satu cewek ribet amat. Untung gue nggak ikut-ikutan." Kak Gama mengangkat tangannya. "Gue aja yang jadi juri. Gimana Vera? Pilih Erlang atau Sean?"

Apa, sih? Aku rasanya ingin menutup wajahku karena baru sadar ternyata banyak yang memperhatikan kami. Aku pikir orang-orang di sekitar kami akan cuek bebek. Ternyata aku salah. Bahkan di antara mereka ada yang dengan terang-terangan tertawa.

"Vera nggak bakalan milih," kata Kak Sean. Hal yang paling membuatku serangan jantung kemudian adalah saat tangan Kak Sean menarik tanganku ke dalam genggamannya dan membawaku masuk ke dalam minimarket.

Mati aja, batinku meraung-raung.

Kak Sean mengambil keranjang belanjaan dan membawaku ke rak berisi kumpulan camilan. Kak Sean baru melepaskanku saat tiba di sana dan memberikan kerangjang itu kepadaku.

Aku masih tidak bisa mencerna semua yang terjadi.

"Lo pasti nggak nyaman," kata Kak Sean.

"Eh?" Aku mengerjap dan mengambil asal snack di rak karena refleks. Maksud Kak Sean, soal dia yang memegang tanganku, kan? Sudah pasti aku tidak nyaman. Atau mungkin tepatnya, aku tidak siap....

"Karena ada di antara kami tadi," kata Kak Sean lagi, membuatku kembali mengerjap-ngerjap. "Gue tunggu di luar."

Aku menatap Kak Sean dan tak mampu melakukan apapun selain diam. Dia menatapku beberapa saat sebelum pergi dari sini menuju tempat di mana dia duduk tadi. Lewat kaca minimarket, aku memperhatikan mereka bertiga yang sedang berbincang. Kak Sean kemudian melihatku dari luar dan aku segera mengalihkan pandangan.

Setelah berada di tempat yang tak mungkin akan dilihat oleh Kak Sean, aku akhirnya bisa tersenyum seperti orang gila.

Apa aku pernah mengatakan bahwa aku tidak menyukai Kak Sean dan hanya sebatas mengaguminya? Lalu, semakin lama aku bahkan tak sadar mengatakan kepada diriku bahwa aku menyukai Kak Sean. Terkadang aku labil soal mengakui perasaan.

Mungkin, ini lah akhirnya. Aku mengakui bahwa aku benar-benar jatuh cinta kepada Ocean Andromeda.

*


thanks for reading!

love,

sirhayani

Game Over: Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang