20 | badai pasti berlalu

196K 18.2K 353
                                    




20 | badai pasti berlalu



PERNAH lihat cewek sinting? Contohnya yaitu cewek yang sengaja dandan menor dan tampil buka-bukaan hanya demi membalas dendam, karena tidak terima dibangunkan jam tiga pagi. Padahal Zane tidak pernah merasa sengaja membangunkan atau membuatnya kelabakan. Zane cuma bilang mau memeriksa hasil pekerjaannya, sebagai bos ke salah satu karyawannya. Salah, emang?

Eh, Sabrina bukan sinting, sih. Tapi bego.

Kalau balas dendam ke Junaedi dengan cara seperti itu, mengandalkan fisiknya, mungkin masih normal. Jun mungkin akan merasa kesal dan terganggu, karena badan Sabrina bikin nafsu juga kagak. Tapi kalau ke lelaki normal? Bego banget nggak sih?

Zane segera mengalihkan pandangan dari lipstik merah Sabrina serta dadanya yang mengintip dari balik kemejanya yang sengaja tidak dikancingkan tiga biji.

Well, entah apa yang dia lakukan pada dadanya itu. Zane jelas tahu betul ukuran aslinya tidak sebesar sekarang. Atau mungkin yang sekarang ini hanya ilusi optik semata. Hanya karena bagian atasnya nampak sedikit---yeah, actually lumayan banyak, sampai nampak belahannya juga---sementara biasanya tertutup rapat. Karena melihatnya berpenampilan seperti itu adalah hal tidak biasa, maka terlihat seolah lebih besar dari biasanya.

Cewek itu menutup pintu dan berjalan mendekat, dengan lagak sok polos dan sok nggak bersalah. Kemudian menarik salah satu kursi menuju sebelahnya. Dia duduk. Menempelkan tubuhnya ke sisi kursi yang diduduki Zane, bertopang pada salah satu siku. Zane sadar betul Sabrina sengaja mencondongkan tubuh ke arahnya.

Nggak waras emang nih cewek!

Zane merinding saat merasakan lengan Sabrina menyenggol lengan atasnya.

Mana ada karyawan sekurang ajar ini pada bosnya? Udah termasuk sexual harrasment, nih!

Kemudian Zane mencoba fokus, meski ruangan mendadak jadi terasa pengap baginya.

"Ini kenapa redaksionalnya lo tulis rekomendasi, sih? Mending option aja, Sab. Kalau kayak gini, kesannya jadi kayak kita masih bisa nyariin option lain yang lebih sesuai dengan maunya dia kalau emang dari yang udah lo kasih ini ternyata masih ada yang nggak sesuai sama seleranya. Nggak kelar-kelar nanti konsep acara lo. Makanya gue dari kemarin suruh bikin modelnya kayak katalog aja. Udah pasti paketnya yang tercantum itu aja. Jangan dibikin ribet."

Sabrina malah memutar bola mata. Sumpah nggak ada sopan-sopannya ini cewek! Meski mereka dulu sering nongkrong bareng di kampus, dan rentang usia keduanya cuma beda dua angkatan, tapi di sini kan Zane bosnya!

Zane mengatupkan rahang, mencoba bersabar.

Sabrina lalu mesem. "Kok lo kaku banget sih, Bos? Kita ini kan cuma perantara yang ngehubungin yang punya duit dengan yang punya produk. Kalau paketnya pakem banget gitu, yang ada pada kabur semua klien kita. Apalagi ini klien VIP. Kalau dia maunya dekorasinya pakai bunga anggrek sementara selama ini kita cuma pernah pakai mawar, gimana? Apa nggak kabur tuh si Verial? Kabur ke WO lain yang lebih mau nurutin maunya dia? Orang dia yang punya duit. Suka-suka dia, dong!"

Zane memincingkan mata ke layar, mencoba menganalisa apakah penghasilan yang mereka terima sesuai dengan keringat yang stafnya kucurkan.

Sabrina mengelus lengannya pelan, membuatnya berjengit, tapi coba ditahannya. Jangan sampai Sabrina tahu kalau sentuhannya memberi dampak cukup fatal pada pertahanannya.

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang