BAGIAN 51

2.6K 210 56
                                    

"Sama kamu itu sakit, tapi kalo gak sama kamu lebih sakit."

51

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

51. KITA USAI?

Hari terus berganti, keadaan Allea mulai membaik walaupun dokter belum mengizinkan perempuan itu untuk pulang ke rumahnya. Setiap saat pula Alleo terus berada di sisi adiknya, bahkan orang-orang yang ingin menjenguk kondisi Allea harus meminta izin terlebih dahulu pada Alleo. Jika Alleo berkata tidak, maka orang itu tidak boleh menemui Allea.

Seperti hari ini, untuk ke sekian kalinya Susi ingin mengecek keadaan Allea namun Alleo tetap tidak memberikan izin.

“Bukankah hari ini Tante harus pergi ke pengadilan?” Alleo bersedekap dada dan mengangkat sebelah alisnya.

“Mama ingin menemui Allea sebentar aja sebelum pergi ke pengadilan. Alleo, Mama mohon...” pinta Susi penuh permohonan.

“Sebelum Tante resmi bercerai dengan ayah, Tante gak bisa temui Allea,” ujar Alleo tegas.

“Baiklah.” Susi menghembuskan napas pasrah kemudian membalikkan badannya dan berjalan pergi.

Hari ini adalah hari persidangan perceraian Susi dan Alex.

Selang beberapa detik setelah Susi pergi, Levin datang dan menghampiri Alleo dengan wajah serius.

“Dimana Allea? Paman tahu Allea gak ada di dalam,” kata Levin sambil melirik sekilas ke arah pintu ruang inap Allea.

“Sean ajak Allea berjemur di rooftop,” balas Alleo lalu masuk ke dalam ruangan Allea.

“Mau sampai kapan paman gak boleh temui Allea?” tanya Levin lesu. Asal kalian tahu, selama Allea sudah sadar, Levin sama sekali belum bertatap muka dengan Allea karena Alleo tidak memberikan izin.

“Sampai Allea sendiri mau ketemu paman,” balas Alleo tanpa menoleh pada pria itu. Alleo sibuk membereskan wadah bekas sarapannya dan mengabaikan kehadiran Levin.

“Kamu marah pada paman?” Kening Levin mengerut. Ia juga merasa jika Alleo beberapa hari terakhir ini seperti sedang menghindarinya, bahkan Alleo juga tidak mau berkontak mata dengannya lagi.

Alleo tak menjawab, lebih tepatnya memang tidak ingin menjawab, hal itu membuat Levin kembali menghembuskan napas lelah. “Kapan Allea boleh pulang?”

“Besok pagi,” jawab Alleo singkat.

Sedangkan yang dibicarakan saat ini sedang berdiri di pinggir rooftop sambil berpegangan pada pagar pembatas. Pandangannya sedari tadi memandangi jalanan yang tampak ramai pagi ini. Semua orang tampak sibuk dan bersemangat menjalani hari, tidak seperti Allea yang masih terkurung dalam gedung rumah sakit ini.

“Pengen pulang,” gumamnya tanpa sadar.

“Besok pagi kan udah di bolehin pulang.” Sosok laki-laki yang berdiri di sebelahnya pun menjawab.

ASSASSINWhere stories live. Discover now