24 | she saw the boss stripped

206K 20.5K 498
                                    




24 | she saw the boss stripped



"JUNED zheyeeeng!"

Sabrina langsung histeris, berlagak ingin memeluk Jun begitu pintu apartemen Zane terbuka dan lelaki itu nampak berdiri menyambutnya di balik pintu. Tentu saja Sabrina tidak serius. Dia lebih suka memeluk Milo dibanding Jun. Lebih imut, lembut, dan nurut ke mana-mana!

Jun kontan jadi panik, melangkah mundur sampai mepet tembok, berseru tidak kalah nyaring dengan suara Sabrina. Gila aja! Itu cewek habis dari swalayan, ketemu banyak orang. Bisa-bisa dia bawa virus! "STOP! Semprot dulu pake desinfektan, baru boleh masuk!"

Sabrina manyun, pasrah seluruh badannya disemprot desinfektan oleh Junaedi, barulah mengoper belanjaannya untuk dibawa ke dapur. Sementara Milo mulai merengek-rengek di kakinya.

"Sebagian masih di mobil." Zane yang muncul di belakang Sabrina sambil menenteng banyak tas belanja memerintah Jun secara halus.

"Iya, ntar gue ambil kalo udah jam tidur, biar sepi. Biar nggak papasan sama orang. Lo nggak pengen karyawan teladan kayak gue mati sia-sia kena Corona, kan?"

Sabrina lalu mencopot sepatunya untuk dicuci karena tidak akan dia pakai dalam waktu dekat—sementara sepatu Zane diletakkan pemiliknya di rak dekat pintu setelah disemprot desinfektan. Begitu juga dengan pakaian Milo, Sabrina masukkan ke dalam kantong. Sekarang Milo jadi telanjang bulat dengan wajah malu-malu. Please deh, Milo ini cowok tapi sok imut, kayak Junaedi. Sabrina jadi gemas sendiri.

Jun lalu membantu membawakan koper Sabrina ke kamarnya. Kopernya lumayan berat dan Sabrina kesusahan membawanya menuruni tangga.

Kamar yang akan ditempati Sabrina adalah kamar tidur di sebelah kamar Zane, yang dulu pernah dibukanya saat datang pertama kali ke apartemen ini untuk membangunkan lelaki itu. Interiornya masih sama seperti yang terakhir kali dia ingat, hanya saja sekarang seprei dan bed cover warna putih telah terpasang menutupi kasur berukuran queen size pada ranjang hijau tosca. Dinding belakang dilapisi wallpaper warna abu-abu, berhias lukisan abstrak berukuran besar yang dominan berwarna hitam-putih. Nakas dan lampu tidur terpasang di kedua sisi ranjang, serta sebuah karpet besar terhampar di lantai. Ada lemari pakaian, meja kecil, dan wastafel di seberang tempat tidur.

Tidak terlalu buruk sebagai tempat karantina, meski tidak ada kamar mandi dalam.

"Kamar lo di mana?" tanya Sabrina saat Jun hendak keluar.

"Di atas."

"Lah? Jauh amat. Di bawah nggak ada kamar lagi?"

"Udah jadi gudang. Tau tuh! Zane pengen indehoi kali ama lu. Makanya gue diasingin di lantai atas."

"Kampret!" Sabrina mendengus, kemudian segera mendorong punggung Jun keluar dari kamarnya. Dia masih harus mandi dan memasak untuk makan malam. Belum lagi merapikan tempat tidur untuk Milo yang sedari tadi nampak gelisah karena tidak familiar dengan suasana tempat tinggal baru mereka.

Nah, tapi di mana letak kamar mandinya?


~


Pagi harinya setelah semalaman tidur nyenyak, Sabrina keluar kamar setelah berpakaian lengkap. Agak merepotkan memang, karena biasanya kalau di rumah dia hemat pakaian. Tapi di sini dia jelas lebih memilih setiap hari mencuci baju ketimbang badannya dilihatin Zane. Kalau Juned mah santuy. Sabrina telanjang di depannya juga nggak akan bikin cowok itu turn on.

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Where stories live. Discover now