46

85.5K 9.3K 758
                                    

Ada hal menarik di tanggal 27 dan 31 Mei nanti. Jangan sampai ketinggalan

Follow sirhayani  untuk dapat notifikasi pemberitahuan biar pasti *heng*.

Maafkan jika ada typo typo terselip

___

Aku tak tahu apa-apa tentang permainan ini? Bagaimana aku bisa tahu kalau mereka semua bermain rahasia!

Aku yang tadinya berjalan di koridor menuju kelasku tiba-tiba menghentikan langkah ketika melihat Elon berdiri tak jauh dariku bersama kumpulan cowok dari kelas X-5. Ah, aku lupa bahwa kelas kami bersisian! Elon dan teman-teman kelasnya sedang asyik bermain game dan sangat sangat sangat heboh. Mereka benar-benar berisik dengan berbagai macam pose. Beberapa kursi di sana kuyakin hasil angkutan dari dalam kelas.

Apa yang aku takutkan? Bertemu dengan Elon tidak masalah, kan? Dia juga sudah tidak ingin berurusan dengan Game Over lagi.

Kulangkahkan kakiku dengan tergesa-gesa. Saat hampir melewati gerombolan itu, tiba-tiba saja seseorang melompat di depanku. Membuatku berteriak kencang karena kaget.

"Elon!" teriakku. Aku memandangnya kesal kemudian mencari jalan kosong, tetapi Elon langsung merentangkan kedua tangannya.

"Mau ke mana, woi? Buru-buru amat," katanya masih merentangkan tangan. Aku jelas tidak bisa lewat karena jalan ini dipenuhi oleh bangku-bangku yang diduduki oleh teman-teman Elon dari kelas X-5.

"Widiih...." Seseorang berseru. Membuat mataku melirik ke arahnya.

Tidak hanya satu yang bersorak, tetapi cowok-cowok lain mulai angkat suara kepada Elon.

"Gebetan barunya Elon, nih."

"Asyik nggak jomlo lagi lo?"

"Anak kelas mana?"

"Vera, Vera. Jangan mau sama dia. Dia suka ngupil di pojokan kelas."

Aku melirik Elon. Elon mengangkat dagunya dengan tatapan serius. "Percaya nggak tuh? Kalau lo percaya omongannya," Elon menunjuk cowok yang tadi membahas upil, "berarti lo juga suka ngupil di pojokan kelas."

"Kok jadi gue?" Aku menatapnya sebal dan menabrak bahu Elon karena tak cukup ruang untuk lewat. Kudengar suara langkah terburu-buru di belakangku. Kerah kemejaku ditarik dari belakang dan membuatku tak bisa ke mana-mana.

"Ih, Elon apa, sih? Lepas nggak?"

"Mau nanya, dong?" tanyanya. Dia hanya maju ke hadapanku tanpa melepas tangannya dari kerah kemejaku.

"Apa?!"

"Ada peningkatan nggak? Misal, si itu atau yang satunya bakalan nembak lo, gitu? Suer deh gue masih terikat dengan permainan ini. Nggak tenang."

"Nggak ada! Bodo amat." Aku memukul-mukul tangannya. "Lepasin!"

Elon akhirnya melepaskanku. Aku memanfaatkan itu untuk berlari kencang ke kelasku dan langsung duduk di bangku. Ninik dan Widya yang—aku yakin—sedang bergosip dengan siswi-siswi lain di meja guru tiba-tiba mendatangiku.

Saat mereka datang, aku langsung terbayang lagi dengan ucapan Barbara. "Pokoknya, gue nggak mau banyak ngomong sama Kak Sean. Gue ngambek sama dia."

"Pffft. Bukannya lo emang selalu nggak banyak ngomong kalau di hadapan Kak Sean, ya?" tanya Ninik lalu tertawa.

Aku cemberut. Kesal, kujitak kepalanya yang membuatnya meringis kesakitan. Aku melipat kedua tanganku di atas meja dan menyandarkan daguku di atas sana.

Game Over: Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang