BAGIAN 22

4.4K 435 37
                                    

"Gue itu suka sama lo, kenapa lo gak peka sih?"
—Sean to Allea—

"Gue itu suka sama lo, kenapa lo gak peka sih?"—Sean to Allea—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

22. KETAHUAN

Kepala Amanda mendongak dan mendapati Allea yang berdiri tepat di hadapannya.

“Kenapa?” tanyanya kemudian menunduk tuk mengambil beberapa lembar foto yang Allea letakkan di atas mejanya.

Pupil mata Amanda membesar mendapati siapa yang ada di dalam foto itu.

“Lo tahu tentang ini?” tanya Allea, nada suaranya terdengar dingin dan tak bersahabat.

Amanda menggeleng pelan. Ia kembali mendongak dan menatap Allea dengan bingung. “Siapa wanita yang bareng bokap gue?”

“Itu ibu gue,” jawabnya kemudian tertawa kecil. “Maksud gue, itu ibu sambung gue. Wanita itu ibunya Asya.”

Amanda semakin bingung. Berbeda dengan Allea, perempuan itu mengambil lembar foto itu kemudian hendak kembali berjalan menuju bangkunya.

“Tunggu.” Amanda menahan Allea yang hendak pergi. “Ayah gue dan ibu lo mau menikah, lo tahu tentang ini?”

Allea diam cukup lama hingga pada akhirnya ia menggelengkan kepalanya. Allea menepis tangan Amanda, kemudian ia berjalan menuju bangkunya.

“Jadi karena ini?” tanya Allea dalam hati, tanpa sadar ia tertawa sinis.

Perempuan itu bersedekap dada dan menyenderkan tubuhnya pada kepala kursi. Tatapannya lurus ke depan, ia bahkan tak peduli jika sejak tadi ponselnya yang berada di atas meja berbunyi dengan nyaring.

Alex dan Dhavia benar-benar tak pernah bosan untuk meneleponnya dan mengiriminya banyak pesan selama dua hari ini. Dua orang dewasa itu benar-benar berusaha keras untuk mendapatkan hak asuhnya.

Allea sungguh heran, umurnya sudah 18 belas tahun namun kenapa ia sudah seperti bocah yang tengah di rebutkan oleh kedua orang dewasa.

Drttt! Drttt!

Lagi dan lagi ponsel itu kembali berdering. Allea memperhatikan layar ponselnya yang menampilkan nama paman Steven. Tumben sekali pria ini meneleponnya.

Kali ini Allea tak perlu berpikir lama untuk mengangkatnya. Buktinya ia langsung mengambil ponsel itu kemudian meletakkannya di dekat telinganya.

“Why?” tanyanya malas.

"Where are you?"

“Di sekolah lah!”

Allea diam begitu pula pria yang berstatus sebagai ayah Sean ini ikut diam di seberang sana.

“Kamu tidak pergi ke pengadilan?”

“Untuk?”

“Ayahmu membutuhkanmu.”

ASSASSINWhere stories live. Discover now