13

106K 9.8K 1.3K
                                    

Visual Elon

Visual Elon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

😆

___


Aku dengan cepat menarik buku dari meja setelah pustakawan mencatat kapan aku harus mengembalikan buku. Aku keluar dari perpustakaan itu dengan wajah tegang. Kupeluk buku itu erat-erat.

Kenapa pikiranku penuh dengan Game Over?

Dag. Dag. Dag.

Suara itu. Jangan-jangan, cowok yang tadi mengikutiku? Kenapa aku suka berpikiran negatif hari ini? Tidak. Cowok itu tidak mengikutiku dan tidak mungkin ada cowok mana pun yang mengikutiku. Aku terus mengendalikan pikiran burukku.

Aku mohon jangan aku targetnya.

Sambil berjalan, aku menoleh sebentar ke belakang dan benar saja! Cowok yang di perpustakaan itu mengikutiku bersama stik permen yang masih ada di bibirnya.

Aku kembali menatap ke depan dengan penuh kekesalan. Aku sudah tidak tahan lagi dan aku memilih berhenti. Aku berbalik menatap cowok itu dengan penuh emosi.

"Lo bisa nggak sih buat nggak ganggu ketentraman orang lain?" Aku mengembuskan napas panjang.

Cowok itu menggaruk-garuk kepalanya. Tampangnya putus asa.

"Ya, maaf. Habisnya, untuk kasus ini gue bingung memulainya dari mana. Kebetulan ngelihat lo di perpus." Suaranya belum memasuki tahap pubertas, sepertinya. Wajahnya saja kelihatan imut.

Dia mengulurkan tangannya ke arahku. "Gue mau kenalan."

Aku langsung mundur. "Nggak."

Cowok itu menarik tanganku dan menjabatnya erat. Aku langsung menepisnya. "Apa-apaan, sih, lo! Nggak sopan, tahu!"

"Ye, galak amat, Buk." Dia mendorong jidatku.

Apa, sih, dia? Baru juga ketemu sudah main sentuh sembarangan!

Tunggu. Tadi dia bilang apa? Untuk kasus ini? Kasus apa? Kenapa ucapannya hampir sama dengan Kak Malvin kemarin? Maksudku, ucapan mereka sama-sama tidak bisa kumengerti.

Apa aku benar-benar target? Aku meremas rambutku dengan panik.

"Lo kenapa, deh?" tanya cowok itu.

Aku berbalik. Pikiranku sudah tidak karuan. Aku ingin segera pergi dari cowok itu. Namun, baru dua langkah, rambutku sudah ditarik oleh cowok di belakangku ini. Kenapa lama-lama dia lebih menyebalkan dari Doni?

Aku menatapnya garang. "Apa, sih!"

"Gue tadi bilang pengin kenalan sama lo. Gimana, sih? Gue Elon. Dari X-5."

Aku menghentak-hentakkan sepatuku di lantai dan tanganku terkepal. "Iiish! GUE NGGAK PEDULIII!"

Elon memutar bola matanya. "Mau gue bocorin satu rahasia ke elo?"

Game Over: Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang