☁39. Growing ☁

336 48 65
                                    

"Beneran cewek kan yang?"

"Iyaa, ayah sayang. Ngga percayaan banget."

Kia tertawa sementara Gamal memajukan bibirnya. Tangan Gamal sedari tadi sedang menalikan sepatu olahraga milik istrinya. Kia diajak mertuanya untuk ikut senam ibu hamil, dan Kak Gilang mau anter sekaligus nungguin di sana.

Instrukturnya kenalan Bunda dari zaman kuliah dulu, jadi tentu saja terpercaya. Kia setuju-setuju aja, setelah telpon dokter juga katanya bagus supaya lebih kuat dan lebih mudah proses persalinannya nanti. Ngga ada alasan untuk menolaknya.

"Aku anter ah." Cetus Gamal tiba-tiba. Kia mengerutkan dahi melihat Gamal bangun dari posisi jongkoknya tadi. Bukannya Gamal hari ini harusnya sibuk ya? 

"Katanya kamu kerja?"

Gamal mengedikan bahunya tak peduli, kelihatan sedang menahan sesuatu dari perasaanya. "Bisa remote kok?"

"Ini tuh kamu pasti ngga percaya deh sama aku. Kak Gilang bilang apa emang?" Tanya Kia curiga, ini pasti Gamal abis diapa-apain. Ngga mungkin suaminya tiba-tiba seperti ini saat pekerjaannya sedang lumayan sibuk.

Gamal duduk di samping Kia dengan lesu. Tubuhnya sudah rapi dengan polo shirt putih dan celana bahan hitam, ada survey lapangan pagi ini. "Katanya instrukturnya om-om, binaragawan yang lumayan good looking."

Sang istri langsung terbahak keras mendengarnya, jelas sekali padahal cerita itu karangan belaka. Mana ada begitu, kalo misalnya Kia tau instrukturnya laki-laki juga Kia langsung batalin karena takut. Ngga peduli itu om-om ganteng atau bukan, Kia ngga akan mau.

"Apasih, yang! Instrukturnya ibu-ibu lagi hamil muda." Jelas Kia sebelum kembali tertawa.

Raut wajah Gamal langsung berubah menjadi terkejut. Matanya membelalak, dan bibirnya membulat lucu. "Masa? Kata Kak Gilang gitu."

"Tanya Bunda aja kalo ngga percaya. Aku belum pernah ke sana, tapi Bunda ada fotonya."

"Permisi, mau manasin mobil." Kata Kak Gilang sambil berjalan menuju teras sambil membawa segelas kopi di tangannya. Bersiap untuk kabur dari adiknya yang siap marah karena malu dan salah sangka.

"KAK GILANG!"

Lalu Kia kembali tertawa waktu mendengar Gamal sibuk mengejar sang kakak yang sudah berhasil menjahilinya. Kak Gilang tuh emang kalo udah usil, bisa ngelebihin adiknya sendiri. Dan anehnya, masih aja Gamal percaya.

"Kenapa tuh?" Bunda datang membawa sepiring buah pir yang sudah dipotong-potong.

"Itu, Gamal mau nemenin ke sana. Soalnya kata Kak Gilang instrukturnya om-om binaragawan ganteng."

"Hah?" Bunda langsung ikut tertawa, bagaimana mungkin Bunda akan menyerahkan menantu kesayangannya ke instruktur laki-laki? Apalagi suaminya protektif gini, ngga mungkin lah. Bunda langsung tertawa bersama Kia melihat bagaimana Gilang dan Gamal berkeliling, saling kejar-kejaran memutari mobil yang baru saja selesai dicuci. Benar-benar seperti anak kecil.

Tiga orang dari rumah itu berangkat jam sembilan pagi, dengan mobil terpisah karena lokasi Gamal survey berlawanan arah dengan tujuan Kia pagi ini. Waktu sebelum tidur, Kia tau kalo Gamal sengaja minta kakaknya itu yang menemani sang istri dibandingkan Bunda. Biar lebih aman katanya kalo didampingin sama Kak Gilang. Kayaknya, itulah saat Kak Gilang ngarang cerita soal instrukturnya.

Kak Gilang membantu membawakan tas Kia waktu turun dari mobil, juga merangkulnya masuk ke dalam bangunan sanggar. Lalu membantunya mengurus registrasi dan menemaninya menuju loker. Kia tersentuh melihat sisi kakak iparnya yang seperti ini, jarang-jarang Kia ngeliat Kak Gilang sangat caring and soft seperti ini. Diluar sisinya yang usil, ternyata ngga beda jauh lembutnya seperti Gamal kalau sudah serius.

LEVEL UP! (Gamal & Ezra next chapter of life)  [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang