54 | nasihat paduka

153K 18.8K 450
                                    




54 | nasihat paduka



"SAB, elaaah, buruan! Nggak peka banget jadi temen. Bantuin bawa, dong!" gerutu Karen di depan pintu coffee shop.

Sabrina tahu temannya itu sama sekali tidak kesulitan membawa bawaannya yang cuma seuprit. Dia hanya sedang berinisiatif memberi alasan bagi Sabrina jika ingin menghindari Rachel, yang tentu saja tidak Sabrina butuhkan kali ini.

Sabrina meringis, segera menghampiri Karen, mengambil alih cup holder dari tangannya. "Ini gue dibeliin juga, kan?" tanya perempuan itu sambil kedip-kedip, penuh harap.

Karen melengos, sudah hafal kalau temannya satu ini doyan gratisan. "Ngomongin apaan sih, sama Mak Lampir?"

"Nanyain kupon diskon."

Karen mengernyitkan dahi, jelas merasa aneh karena Sabrina sebenarnya tidak terlalu suka kopi. Jadi hampir mustahil dia menanyakan kupon diskon, ke Rachel langsung pula.

"Dapet. Americano doang tapi."

Karen ber-oh pelan, segera berjalan menuju tempat Timothy sudah menunggu mereka di front desk.

"Satu lagi kopinya buat siapa?" tanya Timothy sambil mengeluarkan kopi dari cup holder-nya.

"Ucup. Sekali-kali lah gue beliin. Tadi doi abis bantuin gue."

Timothy manggut-manggut, memisahkan kopi Ucup ke tengah meja untuk diberikan saat orangnya lewat nanti.

Sabrina mengambil jatah miliknya, mencecap-cecap kopinya yang masih panas. "Apaan sih ini? Tumben enak."

Timothy melongo. "Emang lo biasanya minum apaan?"

"Hazelnut kan itu? Biasanya juga kan itu, Sab."

Karen sampai geleng-geleng, tapi memutuskan diam saja, langsung membantu Timothy membongkar bungkus waffle.

"Ngikutin selera ngemil lo, lama-lama gue makin bengkak nih, Ren. Elo enak, kurus terus biarpun makan banyak." Timothy ngomel-ngomel, tapi tetap lahap makan.

Sabrina cuma mesam-mesem, fokus mencecap-cecap kopinya, sampai Timothy memyenggolnya, memberitahu bahwa ponselnya berkedap-kedip.

"Paduka, tuh!" Timothy menunjuk ponsel Sabrina yang memunculkan notifikasi pop up atas nama Zane.

Sabrina sampai keselek, buru-buru membuka pesannya.

"Disuruh apaan lagi?" Karen yang bertanya.

"Nemenin ke Bang Hotman," sahut Sabrina sambil mengetik balasan.

Karen dan Timothy saling pandang.

"Tumben lo B aja di ajak ke Bang Hotman? Biasanya langsung kesel."

Sabrina mesem. "Kan udah gue bilang, gue abis dapet kupon diskon untuk sepuluh cup americano. Hot or ice."

Perempuan itu lalu bangkit berdiri, membawa serta kopinya.

"Jatah waffle gue kasihin Ucup aja," katanya lagi sebelum beranjak ke tangga untuk mengambil tas dan bersiap-siap di lantai tiga.


~


Zane menoleh lagi untuk kesekian kalinya sepanjang perjalanan kembali ke kantor.

Bisa ditebak, hari sudah sore karena kalau Bang Hotman sudah ketemu Zane, topik obrolan mereka bisa mengalir sampai jauh.

Orang songong ketemu dengan orang yang menganggapnya hebat.

Karena ini soal pekerjaan, Sabrina masih bisa memakluminya.

Tentunya Zane ingin memperlakukan kliennya seperti raja, kan? Nggak mungkin doi memang benar-benar mengidolakan Bang Hotman, kan?

Kalau ternyata memang benar, hmm ... poin Zane mungkin akan langsung berkurang drastis.

"Tumben lo melek terus sepanjang jalan?" Zane tiba-tiba bertanya.

Sabrina mesem. "Takut mati. Elo kayak nggak meyakinkan gitu nyetirnya."

Sabrina melirik sekilas.

Memang benar sepasang mata itu sudah merah sekali. Jelas semalam dia kurang tidur. Tapi anehnya tadi bisa kelihatan on fire sekali saat ngobrol ngalor-ngidul unfaedah.

"Santuy. Gue juga belum pengen mati, kok." Zane ngakak. Tapi karena melihat Sabrina lempeng-lempeng saja dari tadi, dia jadi tidak leluasa tertawa. "Tumben mood lo stabil? Biasanya dikit-dikit ngegas."

Sabrina mesem lagi. "Rachel bilang gue harus baik-baikin Bos. Biar dikasih kas bon biar bisa jajan di Sydney."

"Rachel? Sejak kapan lo ngobrol ama doi?"

"Sejak tadi, pas dia ngehina gue karena ketahuan kartu gue udah limit di tengah bulan gini."

Zane auto ngakak. "Makanya, kurang-kurangin belanjanya. Dasar cewek. Anak akuntansi tapi nggak bisa ngatur duit sendiri."

Akhirnya untuk pertama kalinya, Sabrina bermaksud mempertimbangkan nasihat menyebalkan itu, meski selama ini dia selalu berhasil mendapatkan jalan untuk bertahan hidup sampai akhir bulan.



... to be continued


PS. Mon maap kopi yang dibeli sab di part sebelumnya dengan yg disebut di sini beda, keknya w salah copas. Yasudalaya, banyak bet draftnya ampe pusyiiing.

Abis ini kan mau ke sydney tuh, w saranin kalian nabung 5 rebu perak buat unlock special chapter 'BONDI BEACH' di karyakarsa bagi yang belom pernah baca. Unlocknya nanti kalo udah kelewat scene sydneynya tapi, sekarang nabung recehan di shopee dulu. [Kalau dulu pernah ikut challenge dan dapet akses baca gratis, atau udah pernah unlock Wattpad Originals, gausah baca lagi karena isinya sama].

Itu special chapter wajib banget sih, karena POV Zane, wkwk.

Yang udah baca, komen kesannya di line ini dong, tapi jangan spoiler yak. 

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Where stories live. Discover now