30

81.8K 9.8K 942
                                    

Apa katanya?

Tak ada yang tahu apa-apa soal permainan itu kecuali Geng Rahasia? Jadi, selama ini baik perkataan Ninik dan Widya itu salah?

"Lo takut?" tanya Kak Malvin saat menatapku dari atas dengan senyum misterius. "Lo takut dengan permainan ini?"

"Nggak.... Nggak sama sekali," balasku gugup. Apa dia sedang menantangku?

"Oh?" Kak Malvin lagi-lagi menyeringai. "Serius, nih? Kalau begitu selamat datang di Game Over. Kami dengan senang hati menyambut lo, Vera."

Aku tidak suka saat Kak Malvin menyebut-nyebut namaku dengan tampang meremehkan seperti itu.

"Gue ... dengan senang hati bakalan ikut permainan ini," kataku sembari mengangkat dagu menantangnya.

"Dengan senang hati, ya?" Kak Malvin terkekeh. Dia menyimpan netbook kesayangannya di cabang ranting. "Gimana? Masih pengin tahu soal cowok kelima?"

Aku tidak yakin Kak Malvin akan menjawab. Maka dari itu, aku memilih untuk diam saja menunggunya kembali bicara.

"Masih pengin tahu nggak?" tanya Kak Malvin sekali lagi. Aku menghela napas kasar.

"Kalau gue bilang iya, emang lo mau jawab pertanyaan gue, Kak?"

"Hem, bisa dinegosiasi, sih."

"Udah, ah." Aku menghentakkan sepatuku ke tanah dan bersiap melangkah saat kembali kudengar Kak Malvin bicara.

"Inisialnya O. Nama panggilannya ada 4 huruf. Nama panjangnya terdiri dari dua kata."

Aku terpaku di tempat dengan berbagai dugaan atau lebih tepatnya hanya ada satu dugaan yang muncul di kepalaku.

Bukankah dari apa yang Kak Malvin katakan itu semua menjurus ke Kak Sean?

Jadi, cowok kelima itu benar-benar Kak Sean?

"Gimana? Gue terlalu baik kan ngasih lo spoiler dalam permainan ini?"

Aku mendongak. Ada rasa sakit di hatiku saat merasa bahwa perkataan Kak Malvin memang semuanya mengarah kepada Kak Sean. Aku didekati memang hanya karena permainan itu, kan? Perkataan Kak Sean semalam memang tujuannya karena permainan ini? Demi kemenangan itu? Tidak. Aku tidak ingin percaya jika tidak mendengar namanya langsung dari mulut Kak Malvin.

"Sebut namanya siapa, please, Kak." Aku memohon dan kulihat Kak Malvin tersenyum kecil.

"Lo yakin?"

Aku mengangguk dengan perasaan gugup.

Kak Malvin diam sesaat, seolah berpikir apakah dia harus memberitahuku atau tidak. Beberapa detik kemudian, dia mengucapkan satu nama yang membuatku terguncang.

"Sean. Ocean Andromeda."

Aku tak tahu lagi harus bersikap apa jika bertemu dengan Kak Sean. Rasanya sedih ketika mengetahui fakta itu. Saat aku ingin pergi dari sana untuk menenangkan diri dan terutama menghindar dari Kak Malvin yang merupakan salah satu dari mereka, lagi-lagi Kak Malvin mencegahku untuk pergi karena memanggilku. Aku menghela napas panjang dan mengangkat wajahku lagi. Leherku sudah sangat pegal mendongak sejak tadi.

"Apa?" lirihku.

"Kelihatannya lo kaget denger nama itu." Kak Malvin melompat turun dari sana dan berdiri tepat di hadapanku dengan jarak satu langkah. "Kaget dan sedih, mungkin? Ada apa, ya?"

Aku benar-benar terlihat murung.

"Lo suka dia, Vera?"

Sekali lagi, aku tidak suka jika Kak Malvin menyebut namaku dengan menyeringai seperti itu. Aku terus diam.

"Mata lo menjawab pertanyaan gue." Kak Malvin membuka ikatan dasi di kepalanya dan aku terlalu terkejut saat dasi itu berpindah di kepalaku. Kak Malvin mengikatnya di sana secepat mungkin.

"Ap—apaan ini?" Aku bertanya. Masih terlalu terkejut saat melihat Kak Malvin perlahan mundur.

"Dasi gue sekarang ada di elo," balas Kak Malvin dan terus melangkah mundur setelah mengambil netbook-nya. "Terhitung saat mulai dasi gue terikat di kepala lo, itu berarti lo udah terikat di gue."

"Maksud lo!" teriakku. Aku tidak tahu harus bagaimana. Dia semakin menjauh.

"Lo pikir cuma Sean yang bisa buat lo jatuh cinta?"

Pertanyaan Kak Malvin membuatku tak bisa berkutik. Apa maksudnya?

"Gue juga bisa, Vera," katanya sebelum menghilang di balik tembok.

*


thanks for reading!

love,

sirhayani

Game Over: Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang