62 | udah, putusin aja!

186K 22.8K 1.9K
                                    




62 | udah, putusin aja



"LAKI lo mana?" tanya Akmal lagi, mungkin untuk yang kesepuluh kali, dalam rentang waktu hanya beberapa saat setelah mereka tiba di ruang tunggu bandara, empat hari pasca resepsi Jakarta Edgar-Tessa.

Sabrina mendengus.

Hari ini memang cukup melelahkan.

Pesawat mereka berangkat nyaris jam dua belas malam, membuatnya harus melek lebih lama dibanding biasanya. Belum lagi tadi mereka masih harus masuk kerja sehari penuh karena banyak yang harus dibereskan sebelum pergi.

Sudah lelah fisik begitu, dia masih juga dibuat kesal karena mencemaskan Zane yang masih mau-maunya meluangkan waktu untuk bertemu Bang Hotman selepas makan malam mereka tadi.

Sabrina kesal melihat melihat pacarnya itu sok tidak butuh istirahat. Khawatir juga seandainya Zane keenakan ngobrol seperti biasa dan ketinggalan pesawat.

Sebagai karyawan yang tahu bosnya berduit, sebenarnya Sabrina nggak peduli-peduli amat karena sedari awal dia-Akmal-Karen memang tidak berencana berangkat bersama Zane dan Rachel meski menaiki penerbangan yang sama-dengan kelas yang berbeda, jelas. Tapi sebagai pacar, dia tidak tega kalau Zane harus mencari jadwal penerbangan lain. He rarely have enough sleep this week. Jadi kalau bisa segera berangkat dan segera tidur di pesawat, maka lebih baik.

"Tauuuk! Urusan dia, lah. Yang tugas kerja kan cuma kita bertiga. Dia pergi pake duit sendiri, bukan duit kantor. Kok lo jadi ngerempongin gue, sih? Lagian yang nyusun laporan ke Mbak Iis kan si Karen, bukan elo!" Sabrina menyahut sengit.

Akmal mengatupkan bibir untuk menahan tawa, kemudian menyenggol-nyenggol Karen yang duduk di sebelahnya. "Temen lo sensi banget tuh, Ren. Gara-gara lakinya nggak ada inisiatif nuker tiket ama salah satu dari kita."

Karen jadi ikut-ikutan menahan tawa, membuat bola mata Sabrina melotot lebar-lebar.

"Nyesek emang kalau pacaran beda kasta. Naik pesawat aja nggak bisa barengan." Akmal berlagak berduka cita.

"Diem lo, Mal!" Sabrina mencubit lengannya keras-keras, melampiaskan seluruh emosi.

Sebenarnya dia tidak ada masalah dengan perjalanan ke Sydney kali ini. Tidak masalah kalau Zane dan Rachel-yang ternyata setelah di-crosscheck memiliki undangan sendiri, bukan hadir sebagai Zane plus one-berangkat terpisah darinya. Bagaimanapun juga, dia sedang bekerja, harus profesional, meski kalau mau jujur, hatinya agak terluka karena Zane bahkan tidak mengungkit-ungkit perjalanan mereka sama sekali semenjak jadian.

Tapi kalau diceng-cengin Akmal begini, entah kenapa dia jadi tersulut emosi.

Kalau bisa, dia ingin memakan Akmal, Rachel, dan Zane hidup-hidup, agar tidak membuatnya kesal lagi!

"Kan pesen tiketnya udah lama. Sebelum peristiwa si Bos dan Sab tertangkap basah lagi cipokan di kantor." Karen ketawa jahat. "Kalau tau bakal ada something between them, udah pasti Bos pilih ngikut kita naik kelas ekonomi, hahaha."

"Biar bisa modus sekalian ngirit." Akmal menimpali.

Sabrina hanya mencoba bersabar.

Lebih baik dia menghemat energi.

Apalagi sekarang dirinya sudah mulai mengantuk.

"Btw, itu ceritanya gimana, sih? Jahat lo, Ren, ada hiburan nggak bagi-bagi. Gue yang paling ketinggalan nih kayaknya, gara-gara sekarang Sabrina nggak pernah curhat. Sibuk honeymoon terooos." Akmal nyerocos saja, mengabaikan Sabrina yang mulai muak dighibahin di depan mata.

"Ya gitu, mereka indehoi di ruangan bos malem-malem, terus keciduk Gusti yang mau ngajakin balik. Tau deh itu gimana kopi bisa tumpah semua ke Sabrina." Karen menjelaskan seolah Sabrina tidak ada di sana.

Sabrina menguap. "Dasar mental sales lo, Ren. Pinter banget ngebumbuin cerita, biar laku."

Akmal ngakak. "Elo sih, jablay nggak tahu tempat!"

"Tapi baguslah, kalo nggak keciduk gitu, paling masih kucing-kucingan aja mereka berdua sampe sekarang. Diajak pergi makan nggak mau, bilangnya masih kenyang. Giliran ditinggal, malah lari ke ruangan si Bos, cupang-cupangan. Jelas aja kenyang!"

"Mulut tuh, muluuut. Kayak nggak pernah disekolahin aja." Sabrina menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, lalu mengeluarkan ponsel, mengabaikan dua teman kampretnya bergosip ria.

Dia ketik pesan singkat.

Untuk Zane.


Sabrina Tanjung
Di mana?

Sabrina Tanjung
Dateng nanti aja,
jam satu. Biar sekalian
ketinggalan pesawat.


Delivered.

Lalu dia menoleh ke teman-temannya lagi.

Akmal sedang mempertontonkan sesuatu di ponselnya ke Karen.

"Kok lo booking dua kamar doang?" tanya Akmal.

"Bukan gue. Juned." Karen menatap layar ponsel itu sekilas. "Bener, kan? Satu buat gue sama Sab. Satu buat elo sama Juned."

"Kok elo jadi bego, sih?" Akmal berdecak. "Juned kan udah check in duluan."

Karen menautkan alis, kemudian mengambil alih ponsel Akmal dari tangan empunya.

"Buat Rachel ama Zane, sih, kalo suite mah."

Akmal menoleh ke Sabrina.

Sabrina menaikkan alis.

Sementara Karen langsung ternganga, baru sadar apa yang diucapkannya.

"Jadi ...." Akmal mendahuluinya berbicara. "Apakah nggak ada reshuffle, gitu? Bertukar pasangan? Berhubung sudah ada pergantian status antara beliau dengan saudari Sabrina Tanjung?"

Karen ngeri sekaligus pengen ngakak.

Akmal melanjutkan, "Bos nggak mungkin tidur bertiga tumpuk-tumpukan kayak ikan pindang sama gue sama Juned, kan? Kalau belum ada titah untuk reshuffle, tunggu aja, paling elo yang pindah ke suite, Ren. Siap-siap naik kasta."

Sabrina ganti menoleh ke Karen, minta penjelasan.

"Paling doi nambah kamar lagi ntar. Duitnya kan banyak."

Sabrina tidak angkat bicara.

Nggak masalah Zane tidur di mana saja.

Asal bukan di suite-nya Rachel.

"Tapi kalau ternyata nggak ada kabar ...." Karen menarik napas panjang. "Ya udah, putusin aja, cowok kayak gitu mah."

Sabrina melongo.

Karen melanjutkan lagi. "Gue kalau jadi elo, boro-boro soal hotel, tiket pesawat aja pasti gue udah tersinggung sih kalo dia enak-enakan di bussines class sama cewek lain, sementara ceweknya sendiri dibiarin di economy class."

Akmal manggut-manggut, sepakat.

"Terus kalau gue pikir-pikir, keluarga Bos deskriminasinya kampret banget, sih. Elo di kelas ekonomi, dia bisnis, abangnya lagi di first class. Nangis nggak lo?"

Sabrina makin melongo.

Nggak ada akhlak emang teman-temannya ini. Ngomongin orang suka-suka udel mereka.

Mendadak Akmal menyenggol lengan Sabrina.

"Noh, paduka raja udah dateng. Sama selirnya, tapi."



... to be continued


HOY UDAH UNLOCK BONDI BEACH APA BELOOOM???

Warning: Physical Distancing! [COMPLETED]Where stories live. Discover now