35

84.2K 8.7K 294
                                    


"Misi, Kak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Misi, Kak.... Misi...."

Aku menyingkir dan berjalan hati-hati di antara ramainya siswi-siswi dengan emblem kelas XII. Sembari mengangkat piring dan sebuah botol mineral di tangan, aku merapalkan doa semoga kejadian waktu itu pada Kak Gama tak akan terulang lagi. Aku tak bisa membayangkan jika yang akan menjadi korban dari kecerobohanku adalah cewek-cewek senior. Hih!

"Hati-hati banget, Ver?" komentar Widya saat aku berhasil duduk tepat di hadapannya. "Si Ninik mana? Tumben lama banget."

"Nggak tahu. Katanya ada urusan mendadak yang nggak bisa ditinggalin," kataku. Aku mulai menyendokkan nasi dan tepat saat itu aku menangkap sosok Ninik berlari tergesa-gesa melewati pintu kantin sambil membawa sebuah buku dan pulpen.

Dia duduk tepat di sampingku dengan napas terengah-engah. Aku hanya meliriknya saat dia membuka buku kecilnya dengan senyum ceria.

"Gue dapat info baru!" Dia nyaris berteriak. Untung saja orang-orang di kantin kelihatan tak peduli. Dia lalu menatapku dengan binar di matanya. "Coba tebak?"

"Pasti lah tentang Game Over atau nggak Geng Rahasia. Kan saling berhubungan," sahut Widya.

"Seratus buat lo, Wid." Ninik mengangkat jempolnya, lalu mulai bercerita dengan menggebu-gebu. "Dari catatan hasil wawancara dengan beberapa senior cewek kelas XI, gue dapat beberapa hal. Kata mereka, geng rahasia itu ibarat sekelompok preman yang bersembunyi di balik organisasi-organisasi dan ekskul di sekolah. Pertama, semua orang yang termasuk ke dalam geng rahasia memang jago bela diri. Kak Gama yang paling kelihatan karena dia masuk ekskul bela diri. Dia itu kan anak karate dan dua piala internasional yang di lemari piala itu? Hasil dari dia! Kedua, mereka itu masuk entah di organisasi atau ekstrakurikuler dan punya jabatan penting di organisasi maupun ekstrakurikuler mereka. Contohnya, Kak Erfan! Si ganteng ketua basket dari kelas XI itu yang dirumorin termasuk ke dalamnya! Ketiga, rata-rata kakak pembimbing cowok saat MOS juga masuk dalam geng rahasia. Contohnya, Kak Gafi kakak pembimbing gue dulu. Ya ampun, kalian ingat sendiri, kan? Gimana ademnya kalau Kak Gafi bicara di depan toak? Suaranya merdu. Ibarat lagi lipsing lagu, coy. Keempat, banyak anak OSIS yang termasuk ke dalam geng rahasia, termasuk Ketua dan Wakil Ketua OSIS!"

Aku sampai tak jadi menyendokkan makananku hanya karena mengkhawatirkan Ninik yang kuyakin sudah hampir kehabisan napas.

"Ingat, Nik. Semua itu rumor," kata Sisca, yang belakangan ini benci mendengar kelompok itu.

Aku hanya bisa cengengesan sendiri. Aku sudah tidak peduli dengan hal-hal yang berkaitan dengan Game Over atau apa lah itu. Toh, masih ada hal penting yang sedang aku pikirkan. Meskpun Game Over Geng Rahasia sepertinya seru untuk aku ikuti, tetapi tetap saja masih ada hal yang lebih lebih lebih seru dibanding Game Over.

Tahu sendiri apa. Aku terkikik.

"Kok pada gitu sih responsnya?" Ninik mulai merajuk. "Eh, Ver, Ver. Lihat, tuh! Kak Malvin!"

Aku mengunyah makanan yang penuh dimulutku sembari mengarahkan pandangan ke arah telunjuk Ninik. Bukan hanya aku dan Ninik yang menatap ke arah Kak Malvin, tetapi juga Widya dan Sisca.

Aku hampir terbatuk saat Kak Malvin menyeringai ke arahku—seperti biasa—saat dia berjalan masuk ke kantin. Aku segera memalingkan wajah, tetapi sesekali melirik ke arahnya.

Kak Malvin terus menatapku saat dia duduk di ... samping seorang siswi?

Aku yakin, siswi itu tidak mengenal Kak Malvin. Lihat saja. Dengan sikap tengilnya Kak Malvin duduk di kursi samping siswi itu dan mencomot gorengan di piring ... milik siswi itu. Siswi itu terlihat menaikkan alisnya, kelihatan heran. Namun, Kak Malvin membalas hanya dengan mengangkat kedua alisnya dengan singkat kepada siswi itu seolah tak ada hal salah yang sedang terjadi.

Kemudian, dengan cueknya cowok itu mengambil minuman di depan si siswi dan meminumnya hingga hampir habis setengah.

Aku tak bisa berkata-kata.

"Waduh, lagi ngegodain cewek?" tanya Ninik terdengar kebingungan. Ninik pasti sedang memikirkan, kenapa Kak Malvin menggoda cewek lain dan kenapa bukan aku? Aku malah sedang mengkhawatirkan bagaimana marahnya siswi itu yang sekarang saja wajahnya sudah kelihatan tidak bersahabat.

Kak Malvin sepertinya memang mengajak siswi itu bicara. Aku pura-pura menoleh ke arah lain padahal diam-diam meliriknya. Ucapannya saat itu membuatku kembali gelisah.

Aku memang sudah tidak terlalu peduli menjadi target atau tidak di permainan Game Over ini, tapi dengan mengetahui bahwa Kak Sean adalah salah satu dari pemain itu membuatku merasa ... takut.

Bagaimana jika suatu hari aku menangis karena dia?

*


thanks for reading!

love,

sirhayani

Game Over: Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang