81 | sab kesayangan zane

180K 20.5K 1.9K
                                    




81 | sab kesayangan zane



"EH, Sab, buset, gue lagi mandi!"

Zane berseru heboh saat pintu kamar mandinya tiba-tiba terbuka dan wajah tanpa dosa Sabrina langsung muncul setelahnya.

Zane jarang mengunci pintu kalau mandi. Sudah kebiasaan, karena seingatnya dia tinggal seorang diri.

Lagipula, bukannya tadi cewek sableng itu sudah terlelap?

Buru-buru dia matikan shower jetnya, dan baru ingat handuknya ada di luar shower box.

Sial!

"Gila lo, Sab!"

Zane mengutuk saat cewek itu berjalan mendekat, berusaha menutupi asetnya sebisanya dengan tangan.

Sabrina mungkin tidak bisa melihatnya dengan jelas karena kaca yang melindunginya sekarang jadi buram terkena uap air. Tapi tetap saja Zane was-was. Dia tidak ingin disergap saat tidak siap begini. Apalagi sekarang dia sedang tidak terlihat keren sama sekali.

"Tadinya gue mau ngikut mandi. Tapi ngelihat muka lo horor gitu, nggak jadi, deh." Cewek itu menyahut santai, lalu memandang berkeliling. Dia menemukan handuk Zane dan mengambilnya, lalu berjalan menyeberangi ruangan.

Zane makin siaga.

Tapi ternyata Sabrina cuma berniat mengulurkan handuk.

Zane membuka sedikit pintu kacanya, menerima handuk itu dan segera melilitkan ke pinggang, lalu berjalan keluar.

"Gue nggak mungkin nggak mandi. Tapi lemes. Gimana ya, enaknya?" Sabrina bertanya padanya.

Zane kontan menautkan alis, tidak sanggup menjawab.

Ya memangnya dia bisa menjawab apa? Mau gue mandiin? Sarap!

Zane sudah akan mengamuk karena merasa harga dirinya diruntuhkan, tapi nggak jadi.

Kenapa, sih, setiap melihat Sabrina, dia jadi nggak bisa marah?

Mukanya terlalu manis untuk dimarahi. Apalagi sekarang bukan cuma manis. Tapi terlihat sendu juga. Jadi pengen peluk.

Lagipula, biarlah impas. Zane sudah pernah melihatnya, sekarang gantian dia yang dilihat. Secara live. Meski Zane lebih yakin tadi yang terlihat hanyalah siluetnya saja dari balik shower box.

"Ya jangan lama-lama mandinya. Abis itu langsung makan. Belum makan kan, elo, pasti?"

Zane berdiri menjajari Sabrina.

Sabrina mendongak sedikit, memincingkan mata. Karena berdiri tepat di depannya, Zane bisa melihat wajah kesayangannya itu terlihat lebih lelah dibanding biasanya.

"Itu masih ada busa shampoo di rambut lo, Bang."

Zane meraba-raba rambutnya, otomatis jadi kesal lagi, batal mellow. "Elo, sih, main masuk aja. Orang gue belum kelar."

"Ya udah, lanjutin. Nggak keliatan juga kok, dari sini."

Sabrina lalu berjalan ke arah closet dan duduk di atasnya.

Zane berkacak pinggang. "Ya kali, gue mandi ditungguin begini!"

"Buruan." Sabrina mengulangi ucapannya. "Abis ini tolong gantian keramasin gue. Gue udah nggak sanggup berdiri lama-lama."

Lalu perempuan itu merem, membuat Zane jadi menghampirinya karena khawatir.

Karena tangannya sendiri dingin setelah mandi, badan Sabrina jadi terasa sangat panas saat dia sentuh.

"Pusing?" Zane bertanya cemas.

Sabrina mengangguk tanpa membuka mata. "Tolong keramasin ya, kalau nggak mau mandiin sekalian."

Kepala itu terkulai lemas di pundaknya. Nampak ringkih, membuat Zane bukan saja cemas, tapi juga mulai takut.

Sabrina nggak boleh sakit.

Zane membuang napas berat, mengabaikan rambutnya sendiri yang belum terbilas sempurna.

"Tunggu bentar."

Dia lalu berjalan keluar untuk mengambil handuk satu lagi untuk Sabrina.


~


Karena Sabrina terlalu malas untuk mengunyah, Zane terpaksa hanya memberinya jus, yang bahkan disedotnya sambil merem di tempat tidur.

"Awas kalo sampe maag lo kambuh! Langsung gue pecat!" Zane duduk di sisinya setelah membereskan sisa jus Sabrina. Berdecak kesal berkali-kali.

Bayangkan saja, masa karyawannya mengabaikan kesehatan hanya demi gaji yang tidak seberapa?

Sabrina tidak menyahut, malah menarik tangannya supaya ikut merebahkan diri.

Zane pasrah saja saat dadanya dijadikan bantal dan satu lengan kurus perempuan itu memeluk pinggangnya.

"Padahal tadinya gue semangat empat lima mau merealisasi project kita bikin adek buat Milo. Tapi ternyata gue terlalu capek." Perempuan itu meracau, ngawur, membuat Zane pilih diam saja daripada ikut-ikutan ngawur. "Jadi sekarang biarin gue tidur dulu bentar. Jangan ke mana-mana. Nanti pas bangun gue pengen ngobrol."

Zane mengelus belakang kepalanya. Selembut yang dia bisa. Takut membuat Sabrina makin pusing.

"Tidur aja, ngobrolnya besok pagi."

Sabrina menggeleng.

"Gue juga pengen makan midnight snack soalnya."



... to be continued


seseakun: thor, bikinin adegan zane mandiin sab di karyakarsa [versi lebih detail dan eksplisit maksudnya?]

me: [rolling eyes] udah mau puasa, yuk tobat yuk, wkwk

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang