7 | nyawa akmal terancam

299K 24.1K 267
                                    




7 | nyawa akmal terancam



"ZANE sama lo ada masalah apaan, sih?"

Karen langsung meneror Sabrina begitu dia kembali ke kantor beberapa jam kemudian.

Sabrina sudah kembali ke kubikelnya di lantai tiga, mengerjakan konsep untuk pernikahan Mbak Verial, sementara Jun CS yang tadi pagi pergi sampai sekarang belum juga kembali.

"Nggak ada apa-apa. Emang kenapa?" tanya Sabrina bingung.

"Aneh aja. Biasanya juga plottingannya lo ngikut dia, gue sama Jun, akmal sama Mbak Iis."

"Ya elah, karyawan dia, suka-suka dia. Yang lain juga lagi pada nggak ada. Udah bosen kali dia pergi sama gue. Atauu ..."

"Paan?"

"Elo kan dilihat sekilas lebih relate gitu sama Rachel. Pasti doi ngedeketin lo mau minta tips cara-cara jitu menakluklan makhluk hedon macem kalian-kalian."

"Najis."

Sabrina ketawa, tapi cuma sebentar karena yang diomongin sedang berjalan keluar dari ruangannya dan menuju tangga ke rooftop.

Pasti mau merokok.

Sabrina buka mulut setelah punggung bosnya menghilang dari pandangan. "Emang senyebelin itu kah si Zane tadi?"

"Beyond nyebelin, malah. Asli, kalo gue yang jadi bosnya, orang kayak Hotman tuh udah nggak gue anggep dari dulu. Biar dia cari EO lain sono! Iya sih, dia emang udah sukses banget di umur segitu. Tapi ... aish, pengen nangis gue tadi. Ngerasa kayak nggak punya harga diri tau, ngomong sama dia."

"Paling juga Zane yang ngobrol. Lo diem aja, ya kan?"

"Iya lah, sakit hati gue. Masa dia ngedikte sampe segitunya, seolah-olah kita ini mahasiswa baru, yang belum pernah bikin kegiatan sebelumnya, terus baru masuk BEM dan dapet tugas kepanitiaan pertama."

"Dan Zane iya-iya aja?"

"Ya begitulah Zane." Karen hilang selera. "Oh iya, emang lo dikasih proyek apa sama doi?"

Sabrina menunjuk layar PCnya dengan dagu, malas menjawab.

"Wedding?" Karen menjulurkan kepalanya agar bisa melihat lebih jelas. "Wedding siapa? Mewah-mewah banget opsi venue-nya, orang penting?"

"Anaknya Pak Anhar."

"Anhar siapa?"

Biasanya tuh tiap ada yang bilang Pak Anhar, orang bakal langsung nyambung. Kayak orang bilang Bu Susi, Bu Risma, Pak Ahok. Emang masih perlu dijelasin mereka itu siapa?

"Gubernur lo, oon!" Sabrina tak habis pikir.

"Ck. Kok bisa anak pejabat mau ngadain hajatan pakek EO remahan rengginang kayak kita?"

"Dukunnya Zane mantep, kali." Sabrina ngasal.

Karen cuma mengiyakan saja. "Ya udah lah yaa ... Yang penting kita bisa makan. Urusan dosa, biar ditanggung Zane."

Karen kembali ke kubikelnya yang ada di pojok.

Tak lama kemudian Jun CS tiba.

"Venue udah siap seratus persen, dibatalin dong acaranya." Jun langsung melapor sambil cemberut. Asli, dia kayak cewek kalau sudah begitu.

"Kenapa emang?" tanya Sabrina, langsung mengalihkan perhatian dari konsep yang sedang dikerjakannya.

"Lo tau nggak ada anak FT di kampus lo yang jadi suspect corona?" Gusti bertanya seolah-olah harusnya semua orang tahu. Apalagi Sabrina belum lama lulusnya. Belum wisuda juga.

"Masa?" Akmal langsung bangkit dari kursinya dan duduk di meja Sabrina agar lebih jelas nimbrung obrolan mereka. Karen juga mulai menyeret-nyeret kursinya mendekat.

"Iya, anak TI." Gusti memperjelas.

"Oh, makanya muncul edaran itu tuh, ruang isolasi buat UTS anak-anak yang kurang enak badan." Akmal manggut-manggut. Sekarang memang lagi musim UTS.

"Hoax, kali." Karen nimbrung.

"Valid, ih. Masih suspect ya tapi, hasil labnya belum keluar. Nunggu besok. Sekarang aja katanya gedung-gedung sama lab udah banyak yang lockdown. Disterilin semua."

"Santuy. Gue jarang ke tempat rame. Personal hygine gue juga nggak perlu diragukan." Jun nyombong. Yang lain langsung melengos.

"Gue udah nggak pernah ke kampus." Sabrina ikut-ikutan nyombong.

"Terus lo wisuda kapan?" tanya Karen tiba-tiba.

"Masih tiga bulan lagi," sahut yang ditanya santai.

Kemudian semua serempak menoleh ke Akmal.

"Mal, lo bukannya bulan ini wisudanya? Tanggal dua-lapan kan?" Jun mengonfirmasi.

"Paan?" Akmal langsung panik.

Semua diam. Dengan tampang berduka cita.

"Jangan nakut-nakutin gue, tai!"

"Wah, Akmal harus kita baik-baikin, nih. Siapa tau ini momen-momen terakhir kita."

Akmal langsung bergidik dan kabur ke tangga rooftop saat akan dipeluk serempak oleh Jun dan Gusti. Kemudian ketiganya menghilang.

"Eh, kalian udah pada denger ada suspect corona di FT?" Timothy tiba-tiba muncul dari tangga lantai dua.

Karen menghela napas. "Telat lo, Beb."



... to be continued


Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang