☁️25. Tell☁️

347 52 11
                                    

Kia melenguh waktu merasakan pergerakan di sekitar perutnya. Awalnya dingin, karena kausnya disingkap. Lalu hangat, kemudian menjadi geli setelah dihujani kecupan bertubi-tubi. Kebiasaan Gamal, setiap hari setelah mengetahui istrinya sedang mengandung.

"Malam, cantik." Sapa Gamal sambil membetulkan kaos Kia dan menutupinya dengan selimut.

"Hmm, jam berapa?" Kia mencoba bangkit dari posisinya, tentu saja dengan bantuan Gamal. Usia kandungannya baru menjelang dua bulan, tapi pegalnya sudah mulai terasa.

"Sebelas."

"Lembur terus nih, Ayah." Ucap Kia setengah kecewa, Gamal mengusap kepalanya sebelum berdiri dan berjalan ke depan lemari. Biasanya Gamal langsung salting dipanggil gitu, sekarang mungkin karena lagi capek jadinya ngga.

"Maaf sayang, hari ini hectic banget." Kia menghembuskan napasnya lelah, juga bosan.

"I'll make it up to you. This weekend I'm yours." Gamal berkata sambil menaruh bajunya di keranjang baju kotor yang telah kosong. Kia sudah mencuci dan menjemur semuanya tadi pagi.

"Jangan janji mulu ah." Kia berucap setengah marah, setengah kasihan.

"Okay Ibun, I'm so sorry." Gamal menghampiri Kia setelah mengganti bajunya dengan kaus dan celana pendek. Kia memberi Gamal hadiah usapan lembut di kepala, suaminya itu tersenyum dengan wajah lelah.

Kasihan, tapi Kia seakan tidak bisa membantu apa-apa.

"Hmp!" Kia membungkam mulutnya sendiri dengan tangan, sebelum akhirnya berjalan terburu menuju kamar mandi. Gamal yang sudah mengerti, menuju dapur untuk mengambilkan segelas air putih hangat. Kia masih mengeluarkan isi perutnya yang tetap saja hanya air yang terlihat.

Gamal sudah melalui fase ini sebelumnya, ternyata hanya berlaku satu bulan saja dan bulan berikutnya dialami oleh sang istri. Tangan Gamal tergerak untuk mengurut tengkuk istrinya di depan wastafel. Kia sendiri menuntaskannya dan bangkit dari posisinya yang tadi membungkuk. Matanya berair, tenggorokannya perih, dan perasaan aneh lain di dalam tubuhnya.

"Makasih, yang." Kata Kia setelah meneguk air yang diambilkan Gamal, lalu terhuyung ke dada sang suami.

"Lemes ya?" Gamal memapah Kia dengan tangannya, membantu tubuh lemas istrinya kembali ke ranjang.

Dua bulan ini Gamal merasa benar-benar terbiasa dengan semua perubahan yang terjadi pada dirinya dan sang istri.

Setiap hari Kia akan bangun pagi sekali untuk memasak bekal empat sehat lima sempurna untuknya, kemudian terkantuk-kantuk ketika sarapan. Gamal akan berakhir menggendongnya ke tempat tidur, lalu mengecup keningnya sebelum berangkat kerja. Siang harinya, Kia akan marah pada dirinya sendiri sambil menelpon Gamal. Menyatakan kekesalannya karena melewatkan tradisi mengantar suami ke parkiran.

Gamal lebih banyak diam dan mengerti, seakan ini semua tidak terlalu mengejutkan untuknya. Sikapnya seakan natural, seperti sudah terlatih dan siap dengan kondisi ini. Berbeda dengan Kia yang masih pusing dengan perubahan di sana sini. Kia lebih banyak mengeluh dan bertanya, lalu Gamal akan mengerti dan menjelaskan.

"This is weird." Keluh Kia dengan suara lemas.

"Apanya?" 

"Aku tiba-tiba kepengen chicken burger." Rengek Kia, kesal pada dirinya sendiri.

Gamal mendengus. "Itu namanya ngidam."

"Ugh, tapi kan ngeselin. This damn ngidam thingy." 

"Sst! Bahasanya sayang." Kia terkekeh lemas sambil menjatuhkan kepalanya di bahu kokoh Gamal. 

"Kamu pasti capek, tiap malem aku begini." Tangan Gamal mengusap pipi Kia lembut sebelum kembali sibuk dengan ponsel, mencari menu yang Kia inginkan tadi. 

LEVEL UP! (Gamal & Ezra next chapter of life)  [✔]Where stories live. Discover now