49

83K 10.3K 4.4K
                                    

31 Mei 2019.

Ingat kataku waktu itu?

3.000 komentar di part 49 untuk update part 50 hari ini.

Bisa nggak?

Ini challenge terakhir karena aku juga udah kehabisan stok cerita di gudang :v

Selamat membaca part 49!

Dan kalau beruntung bisa baca part 50 hari ini <3

Oh iya, jadwal hari update bulan Juni belum aku buat. Nanti aku taroh di bio profil wattpadku.

____

Ini adalah yang kedua kalinya Kak Sean datang ke rumah. Pertama, dia datang tadi sore dan mengajariku. Kedua, dia datang sekitar setengah jam yang lalu. Katanya, dia datang untuk membantuku mengerjakan tugas bahasa Inggris dari Bu Tresna sekaligus mengajariku materi yang berhubungan dengan tugas itu.

Aku mengetuk-ngetuk daguku dengan pulpen. Sesekali melirik ke arah Kak Sean. Saat Kak Sean menatapku, aku segera mengalihkan perhatian ke buku dan pura-pura terlihat ingin menulis.

Kenapa sih dia adem banget kalau dilihat?

"Lo ketemu sama Malvin di sekolah?"

Aku mengerjap. Kutatap Kak Sean bingung. Dari mana Kak Sean tahu? Apa jangan-jangan karena Kak Malvin memang mengirim foto itu ke Kak Sean?

Aku mengangguk perlahan. "Iya."

"Udah berapa kali?" Kak Sean terus menatapku, membuatku segera mengalihkan pandangan karena gugup.

"Dua? Tiga? Iya, tiga kali. Kenapa, Kak?" Aku curi-curi pandang ke arahnya.

"Kalian foto bareng," katanya, membuatku langsung panik tanpa alasan yang jelas.

"Dia nyari kesempatan, Kak! Nggak tahu buat apaan."

"Apa yang dia lakuin saat di depan lo selain itu?"

Aku mengingat-ingat. "Ngasih dasi?"

"Dasi?"

"Dia ngiketin di kepala gue."

"Habis itu?"

"Dasinya gue bawa pulang." Aku menunjuk ke atas, di mana kamarku berada. Aku lupa di mana menaruh dasi Kak Malvin. Di dalam tas? Atau sudah aku keluarkan ke mana? Satu hari setelah dia mengikatkan dasinya di kepalaku aku sudah berniat untuk mengembalikannya, tetapi aku lupa. Sekarang aku sudah tak ingat di mana keberadaan dasi itu.

"Oh?" Kak Sean menautkan alisnya. Dia kemudian sibuk dengan bukunya. "Kalau Gama?"

"Dia teriak-teriak nggak jelas!" seruku menggebu-gebu. Teringat kejadian di motor tadi siang. Ugh!

"Elon? Erlang?"

"Elon sih nyebelin. Kalau Kak Erlang...." Apa aku harus mengatakan bahwa dia mengajarkanku bermain panah? Sepertinya tidak perlu. Aku menggaruk pipiku spontan. "Em... ngajakin jalan."

Ya Ampun! Aku baru sadar Kak Sean sedang menanyakan keempat pemain Game Over selain dirinya!

Aku melirik Kak Sean dan hanya bisa menghela napas. Padahal, aku harap Kak Sean bicara lagi. Membahas soal Barbara misalnya? Sampai sekarang aku masih kesal dan ingin mencari jawaban langsung dari Kak Sean.

Tapi, tapi, kenapa aku berpikir seolah-olah Kak Sean wajib memberikan penjelasan mengenai hubungannya yang sesungguhnya dengan Barbara kepadaku?

Aku menumpukan dagu di atas meja dan memandang buku tugas bahasa Inggrisku tanpa minat. Mataku melirik ke arah Kak Sean sekali lagi dan Kak Sean sedang menatapku.

Game Over: Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang