24. Adjust and Prepare

461 40 11
                                    

Kia mengunyah makanannya perlahan, tangan Gamal di samping sesekali mengusap pundaknya. Calon suaminya itu tau Kia cemas, tau banget. Apalagi suasananya daritadi kurang enak.

"Almira, mau jus apa jadinya?" Tanya Bundanya Gamal, membuyarkan sedikit fokus Kia.

"Stroberi Bun." Jawab Gamal mewakili. "Iya kan yang?" Tanya Gamal sambil tersenyum ke arah tunangannya.

"Iya Bunda." Bunda tersenyum, terus pesenin jusnya ke pelayan.

Suasana makan mereka sebenernya baik-baik aja tadi. Ayah sama Bunda mendarat di tanah air kemarin, terus ngajak Kia dan orang tuanya makan malam. Sekedar ngobrol aja tentang persiapan pernikahan mereka dan supaya lebih deket sama calon besan. Kia awalnya cuma mau ajak Mamanya, tapi sang ibu menyarankan Kia buat minta ijin sama Papanya. Mau gimana pun juga, Papa tetap orang tua Kia yang harus tau.

Keadaan masih baik sebelum Papanya Kia datang bersama Tante Irene. Padahal Kia cuma minta ijin mau makan malam sama Mama dan orang tuanya Gamal. Tapi Papanya bilang mau ikut, Tante Irene juga katanya mumpung Jingga lagi nginep di rumah temennya.

Mereka bertemu tepat di lobby, Mamanya Kia secara ngga sadar sangat memperhatikan Irene dan mantan suaminya. Selewat ada perasaan terintimidasi dari pakaian yang Irene pakai, make up nya, aksesorisnya, semuanya. Mamanya Kia berpakaian lebih sederhana bahkan dibandingkan dengan putrinya sekali pun. Mama akan membuktikan, betapa Kia tumbuh dengan baik bersamanya. Mama akan membuktikan, betapa Kia pantas mendapatkan cinta dari setiap orang di dunia. Mama akan membuktikan, Kia selalu di berikan yang terbaik meski pun diurusnya seorang diri. Mama ngga akan membiarkan putrinya, direndahkan oleh siapa pun.

Irene cukup menunduk takut sambil memeluk lengan suaminya, meminta kekuatan. Suaminya tersenyum canggung kepada sang mantan istri. Mamanya Kia cuma tersenyum simpul sebelum ngehampirin Bunda dan Ayah Gamal di salah satu meja sambil ngerangkul putrinya. Sejak itu, perang dingin mereka dimulai.

Jadinya suasana sekarang lumayan awkward. Mamanya Kia keliatan banget nahan semuanya supaya keadaan ngga jadi canggung, Tante Irene juga membatasi bicaranya dan bersikap seramah mungkin.

"Kamu sehat Ta?" Tanya Irene ramah ke Mamanya Kia, wanita itu cukup terkejut tapi berusaha netralin suaranya.

"Sehat Rin, kamu juga kan?" Irene mengangguk, cukup seneng ngga menerima penolakan berarti. Papa berdeham, berusaha menahan perasaan canggung dan aneh ini.

Mereka semua menghabiskan makanannya, tersisa minuman di meja. Ayah menyuguhi mereka semua satu gelas wine, kecuali buat Kia karena cewek itu belum mau coba. Pembicaraan mereka sederhana aja, ngomongin tentang Kia dan Gamal, lalu pekerjaan dan bisnis.

Kia gugup banget, tapi Gamal selalu ada di sampingnya dan nenangin. Kalo Kia dikasih pertanyaan yang ngga bisa dijawab, Gamal dengan lihai ngeback up semuanya. Kalo ngga ada Gamal, Kia ngga tau deh ini bakal secanggung apa.

"Jadi gedung yang di Dago itu?" Tanya Ayah, Papanya Kia menanggapi.

"Saya ngga tau sih Pak, anak kita itu maunya yang lebih sederhana aja. Saya sih terserah." Kemudian Papa dan Ayah tertawa khas bapak-bapak.

"Kia sama Gamal considerate banget, ngga mau ngerepotin katanya." Cetus Irene, mencoba bergabung dalam obrolan.

"Iya loh, mereka itu padahal ngga apa-apa kalo mau mewah sekalian. Yang diundang kan tamu kita-kita juga, lagian satu kali seumur hidup." Bunda ikutan menanggapi sebelum terkekeh bersama Tante Irene. 

"Saya juga setuju, ngga masalah kalo mahal. Toh saya masih mampu membayarnya." Kata Mamanya Kia, suasana langsung canggung seketika. Bunda tertawa terpaksa, mencoba mencairkan suasana. Kia rasanya mau mengeluarkan isi perutnya saking muaknya.

LEVEL UP! (Gamal & Ezra next chapter of life)  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang