intermezzo

142K 16.1K 420
                                    




intermezzo



"Ren, gue ngungsi ke kamar lo, ya."

Kalimat pertama, tanpa salam pembuka, yang diucapkan Akmal lewat telepon itu membuat Karen yang baru selesai gosok gigi jadi mengerutkan dahi, dan langsung menatap wajahnya di cermin.

Perasaan mukanya nggak cabe-cabe amat. Ini kenapa teman satu nggak punya akhlak, bisa-bisanya punya ide untuk pindah ke kamarnya? Mentang-mentang mereka lagi di hotel, nun jauh di negara orang, seenaknya dia melupakan adat ketimuran.

"Gue takut tidur berdua sama Jun. Lo kan tau, Jun agak gimanaaa gitu, kalo sama gue," lanjut Akmal karena tidak juga mendapat sahutan, kali ini dengan nada lebih memelas.

Karen menghela napas.

"Akmal Abdul Basit!" serunya, tegas.

"Hmm?" Akmal menyahut.

"Situ waras?" Karen bertanya penuh penekanan.

"Ah, elah, Ren. Sekali ini aja tolongin gue. Gue tidur di sofa juga nggak pa-pa, deh, asal nggak di suruh tidur di kamar mandi. Nanti gue bilang ke Juned, lo takut di kamar sendirian."

"Emang Juned percaya?"

"Ya udah, kalo gitu elo yang bilang sendiri ke dia. Ini gue lagi jalan ke kamar. Abis ini lo telepon gue di depan dia. Ayolah Ren, demi masa depan gue, nih."

"Terus gue mau ngomong apa ke Sabrina?"

"Sabrina mah pasti mau nolongin gue."

"Terus lo mau dipecat Bang Zane gara-gara nyatronin kamar ceweknya?"

"Kalo gitu nanti gue telepon Bang Zane biar Sabrina bisa sama dia aja."

"Ah, nyusahin lo, Mal!"

Karen langsung mematikan ponselnya dan melenggang keluar kamar mandi, lalu menjatuhkan diri di kasur, ke tempat laptopnya yang sudah sedari tadi menyala.

Besok pagi mereka harus bekerja.

Tidak ada waktu untuk drama.

Tapi tak lama kemudian ponselnya bergetar.

Ada pesan masuk.


Akmal
Ren, please.
Telepon gue sekarang.


Karen berdecak.

Dia tidak suka direpoti, apalagi oleh cowok. Please deh, bagaimana mungkin mereka bisa jadi imam kalau dikit-dikit merengek ke cewek?

Apalagi pertolongan yang dia minta lumayan menjengkelkan.

Toh Jun juga nggak makan orang. Tidur sekamar dengannya selama beberapa malam nggak akan membuat Akmal kehilangan nyawa.

Tapi karena merasa tidak nyaman mengabaikan orang lain, sementara sebenarnya bantuannya mudah saja dia berikan, perempuan itu segera mencari kontak Sabrina, teman sekamarnya malam ini. Teleponnya tersambung.

"Halo, Beb. Malem ini lo balik ke hotel, nggak?"

[]



Ya Allah, mau bikin ship Akmal*Karen dari dulu wacana mulu #cry

Btw, kapal ini kebalikannya Mail*Trinda, karena Mba Karenina Soebagjo dapetnya brondong ngilfeelin

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Where stories live. Discover now