☁️5. Little Teacher☁️

439 47 6
                                    

Ezra sampai di depan pekarangan rumah yang sekarang pohon mawarnya sedang berbunga. Terakhir Ezra ke sini, Bapak masih bercerita kalau baru beli sekitar empat bulan ke belakang. Sekarang sudah mulai berbunga lagi, mungkin Ezra cukup lama tidak berkunjung.

"Ibuuu ada Mas Ezra." Seru Rian sambil menggendong bayi perempuan di tangannya, anak itu tampak tertawa-tawa seraya Rian mengangkat-angkatnya tinggi.

"Eh baru main ke sini dua anak Ibu." Ibu dengan cepat mengelap tangannya, lalu menghampiri Ezra dan Nita yang sekarang sudah sampai di halaman rumahnya.

"Maaf ya bu, baru sempat." Kata Ezra penuh penyesalan. Niatnya, setidaknya satu bulan sekali mereka akan berkunjung ke sini. Tapi karena jadwal Ezra terlalu padat, baru bisa berkunjung hari ini.

"Iya ngga apa-apa, kata Ibu juga kan ngga usah dipaksakan." Ibu mengusap pundak Ezra, lalu beralih buat memeluk putrinya yang sudah menyerahkan bungkusan roti pada Rian.

"Cerah banget muka teteh, lagi seneng ya?" Goda Ibu, Nita terkekeh malu. Padahal perasaan Nita baru aja kemarin dikunjungi Bude dan lagi-lagi dikritik karena masih mencuri waktu buat menyelesaikan pekerjaannya. Tidak apa-apa meski pun Ibu bohong, toh mood Nita sekarang jadi membaik meski pun semalem Nita susah tidur. Makanya Nita baru ke sini siang-siang.

"Ah Ibu, biasa aja kok." Ibu tersenyum dan meminta pasangan itu untuk menunggu di ruang tengah. Masakannya hampir siap katanya. Keduanya memasuki rumah dan mata Ezra terus mengikuti Rian yang sibuk bermain cilukba dengan anak bayi yang kini sedang duduk di karpet.

"Siapa?" Bisik Ezra pada istrinya, Nita mengangkat bahunya. Ezra memperhatikan bayi perempuan itu dengan setiap detail yang bisa tertangkap matanya. Kepalanya yang diberi bando pita, pipinya yang mengembang, dan suara tawanya yang renyah. Memang bayi kalo lagi ketawa selalu menggemaskan.

"Ngga tau, coba tanya." Kata Nita lalu menyusul Ibunya ke dapur, sekalian menguji suaminya bisa atau ngga nanganin anak kecil.

Ezra tuh baik, ramah cuma ya gitu agak kaku. Cowok itu bisa kok main sama anak-anak tapi memang butuh waktu, ngga bisa langsung akrab. Terakhir Nita inget, waktu nikahan Kia ada Jingga. Anak itu nyamperin Ezra mungkin cuma mau ngajak kenalan, tapi Ezra waktu itu kurang fokus karena melepas kacamatanya. Akhirnya Jingga kabur ke Gamal, karena muka Ezra keliatan menyeramkan dan tidak bersahabat di matanya. Udah sempet sama Kia dideketin lagi, tapi Ezra cuma senyum kaku, Jingga malah jadi makin takut.

"Rian udah punya anak?" Goda Ezra pada adik iparnya sambil duduk di karpet, di samping Rian yang sedang menyusun guling dan bantal sebagai pembatas. Berjaga seandainya anak di depannya itu terjungkal ke belakang.

"Ngaco banget Mas, harusnya aku yang tanya gitu." Ketus Rian, Ezra ketawa jadinya. Udah lama juga ngga bercanda sama ini anak.

"Namanya siapa inii?" Tanya Ezra berusaha ramah sambil mendekati Tara, bayi berusia dibawah tiga tahun di depannya.

"Tara, Om." Jawab Rian dengan suara yang dibuat-buat imut, Tara diam dan menatap Ezra. Orang baru nih, pikirnya.

"Tara berapa umurnya?" Ezra mulai menyentuh tangan Tara yang mungil, Tara memperhatikan tangannya yang diusap Ezra perlahan.

"Mau dua tahun Om, tapi bentar lagi punya adek." Jelas Rian, Ezra menengok ke arah adik iparnya itu dengan wajah terkejut.

"Hah?"

"Iya Mas, ini anaknya Tante Tami tetangga sebelah. Ibunya lagi kontrol ke dokter sama suaminya, anaknya dititipin ke sini."

"Cepet amat? Ini anak baru setahun loh?" Kata Ezra takjub, tanpa disadari Tara merangkak ke arah pangkuan Ezra.

LEVEL UP! (Gamal & Ezra next chapter of life)  [✔]Where stories live. Discover now