12 | jangan jauh-jauh dari zane!

238K 21.2K 199
                                    




12 | jangan jauh-jauh dari zane!



"LAH, kenapa lo jadi kayak celengan, pakek jaket segede gitu?" Timothy langsung komen tanpa diminta saat melihat Sabrina turun ke pantry untuk mengambil minum, setelah selesai konsultasi dengan Pak Bos. "Punya Zane?"

Sabrina mengangguk sambil meneguk air dingin di gelasnya. "Ho-oh. Zane sepet ngelihat baju yang gue pake," gumamnya malas. Emang doesn't make sense banget sih perintah tuh bocah. Kalau dia jadi bos, nggak bakal dia capek-capek nyinyiri pakaian stafnya, selagi nggak melanggar kode etik masyarakat Indonesia dalam berpakaian.

"Elaah, bilang aja dia jadi gak konsen, disuguhi pemandangan begitu. Hahaha." Timothy langsung ngakak membayangkan Zane jadi grogi, dan malah lebih fokus memperhatikan Sabrina dibanding kerjaannya.

Zane emang nggak semata-keranjang Gusti, sih. Tapi tetep aja, cowok normal mana yang nggak distracted ngelihat bra ngejiplak, biarpun cuma cup C?

"Padahal biasanya dia cuek-cuek aja ngelihat Karen pakek baju itu." Sabrina mengerucutkan bibir, masih berusaha menahan kesal. "Mungkin dia nggak mau citra gue sebagai cewek polos tercoreng."

"Hilih!" Timothy mencibir. "Mana ada lo polos!"

"Setidaknya dibanding elo sama Karen, gue yang terlihat paling nerdy gitu, hahaha. Nerdy but gorgeous."

"Amit-amit!" Timothy geleng-geleng dan berusaha kembali fokus ke kerjaannya. Setelah project Akmal kelar, project dia yang paling dekat waktu eksekusinya.

"Eh, Beb, Kakak gue tadi udah dateng?" Sabrina mengganti topik. Hari ini memang Ibel, kakaknya, dijadwakan bertemu Mbak Iis untuk check terakhir persiapan resepsi pernikahan salah seorang temannya. Dan resepsi kecil-kecilan itu dipegang langsung oleh Mbak Iis.

"Belum. Telepon, gih. Kayaknya Mbak Iis mau pergi juga."

Sabrina segera mengeluarkan ponsel. Tapi sebelum panggilan terhubung, yang ditunggu-tunggu sudah muncul di teras, membuka pintu kaca mereka.

Ibel seperti biasa, kelihatan seperti mbak-mbak berkarir cemerlang dengan rambut dan make up rapi, setelan Max Mara, tas tangan Louis Vuitton, dan sepatu Jimmy Choo--- yang kemungkinan besar merupakan hadiah-hadiah dari kliennya. Super kontras dengan adiknya yang cuma pakai baju pinjaman, boyfriend jeans lokal, dan sandal jepit yang biasanya ada di mushola-mushola.

"Sorry, macet," ujar Ibel sambil berjalan cepat, mengulurkan sekotak pizza ke Sabrina.

"Nggak pa-pa, Mbak. Silakan duduk dulu." Timothy menggiringnya masuk ke ruang tamu, sementara Sabrina segera naik ke atas memanggil Mbak Iis agar turun, sekalian mengambil laptopnya.

Selanjutnya dia menunggu di front desk bersama Timothy selagi Mbak Iis, Zane, dan kakaknya rapat. Mengerjakan revisinya sambil makan pizza yang tadi diberikan padanya. Kebetulan juga dia belum makan siang, sementara Timothy memang dasar lambungnya muat banyak, mengingat tubuhnya yang bongsor, satu klan dengan Kylie Jenner.

Rapat mereka cuma sebentar, tidak sampai sejam. Kemudian Zane mengantar kakaknya keluar. Sabrina menyusulnya ke pintu.

"Nanti dress lo ambil ke tempat gue, ya, Dek." Ibel mengingatkan saat Sabrina sudah berdiri di dekatnya.

Sabrina manggut-manggut saja, meski belum tahu kapan punya waktu longgar untuk ke rumah kakaknya. "Ashiaap," sahutnya kemudian, singkat.

"Jadi ikut bachelorette party?" tanya Ibel lagi. Sabrina dan teman-teman Ibel memang akrab karena saat Ibel kuliah S1 dulu, teman-temannya sering menginap di kamar kos mereka. Sabrina juga tidak jarang ikut mereka nongkrong di luar karena Ibel khawatir meninggalkan adiknya yang masih SMP keluyuran sendirian kalau tidak diajak.

Sabrina menggeleng. "Ntar malem kayaknya gue lembur lagi. Kejar setoran, biar cepet tajir."

Ibel ngakak. "Take care, deh. Jangan sampe maag lo kambuh."

"Yuhuu." Sabrina mendorong punggung kakaknya keluar, kemudian melambaikan tangan.

Selepas Ibel pergi, Timothy lanjut berghibah. Untung bukan yang jelek-jelek. "Kakak lo cantik bet, mirip Dakota Johnson. Nggak kayak adeknya."

"Tapi jenong." Sabrina menambahkan. Memang poni Ibel kalau dibuka, beuuuh ... ada jidat seluas meja tenis di sana.

"Tapi sexy. Dan berkelas." Timothy masih keukeuh, kemudian mengalihkan pandangan dari layar PCnya ke Sabrina. "Lo makin kelihatan kayak kacung kampret dong kalau jalan sama dia?"

"Tapi dia glamor-glamor begitu masih nggak laku." Sabrina memberi tahu.

"Dan elo juga nggak laku."

Skak. Sabrina sebenarnya paling malas kalau diingatkan tentang betapa jomblonya dia. "1-1. Elo juga belum laku, kan?"

Timothy ngakak.

Zane yang tadi sudah naik kembali ke ruangannya nampak turun lagi, kemudian berhenti di hadapan mereka.

"Pergi sama gue ke Skye, Sab!" titah Sang Bos pada kacungnya.

Sabrina kontan melongo. Baru saja dia hendak lanjut makan pizza. "Lho, bukan sama Mbak Iis? Ini project doi, kan?"

Kenapa gue mulu yang dijadiin tong sampah, deh? Sabrina menangis tanpa suara.

"Iis harus ke Bank, keburu tutup."

Sabrina menghela napas. Yang namanya kacung emang nggak pernah bisa milih. Padahal niat dia tadi mau ngebut merevisi pekerjaannya biar segera masuk ke percetakan. Biar dia bisa cepat-cepat santai.

"Oke," sahut Sabrina akhirnya. "Gue ambil tas bentar."

Saat dia turun---dengan sandal jepit sudah berganti dengan flat shoes dan tas kecil di tangan---Zane sudah nampak kesal menunggu.

"Lama amat, sih?"

"Sisiran dulu, kali." Sabrina manyun, lalu melirik jaket kedodoran yang dikenakannya. "Ini boleh gue copot tapi, ya?"

"Serah!"

Sabrina segera mencopot jaketnya dan menitipkannya ke meja Timothy, yang senyam-senyum melihat penderitaannya, kemudian buru-buru mengekori Zane ke tempat mobil Jun diparkir. Karena Zane tidak bawa kendaraan dan mobil Jun menganggur di parkiran, jadilah mobil itu yang jadi korban.

Zane segera tancap gas setelah pantat Sabrina menempel di jok. Belum lama mengemudi, dia menoleh. Meneliti Sabrina dari atas sampai bawah.

"Nanti jangan jauh-jauh dari gue, Sab. Diliatin orang nanti lo, pakai baju kayak gitu."

Enggak, gue nggak bakal jauh-jauh, batin Sabrina. Elo ke Skye ngecek venue, gue kabur buat shopping ke GI.



... to be continued

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Where stories live. Discover now