22

83K 8.7K 222
                                    

Setelah bel berbunyi, lalu guru keluar dari kelas, Widya dan Ninik sangat antusias menarikku untuk segera ke parkir siswa sebelum Kak Sean pulang. Kami bertiga berhenti tak jauh dari parkiran. Bersembunyi di balik pilar yang terhalang oleh sebuah tanaman, menunggu kedatangan Kak Sean.

"Gugup, woi!" ujarku, kesal. Widya dan Ninik terus saja mendorongku untuk memasuki area parkir. Padahal sedang ramai dan Kak Sean belum muncul. Satu per satu siswa-siswi itu mengambil masing-masing motor mereka. Perhatianku tak lepas menatap motor Kak Sean yang pakirnya paling ujung.

"Tuh, tuh. Kak Gama narik paksa Kak Masha mulu. Ih, ngeri juga sih agresif. Kalau di depan Kak Masha, ya, Kak Gama tuh suka nampilin muka dan kata-kata manis. Kalau cewek-cewek lain yang berhadapan sama dia, syukur-syukur lo cuma di bentak kasar. Kalau nggak ya pala lo ditabok kalau berani lo nyentuh kulitnya."

Widya berkomentar saat melihat dua orang memasuki area parkir. Aku langsung melihat mereka karena parkiran sudah tidak seramai tadi. Jadi, itu yang namanya Kak Masha? Cantik. Aku jadi makin penasaran siapa saja yang pernah dijadikan target dalam Game Over.

Kak Gama dan Kak Masha sudah meninggalkan area parkir. Aku melengos. Kusandarkan punggungku ke dinding. Mulai menyerah.

"Serius, lama," kataku.

"Orang sabar disayang Tuhan." Ninik menarikku kembali ke dekatnya. "Nah, kan. Itu tuh. Kak Sean muncul, tapi kok?"

Aku menoleh cepat ke parkiran.

"Bareng cewek?" sambung Widya.

Aku terdiam.

"Itu siapa, sih? Gelendotan kayak monyet gitu," kata Ninik.

"Temennya please, temennya aja," kataku dengan wajah sedih.

"Secantik itu cuman temenan? Diantar pulang pula." Ninik terdengar memanas-manasi. Aku memukul bagian belakang kepalanya.

"Lo menghancurkan semangat gue, Nek."

"Coba deh, lo perhatiin gerak-gerik Kak Sean dan cewek itu." Widya menarikku dekat-dekat dengannya. "Kak Sean kayak nggak peduli! Malah Kak Sean berusaha nyingkirin tangannya. Wah, wah! Lo harus cepet bertindak."

Widya mendorong-dorong punggungku dengan keras hingga aku hampir terjatuh ke depan, keluar dari tempat persembunyian. Aku berbalik dengan wajah panik.

"Lo apa-apaan, sih? Bikin gue jantungan! Astaga naga!"

"Ya cepetan sana! Sebelum cewek itu berhasil ngerayu Kak Sean buat pulang bareng!" seru Widya.

"Gue harus apa?!"

"Lari Vera! Lari! Gue ikutan panik. Astaga."

"Hua, gimana? Gimana?" Aku kembali berbalik menghadap ke area parkir. Saat baru akan melangkah, aku langsung berhenti. Mataku mengerjap saat melihat Kak Sean menatap ke arahku dengan tatapan datarnya.

Aku mundur perlahan dan berbalik. "Mampus! Sembunyi cepetan!"

"Kok sembunyi, sih? Harusnya lo mulai beraksi!" seru Widya.

Aku tak memedulikan seruannya sambil berjalan cepat menuju gerbang. "Gue dilihat nggak, ya? Nggak lagi-lagi. Cara ini cuma mempermalukan gue." Aku berjalan mundur dan menatap wajah murung Widya dan Ninik.

"Gue pulang naik angkot aja, bye!" kataku, lalu berlari menuju gerbang utama.

*


thanks for reading!

love,

sirhayani

Game Over: Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang