32

90.4K 9.2K 706
                                    

bentar, bentar, coba lihat apa yang berubah di kover Game Over?

Itu adalah sebuah kode kalau Vera bukan satu-sat.... *sensor*

Silakan disimpulkan sendiri.

Selamat membaca!

___

"H—hai...." Aku memandang Kak Gama dengan cengiran lebar. Jemariku sibuk memilin-milin ujung piyama.

"Oh, ternyata bener ya rumah lo deket rumahnya Sean?" tanya Kak Gama dengan tatapan tajamnya. Aku meneguk ludah sekali lagi. Kak Gama itu seperti anak punk, mungkin? Di telinga kirinya terdapat tindikan, sepertinya jika di sekolah dia melepasnya. Lihat juga pakaiannya yang serba hitam. Celana yang sobek-sobek. Jaket penuh motif tindik. Kumpulan gelang di tangan kiri dan kanan. Kecuali rambut karena rambutnya normal seperti rambut cowok-cowok kebanyakan.

Kak Erlang dan Kak Sean berpakaian normal seperti gaya pakaian cowok-cowok SMA kebanyakan. Tetap saja, rasanya aneh berada di dekat cowok-cowok itu. Aku hanya memakai sweter putih dan piyama merah muda. Celanaku bahkan dipenuhi gambar kepala Hello Kitty. Bagian depan baju piyamaku bergambar Hello Kitty. Rambutku di kepang satu dari hasil karya Mama sore tadi dan aku memakai sandal jepit di antara mereka yang memakai sepatu.

Oke, mungkin penampilanku tak ada yang salah. Aku hanya berpikir betapa anehnya berada di antara mereka.

"Duduk di sana, yuk?" Aku menatap Kak Erlang yang baru saja menginterupsi. Untunglah, sepertinya aku tak perlu membalas perkataan Kak Gama tadi. Kak Gama menyipitkan mata kepada Kak Erlang sebelum berbalik menuju meja di mana Kak Sean masih di sana. Kak Erlang menggerakkan dagunya ke teras minimarket, membuatku mau tak mau melangkahkan kaki ke arah mereka.

Setibanya di sana, Kak Erlang menggeser kursi dan aku terpaksa harus duduk di sana.

Pada akhirnya, aku duduk di satu kursi kosong yang ada di antara mereka. Tepat di hadapan Kak Sean. Sementara Kak Gama di sisi kiriku, berhadapan dengan Kak Erlang yang sedang memandangiku sembari tertawa. Entah menertawakan apa.

Aku meneguk ludah. Tatapanku tak fokus pada salah satu di antara mereka karena aku paham bagaimana salah tingkahnya aku jika sampai bertatap mata dalam jarak dekat. Apalagi ada Kak Sean di sini.

"Lo mau belanja, Ver?" tanya Kak Erlang.

Aku mengangguk kecil sambil berusaha menatapnya. "Iya, tadi rencananya mau beli camilan. Hehe."

Kak Erlang mengangguk. "Sori, ya. Si Gama tiba-tiba manggil lo."

"Heh, tujuan gue manggil nih cewek karena dia mau kabur ngelihat setan-setan kayak kalian," kata Kak Gama membuatku meringis sambil menautkan jemari.

"Sialan lo. Bilang aja lo ada sesuatu."

"Sesuatu apaan anjing?"

Aku mengerjap sambil meneguk ludah. Kasar banget.

Aku memperhatikan bagaimana Kak Gama bicara. Hiiih. Pantas saja Kak Masha selalu menghindar. Bagaimana dia akan tahan jika berhadapan dengan Kak Gama yang seperti ini? Ah tapi, bukankah waktu itu Ninik atau Widya bilang kalau sikap Kak Gama di depan Kak Masha berbeda jika berhadapan dengan cewek-cewek lain?

"Maksud lo, soal itu? Udah gue bilang berkali-kali gue nggak niat." Kak Gama memutar bola mata kemudian dia menoleh ke arahku. "Ngapain lo lihatin gue?"

Aku cepat-cepat memalingkan muka sambil geleng-geleng kepala.

"Bisa pelangin suara lo?" Kak Erlang bicara. Sudah pasti perkataannya itu untuk Kak Gama. "Lo nggak apa-apa, kan, Ver?"

Game Over: Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang