BAGIAN 11

5.3K 523 74
                                    

"Dia tidak berbohong, dia hanya menepati janjinya untuk membantu adiknya tetap hidup."

11

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

11. LORENZO TWINS

“Allea, Abang janji akan temani kamu sampai kamu benar-benar sembuh.”

“Berjanjilah padaku, jika kamu akan sembuh dan hidup bahagia,” sambung Alleo.

Allea memeluk tubuh sang kakak dengan erat setelah mendengar kalimat itu. “Berjanjilah untuk tidak meninggalkanku, aku takut sendirian.”

Alleo tersenyum lembut, ia membalas pelukan kembarannya.

“Aku janji.”

Keduanya berpelukan beberapa saat hingga sebuah pekikan keras dari bibir Alleo membuat mata Allea yang semulanya terpejam langsung terbuka lebar.

Napas perempuan itu rasanya tercekat, tubuhnya bergetar bersamaan dengan tubuh Alleo yang mulai luruh ke bawah karena ia tak sanggup menahan tubuh sang kakak.

“Alleo...” Bibir Allea bergetar, ia mengguncang tubuh kakaknya dengan kuat. “Bangun, Alleo bangun!”

Air matanya terjatuh, Allea semakin panik melihat pisau tertancap di dada kiri Alleo dan darah mengucur deras dari situ.

“ABANG BANGUN!! TOLONG BANGUN!!” Perempuan itu berteriak, ia memeluk tubuh kakaknya yang sudah tak bernyawa dengan erat.

“Tuhan tolong jangan ambil nyawa kakakku...”

Sebuah sinar putih yang menyilaukan mata membuat Allea kembali memejamkan matanya beberapa detik. Setelah merasa jika cahaya itu telah hilang, Allea membuka kedua matanya.

Anehnya ia tidak berada di tempat Alleo di tikam. Ia saat ini berada di depan sebuah rumah duka.

Di tempat Allea berdiri, ia dapat melihat banyak sekali karangan bunga yang bertuliskan ;

Rest in peace Alleo Ariando Lorenzo.

Selamat jalan di tempat peristirahatan terakhirmu.

RIP Alleo.

“Kenapa kamu berbohong?”

Perempuan yang mengenakan pakaian serba hitam itu langsung masuk ke dalam rumah duka dengan perasaan campur aduk.

“Ini gak mungkin kan?” Allea berucap, bibirnya bergetar hebat ketika melihat ibunya yang menangis bersama dengan Asya. Sedangkan ayahnya berdiri diam di pojok ruangan.

“Alleo gak mungkin pergi kan?” Entah kepada siapa Allea bertanya saat ini. Namun hatinya seakan di tikam dengan tombak tajam ketika melihat foto kembarannya di pajang bersama dengan karangan bunga.

“Kenapa kalian pajang foto Alleo disini?” Perempuan itu menghampiri ayahnya dengan marah. “Kalian seharusnya di rumah sakit, Alleo nunggu kita semua di rumah sakit!”

ASSASSINWhere stories live. Discover now