47

74.8K 9.5K 3.4K
                                    

Kemarin 'publikasikan' kirain 'simpan'. :v

JADI, rencana aku tambahin dua tantangan target lagi. Ini yang kedua dan masih ada satu lagi nanti di tanggal 31 Mei. Catat. 31 Mei adalah jadwal penutup di bulan Mei. Jadwal bulan Juni nanti aku update di profil sirhayani

Kalau bisa sampai 2.000 komentar di tanggal 27 ini, maka aku bakalan update part 48 hari ini juga.

Kalau part 48 nggak aku update hari ini, berarti akan berdampak ke jadwal tantangan double up 31 Mei nanti. Soalnya, (spoiler) part 50 tuh GREGET!

Sanggup nggak sanggup aku serahkan ke kalian

Sanggup?

Part ini pendek karena namanya juga tantangan *menampilkanmukasongongAira*

atau keSEngajaAN :v

___

Sesuai arahan Elon, aku cukup berdiri manis di depan gerbang sambil menunggu Kak Gama. Entah apa yang Elon katakan kepada Kak Gama saat ini atau tadi. Membayangkannya saja sudah membuatku merasa ngeri duluan.

"Naik!"

Aku langsung tersentak kaget. Astaga jantungku.

Aku baru saja memikirkan cowok ini dan sekarang sudah ada di belakangku, menatapku dengan sorot tajam di atas motornya.

Aku pura-pura melihat ke arah lain.

"Lo budek, ya? Naik cepetan sini!" teriak Kak Gama. Sampai membuat siswa-siswi yang berlalu lalang melirik ke arah kami berdua.

"Buat apa, Kak?" tanyaku lagi.

"Mau nganterin lo pulang. Puas?" Dia menatapku kesal. Aku menatap kesal juga ke arahnya.

Tanpa menggubris seruan Kak Gama, aku berjalan menjauh dari sana. Biar dia tahu rasa! Mau mengantarku pulang atau mengajak gelut?

Aku berhenti mendadak karena rambutku langsung ditarik kencang dari belakang. Astaga! Tak perlu aku tahu siapa pelakunya. Kak Gama masih memegang erat rambutku saat aku berbalik menatapnya.

"Gue nggak mau pulang bareng lo!" seruku dengan suara pelan. Aku hampir menangis. "Sakit tahu. Lepasin nggak? Kasar banget lo!"

Kak Gama berdecak. Dia melepaskan rambutku dan ganti memegang erat pergelangan tanganku.

"Sakit juga!" Aku menggeram kesal. Ah! Apa tadi? Aku sepertinya sudah berani marah-marah di depan Kak Gama.

"Pulang bareng gue pokoknya!" Dia menarikku ke motornya.

"Nggak mau!" balasku dengan teriakan. Kutahan sepatuku di aspal agar Kak Gama kesusahan menarikku. Tarikannya terlalu kuat sampai aku diseret-seret. Aku memukul-mukul tangan Kak Gama yang semakin mengeratkan pegangannya. Kami sudah menjadi pusat perhatian sekarang.

"Gue cium juga lo biar makin nangis."

Aku diam. Nggak lucu! Kalimatnya membuatku kesal dan tak bisa membalas apa-apa. Kak Gama berhenti dan tak meneruskan langkah padahal motornya masih ada beberapa meter di depan sana.

"Ini nggak seperti yang kamu bayangin," kata Kak Gama setelah melepaskn tanganku. Kak Gama bicara dengan siapa? Aku muncul di balik punggung Kak Gama dan melihat Kak Masha sedang berdiri di dekat motor Kak Gama.

Ini maksud Elon, ya? Rencana anak itu berlian!

"Terus, tadi ngomong apa ke Vera?" tanya Kak Masha.

"Serius, deh. Gue nggak seriusan mau nyium dia. Itu cuma ancaman. Ngerti nggak? Dulu gue juga sering ancam lo kayak gitu, kan?"

Aku menahan tawa melihat Elon ternyata sedang menonton di dekat pos satpam. Aku mengacungkan jempol ke arahnya sebagai bentuk rasa takjubku. Dia membalasku dengan mengacungkan jari tengahnya sembari terbahak bersama teman-temannya.

Aku melotot kaget dan merasa sakit hati. Elon menyatukan kedua tangannya di depan dada sambil berteriak, "maaf" berulang kali.

Terserah. Cowok-cowok itu menyebalkan sekali.

Kak Gama menunjuk jidatku. "Dia yang maksa minta dianter pulang."

"Apa?! Dia bohong, Kak!" Aku menatap Kak Masha. "Jelas-jelas tadi aku yang ditarik-tarik paksa. Aku kan cuma berdiri di situ, terus dia tiba-tiba muncul maksa-maksa aku buat naik ke motornya."

"Eh, sial—"

"Kasar." Kak Masha memotong ucapan Kak Gama.

"Maksud gue, eh Ver. Pulang sendiri sana. Gue mau pulang bareng Masha," kata Kak Gama.

Aku mengerutkan kening. Heran.

"Gam, lo udah terlanjur bilang mau nganterin Vera pulang. Gue nggak suka banget sama cowok yang tadi bilang A sekarang ngomongnya B." Kak Masha berbalik. "Anterin aja pulang. Gue tunggu di tempat biasa."

Setelah Kak Masha pergi, aku menahan tawa. Puas. Kak Gama berbalik ke arahku sambil menggeram dan dia memberi kepalan tinjunya di hadapanku.

"Gue bilang ah ke Kak Masha kalau Kak Gama ngasih tinju. Masa mau berantem sama cewek. Adik kelas lagi."

Dia menatapku kesal dan berjalan ke motornya. "Oke, oke. Sini lo cepat!"

Aku tertawa. "Kak Gama lucu banget! Berani ngelawan preman, tapi takut sama Kak Masha."

"Diem lu! Naik cepetan!"

Ngegas mulu, batinku.

Aku naik ke atas motor Kak Gama sambil melirik ke sekeliling.

Hem. Kak Sean di mana?

*


thanks for reading!

love,

sirhayani

Game Over: Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang