30 | korban modus!

185K 20.8K 1.1K
                                    




30 | korban modus



SABRINA terbangun karena lapar dan gerah, sekaligus merasa aneh karena suara Milo tidak terdengar. Biasanya Milo yang paling rajin mengganggunya kalau sedang enak-enakan tidur.

Perempuan itu menarik napas panjang, mengerjabkan mata untuk menyesuaikan diri dengan suasana kamarnya yang terang benderang karena sebagian tirai jendela memang sudah dia buka sejak tadi pagi. Jujur, silaunya agak bikin kepala jadi pusing.

Terlebih, ada wangi yang tidak biasa tercium hidungnya.

Oh.

My.

God.

Bau sabun Zane.

Dan bosnya itu sedang merengkuhnya sekarang, for love's sakeeh for God's sake!

Pantas dari tadi Sabrina merasa gerah, dan tidak nyaman karena seperti ada sesuatu yang berat menimpanya.

Satu lengan Zane berada di bawah kepalanya, dan satu lagi memeluknya—jangan lupakan fakta bahwa lengan Zane yang berotot itu berat! Dan bagaimana mungkin tidak tercium wangi sabunnya kalau muka Sabrina sekarang berada begitu dekat dengan dadanya!

Ini apa-apan, sih?! Coba siapapun jelasin ke Sabrina!

Sabrina kontan merem lagi. Menjernihkan pikiran. Mengatur napas.

Zane tadi membuatkannya jamu dan mengurut punggungnya, sampai dia ketiduran.

Terus Zane ketiduran juga, gitu?

Ah, bilang aja modus!

Dasar bos nggak tahu diri. Karyawan lagi sakit, masih aja dimodusin. Enak banget gitu, ya, tidur sambil peluk-peluk cewek, mentang-mentang lagi physical distancing sama gebetannya?!

Mendadak tubuh Zane bergerak.

Sabrina jadi panik sendiri. Takut ketahuan dia sudah bangun. Mending Zane yang bangun duluan, kan? Kalau dia duluan, bingung dia nanti harus ngomong apa dan bersikap bagaimana.

Sabrina menunggu. Mencoba rileks. Menyesuaikan napasnya agar terasa senormal mungkin, seperti orang sedang terlelap—dan ternyata mengatur napas itu tidak semudah kedengarannya, apalagi mengatur detak jantung. Fix, Sabrina memang nggak berbakat jadi pembohong.

Tak lama kemudian, Sabrina merasa lengan Zane bergerak dan lelaki itu menyentuh keningnya, disusul helaan napas panjang.

Tapi anehnya, setelah terbangun bukannya langsung pergi, Zane malah merengkuhnya lagi. Kali ini lebih erat. Menempelkan wajah Sabrina ke dada bidangnya.

Mati aja lo, Sab!

Sabrina mengutuk diri sendiri, merasakan sensasi geli saat perut Zane yang naik turun seiring dengan napasnya mulai terasa beradu dengan irama napasnya sendiri.

Ini Zane modus apa bucin, sih?!


~


Saat terbangun lagi, jam di nakas sudah menunjukkan bahwa matahari mungkin sudah hampir berada di puncak.

Sabrina mengucek mata, menghela napas lega karena kali ini Zane sudah menghilang dari peredaran. Yang tersisa di kamarnya hanyalah segelas jamu di nakas. Dan seonggok Sabrina yang mulai menguarkan bau asem karena belum mandi sedari pagi.

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang