50

112K 12.1K 5.2K
                                    


Sambil menunggu Aira datang, aku terus mengamati flashdisk di tanganku. Sejak tadi aku sudah penasaran. Tak sabar masuk ke kamar dan menyalakan laptop. Andaikan aku tak menunggu Aira, aku pasti sudah di depan laptop dan tahu apa isi dari flashdisk ini.

Apa, ya, kira-kira? Tadi Kak Sean bilang jangan heran dengan suaranya di awal. Suara Kak Sean? Kak Sean membuat video mengenai grammar Bahasa Inggris agar aku bisa mempelajarinya kapan pun aku mau? Atau apa?

Kalau memang benar, aku bisa melihat wajah Kak Sean kapan saja. Ya, meskipun hanya sebatas video.

Suara pagar didorong mengalihkanku dari lamunan. Aira masuk ke halaman rumah dengan muka sebal. Aku tersenyum semringah ke arahnya. Dia menghentikan langkah di depanku.

Sebuah kotak beludru merah dia sodorkan kepadaku, membuatku langsung terdiam saat itu juga.

"Dari Kak Sean," katanya, ketus.

"Apaan?"

"Nggak lihat ini apa, Kak? Ini kotak!"

"Ngegas banget, sih, kamu? Siapa yang ngajarin ngegas mulu?"

"Kak Vera."

"Enak aja!" Aku melotot ke arahnya. "Cuma kotak?"

"Menurut Kak Vera sendiri gimana? Kalau menurut aku sih cuma kotak. Kak Sean nggak mungkin beliin gelang kayak aku." Aira mengangkat pergelangan tangannya dan memamerkan sebuah gelang perak yang sangat cantik!

Aku mengambil kotak beludru itu lalu berkacak pinggang. "Kamu ya yang ngasih tahu Barbara kalau aku suka sama Kak Sean?"

Aira menatapku bingung. "Barbara? Kak Barbara?"

Aku mengangguk.

"Iya, emang aku ngasih tahu. Soalnya Kakak yang itu nyebelin. Masa dia ngasih aku cokelat buat nyogok aku. Dia minta nomornya Kak Sean, aku nggak kasih lah! Aku kasih nomor Pak Satpam kompleks. Cokelatnya aku makan."

Aku membelalak kaget. "Hah? Tapi, dia bilang kamu ngedukung dia buat jadi pacarnya Kak Sean!"

"Ih, aku nggak setuju. Mending Kak Vera ke mana-mana."

Aku menyipitkan mata. "Tumben?"

"Soalnya, Kak Sean suka Kak Vera juga. Eh!" Aira menutup mulutnya sendiri. Matanya melotot. Dia langsung berlari ke rumahnya tanpa mengatakan apa-apa. Dia terlihat panik.

Sementara aku sudah seperti patung di sini. Mencerna baik-baik perkataan Aira dan tingkah paniknya.

Kak Sean menyukaiku?

Benarkah?

Apa aku harus percaya dengan omongan Aira kali ini?

"Jangan heran dengan suara gue di awal-awal."

Itu yang tadi Kak Sean katakan saat memberikanku flashdisk ini. Suara? Apa mungkin Kak Sean ... menyanyikan lagu?

Aku segera belari masuk ke dalam kamar dan menyalakan laptop dengan tidak sabaran. Jantungku semakin berdegup kencang saat telungkup di atas tempat tidur. Aku menggigit bantal dengan gelisah.

Setelah aku memasang flashdisk itu di laptop, tak berapa lama muncul banyak file dengan tulisan berbahasa Inggris. Kira-kira ada lebih dari sepuluh file. Aku membaca judul satu per satu dan dan semua itu ternyata adalah judul lagu.

Aku memilih semua file itu, lalu menekan enter pada keyboard. Aku tanpa sadar mencengkeram bantal saat mendengar suara gitar. Setelah itu, suara Kak Sean mengalun.

Game Over: Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang