14 | date!

225K 22.4K 502
                                    




14 | date



ZANE menghentikan sedan Sabrina tepat di depan gedung apartemennya, setelah dua puluh menit berkendara dalam diam. Saat dia menoleh, perempuan yang duduk di sebelahnya itu nampak tidak sadar kalau kendaraan yang mereka tumpangi telah berhenti. Sabrina melamun. Entah apa yang dia pikirkan. Sedari tadi dia cuma duduk termenung, menghadap ke luar jendela.

"Mau makan dulu, nggak? Biar parkir dulu mobilnya," ucap Zane pelan, berbesar hati memberi tawaran.

Sebenarnya dia memang terhitung royal, kok. Bukan hanya ke Sabrina, tapi ke semua stafnya. Setiap pergi ke luar kantor, dengan siapapun itu, mana pernah Zane membiarkan mereka membayar makan sendiri?

Sabrina terhenyak dari lamunannya karena mendengar pertanyaan Zane barusan, tak kuasa memutar bola mata. "Emang tadi di kitchen ngapain aja? Masih belum kenyang?"

Zane menautkan alis. "Ya Allah, Sab. Elo tuh ya, ngejugde mulu. Gue test food doang, kali. Bukan dateng ke hajatan!"

Sabrina mendengus. "Makan aja sendiri. Kayak biasanya nggak sendiri aja."

"Ini gue yang traktir kali, bukan bayar sendiri-sendiri. Sewot amat."

"Lagi nggak mood!"

"Ya udah. Tengkyu udah ngasih tebengan."

"Hmm."

Zane segera keluar dan Sabrina pindah ke jok kemudi. Lansung tancap gas menuju rumahnya.


~


Selesai mandi, Sabrina cuddling di sofa bersama Milo tercinta. Milo nurut aja dikekep sama emaknya.

"Milo, Mami kesel deh, sama Zane." Sabrina curhat, tapi Milo nggak peduli, malah asyik jilat-jilat pipi Sabrina yang nggak sengaja diolesi skincare biar aman dijilat-jilat. "Mentang-mentang Mami ini karyawan teladan, dia jadi suka seenaknya. Mami disuruh kerja rodi, dikasih yang berat-berat."

Milo tidak menyahut. Kadang Sabrina merasa kesal dan iri kalau melihat Milo nampaknya lebih memiliki ikatan batin dengan anak tetangga sebelah dibandingkan dengannya. Tapi mau gimana lagi. Mungkin karena tinggi badan mereka tidak beda jauh, jika dibandingkan dengan Sabrina, makanya hati mereka jadi lebih mudah terkoneksi.

"Mommy can't sleep. Kok lo jahat sih, malah bobo duluan!" gerutunya ketika tak lama kemudian gumpalan bulu itu sudah terlelap di pelukannya.

Sabrina menggoyang-goyangkan tubuh mungil halus itu. Menciuminya dengan gemas. Tapi Milo terlalu nyenyak. "Enak ya, jadi lo. Hidup tanpa beban!"

Sabrina meraih ponselnya di meja, membuka-buka aplikasi yang ada secara random karena bosan. Dia memang nggak terlalu aktif menggunakan sosmed karena terlalu sibuk. Waktu kuliah dulu sibuk organisasi dan jadi asdos. Sekarang sibuk mengais rupiah.

Akhirnya dia mengetik pesan.

Pada Zane, for God's sake!


Sabrina Tanjung
Traktiran makannya
diitung utang, ya.
Besok gue tagih.


Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang