12

98.6K 9.4K 294
                                    

Visual Erlang

Visual Erlang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

😃

___


Aku merobek ujung bungkusan snack, lalu kuangkat kepalaku dan kuarahkan snack itu ke mulut dalam jumlah banyak. Mulutku hampir penuh dengan snack dan aku mengunyahnya sampai membuat pipiku mengembung. Ninik merampas snack di tanganku kemudian dia berlari.

"Ninik!" Aku refleks mengejarnya di koridor. Aku terbatuk-batuk saat tersedak snack di tenggorokan. "Ugh...."

Ninik berhenti di ujung balkon sambil mengangkat snack di tangannya. "Makanya jangan pelit!"

Aku berdecak kesal.

"Ver, lo bukannya belum minjem buku paket bahasa Inggris? Lo kan nggak masuk kelasnya Bu Tresna waktu hari Senin," kata Widya yang tiba-tiba muncul di belakangku bersama Sisca di sampingnya.

Aku langsung memandang Ninik. "Nik! Lo kok nggak ngasih tahu gue, sih?"

"AH! GUE LUPA ASTAGHFIRULLAH." Ninik menepuk jidatnya.

"Buku kayak gimana?" tanyaku pada Widya.

"Pokoknya buku bahasa Inggris untuk kelas X Semester 1. Warna sampulnya merah putih." Setelah Widya bicara, aku mengangkat jempol. Aku juga melambaikan tangan pada Widya dan Sisca karena sepertinya mereka akan ke kantin.

"Temenin, dong!" Aku berjalan ke arah Ninik. Ternyata anak itu sudah menghilang entah ke mana. Aku berlari-lari di koridor untuk mencarinya, tetapi Ninik tak muncul juga. Dia pasti sengaja bersembunyi.

Kesal. Aku langsung berjalan ke perpustakaan sekolah dan memasukinya. Tidak seperti perpustakaan di SMP dulu, perpustakaan ini luas dan banyak rak. Selain kursi dan meja yang tersusun rapi, terdapat sofa yang melingkar tak jauh dari pintu masuk. Ruangan ini seperti tak ada orang yang sedang di dalamnya karena terlalu hening. Bahkan mereka yang datang terlihat hati-hati untuk melangkah.

Aku melakukan hal yang sama. Langkahku terlalu berisik dan aku berusaha meredamnya dengan berjalan—mencoba—anggun. Aku mencari rak tempat penyimpanan buku pelajaran kelas X. Namun, aku justru menemukan rak berisi buku-buku kelas XI. Aku kembali berjalan ke rak-rak lain hingga melihat petunjuk yang tertulis di dinding. Rak buku-buku kelas X berada di bagian Barat.

Masalahnya, aku bingung Barat, Timur, Utara, dan Selatan di mana. Aku kembali melihat rak satu per satu.

Dapat! Rak kelas X ternyata terletak di ujung perpustakaan. Aku memutari rak demi rak dan berhenti di antara dua rak yang tinggi. Aku tak sengaja melihat seorang cowok sedang berdiri dan bersandar di dinding. Di mulutnya terdapat stik permen. Keningnya itu tertutupi oleh rambutnya. Ada headphone merah di kepalanya dan dia memakai sweter merah.

Yang paling membuatku kaget, cowok itu juga menatap ke arahku.

Aku langsung membuang muka. Mungkin, kami tidak sengaja bertatapan. Ya, memang begitu, kan?

Aku mencari buku Bahasa Inggris untuk Kelas X di rak sampai tak sadar aku terus melangkah ke kanan. Menyadari ada seseorang, aku langsung berhenti dan melirik ke cowok yang ternyata sama dengan tadi.

Cowok itu untungnya tidak melihat ke arahku. Dia sedang mengeluarkan stik permen dari mulutnya dan menggantinya dengan permen baru. Kemudian, aku merasa dia melihatku lagi.

Ah, tidak. Tidak. Dia tidak melihatku. Itu hanya perasaanmu saja, Vera!

Mataku langsung menemukan sebuah judul di pinggiran buku. Buku yang aku cari! Aku segera mengambilnya dengan senang hati kemudian pergi dari sana menuju pustakawan.

Saat aku sudah keluar dari deretan rak-rak tinggi, aku mendengar suara langkah sepatu di belakangku. Aku berhenti. Suara langkah itu tak terdengar lagi. Aku pun menoleh ke belakang.

Kulihat cowok tadi berada di jarak yang kurang dari dua meter di belakangku. Dia menatapku. Aku kembali menatap ke depan dan berjalan lagi. Suara langkah sepatu itu kembali terdengar.

Aku lagi-lagi berhenti dan saat aku menoleh, cowok yang sama dengan tadi kini berada di jarak yang kurang dari satu meter dariku.

Jantungku hampir saja copot. Aku memegang dada sambil berjalan cepat menuju pustakawan untuk mencatat pinjaman buku.

Aku tidak mau menoleh. Benar-benar tidak mau menoleh. Kenapa aku merasakan suasana yang menyeramkan?

Jangan-jangan....

Cowok itu adalah anggota Geng Rahasia?

Cowok ke-4 yang ikut dalam Game Over?

TIDAK MUNGKIN! TIDAK MUNGKIN! TIDAK MUNGKIN! TIDAK MUNGKIN! TIDAK MUNGKIN! TIDAK MUNGKIN! TIDAK MUNGKIN!

Aku tidak mungkin target mereka!

*


thanks for reading!

love,

sirhayani

Game Over: Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang