45

76.4K 9K 1.5K
                                    


Aku berdecak sebal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berdecak sebal. Apa Barbara pikir Kak Sean akan jatuh cinta padanya? Aku masih yakin tadi itu Kak Sean ogah dipegang-pegang oleh Barbara. Kalau Kak Sean jatuh cinta kepada cewek lain, tak apa. Asal cewek itu bukan Barbara!

Tidak. Tidak. Aku ralat. Yang benar adalah aku tak akan rela kalau Kak Sean jatuh cinta kepada cewek mana pun selain aku. Itu mauku, sih.

Aku menghapus sisa-sisa air mata kekesalan di sudut mata dan pipiku karena ulah mulut Barbara yang tak bisa menyaring kalimat buruk untuk orang lain.

Kuangkat pandanganku ke atas pohon, orang yang aku cari tak muncul. Kak Malvin ke mana? Sudah hampir sepuluh menit aku duduk di sini meredakan, tangis sambil menunggu Kak Malvin muncul. Aku hanya ingin bertanya beberapa hal mengenai Game Over. Jika para pemain tak ingin membocorkan permainan itu, maka aku akan mencari tahu sedikit demi sedikit mengenai permainan itu dari mereka.

Pada akhirnya aku kembali mencari tahu permainan ini. Padahal, waktu itu aku sudah bertekat untuk tidak memikirkan Game Over lagi.

"Nyariin gue, ya?"

Aku mencari sumber suara dan yang baru saja berbicara sedang duduk di atas tembok. Aku terkejut melihat Kak Malvin di atas sana.

"Nangis?" Sebelah sudut bibir Kak Malvin terangkat. "Siapa pelakunya?"

"Dari mana aja? Biasanya lo udah mentengin pohon itu." Aku tak menjawab pertanyaannya dan memilih untuk bertanya hal lain sambil menunjuk pohon di depanku.

"Udah dari tadi. Lo aja yang nggak lihat."

Aku membuka mulut. "Sejak kapan?"

"Sejak lo nangis kenceng. Kirain digigit semut."

Aku mengesot di atas rumput, menghindar saat Kak Malvin melompat turun dari atas sana. Mataku menyipit pelan dan perlahan terbuka ketika melihatnya sudah berjongkok di depanku.

"Yah, matanya basah." Kak Malvin menyeringai. Aku melotot saat dia menarik kepalaku dan menaruh tangannya di atas kepalaku. Sebuah ponsel pintar dia keluarkan entah dari mana, lalu diarahkannya ponsel itu di depan wajah kami.

Aku melotot. Bibirku membulat ketika melihat wajahku dan wajah Kak Malvin tertangkap di layar kamera itu. Aku menatap Kak Malvin dengan tatapan sebal dan bunyi cekrek terdengar lagi.

"Pas, nih." Kak Malvin berdiri sambil menggoyangkan ponselnya. "Emang mantap buat ngerjain dia, tapi bisa-bisa gue disate setelah ini."

Aku mengerutkan kening. "Heh?"

Kak Malvin memasukan ponsel ke saku kemejanya kemudian naik ke atas pohon dengan lincah. Aku menatap Kak Malvin dengan heran. Kenapa dia naik sampai ke puncak pohon?

"Ngapain di atas sana, Kak?" teriakku.

"Lagi ngirim foto. Jaringan Wi-Fi sekolah daerah sini lambat."

Aku membelalak. "Foto?!"

"Ya, foto yang tadi." Kak Malvin turun dengan cepat dari atas sana, lalu berhasil mendarat dengan sempurna. Dia menegakkan tubuhnya sembari menggoyangkan ponselnya di tangan. "Berhasil terkirim."

"Lo kirim ke mana?" Aku benar-benar panik. Apa jangan-jangan dia mengirimkan foto itu untuk Kak Sean? Dia kan tahu aku menyukai Kak Sean.

"Sudah jelas siapa yang akan berdiri paling akhir."

Kata-kata Kak Malvin membuatku bingung. Aku berdiri saat dia mendekatiku.

Kak Malvin tersenyum miring. "Gue mundur."

Tunggu....

"Mundur dari Game Over?" tanyaku.

"Iya. Meskipun gue masih tercatat sebagai pemain," balasnya.

Waktu itu Elon. Sekarang Kak Malvin. Aku menghela napas lega. Dua orang sudah mengaku tidak akan meneruskan permainan meskipun masih berstatus sebagai pemain Game Over. Dan yang pasti, Kak Gama tak akan pernah tertarik untuk permainan ini.

Tersisa dua pemain lagi dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya. Kak Erlang dan Kak Sean. Entah apa yang akan terjadi bersama dua cowok itu.

Yang terpenting adalah aku tahu satu per satu pemain itu mulai mundur dan semoga mereka semua mundur agar permainan ini segera berakhir. Jika permainan ini berakhir, maka aku tak perlu khawatir lagi jika Kak Sean tiba-tiba melakukan hal-hal tak terduga yang membuatku terbang setelah itu.

"Gue udah nggak berniat untuk ngebuat lo jatuh cinta sama gue," kata Kak Malvin.

Aku tertawa pendek. "Memangnya, gue bakalan jatuh cinta sama lo, Kak?"

"Iya, kalau hati lo sedang kosong. Sayangnya, hati lo nggak sedang kosong, kan, saat gue datang? Jadi nggak mudah nyuri hati cewek yang udah punya perasaan ke cowok lain. Lagian, saat gue ngomong ke elo waktu itu, gue sendiri belum tertarik untuk jatuh cinta."

Aku meringis.

"Waktu itu, gue berpikir untuk serius ngikutin permainan ini yang mulai menantang. Sekarang gue berubah pikiran." Kak Malvin menyejajarkan wajahnya denganku, membuatku segera memundurkan wajah. "Selain karena seseorang yang gue hormati, gue juga tertarik pada sesuatu yang menantang lainnya."

"Sesuatu yang menantang lainnya gimana?" Aku benar-benar penasaran. Kalau aku tahu jawabannya maka aku bisa mengetahui sedikit hal tentang informasi mengenai Game Over lagi, kan?

"Sesuatu yang nggak bakalan diketahui oleh orang mana pun termasuk lo. Kecuali Geng Rahasia dan seorang target." Kak Malvin menekan seorang target pada perkataannya.

Sebentar. Tadi dia bilang sesuatu yang tidak akan diketahui oleh orang mana pun termasuk aku?

Kecuali Geng Rahasia dan ... seorang target?

Itu berarti, target yang Kak Malvin maksud bukan aku!

Ada target lain selain aku? Apakah mereka berlima kembali melakukan tantangan permainan itu kepada target yang Kak Malvin maksud?

Apakah Kak Sean juga sedang berusaha mendekati sang target yang lain? Atau???

Ada permainan Game Over dengan target lain yang juga sedang berlangsung?

Semakin aku mendapatkan informasi mengenai permainan ini, semakin membuatku bertanya-tanya.

Kak Malvin mundur. Dia selalu melakukan hal yang sama. Mengatakan hal yang semakin membuatku penasaran, lalu pergi begitu saja.

Dia tersenyum sebelum naik kembali ke atas tembok, kemudian menghilang. "Sekali lagi, hati-hati. Lo nggak tahu apa-apa tentang permainan ini, Vera."

___

Aku dapat berita dari negeri antah berantah. Sebuah kapal gagal berlayar menuju daerah GO1  dikarenakan salah tujuan.

Tujuan sebenarnya ternyata adalah GO2. Semoga ke GO2 nggak salah tujuan, ya. Baru siap berangkat, tinggal nunggu aba-aba dari Sang Kapten.

Yang jelas, nama cewek itu nggak pernah muncul di cerita Vera ini. Penasaran? Hem tunggu tahun depan :v

Udah follow ig @sirhay.ani buat GO belum?

Love,

sirhayani


Game Over: Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang