☁42. Precious Gift For All☁

369 46 36
                                    

"Mohon maaf ibu, tidak bisa. Tekanan darahnya terlalu rendah dan tidak bisa didonorkan." Mama menghela napasnya kesal, Gilang di sampingnya hanya bisa menggeleng pelan. Lalu menenangkan tantenya itu.

"Oh iya baik, terima kasih dok."

Gilang mengajak tantenya itu duduk di kursi, berusaha menjelaskan situasinya. Mamanya Kia baru saja selesai melakukan pemeriksaan sebelum transfusi, sebagai persiapan jika Kia membutuhkannya. Namun karena Mamanya juga memiliki darah rendah, akan berbahaya bagi keduanya apabila dilakukan. Sekarang yang terpenting, adalah Kia tidak begitu membutuhkannya.

Sejak tadi, keduanya sudah mengamati banyaknya ibu yang melahirkan hari ini. Tampaknya ruang bersalin akan sangat sibuk dan akan ada banyak tangis bayi. Keduanya juga masih menunggu kabar dari ruangan operasi Kia, Gamal belum keluar dari ruangannya sejak tadi.

"Almi ngga akan apa-apa kan ya, nak?" Gumam Mamanya Kia cemas.

"Ngga apa-apa tante, pasti baik-baik aja. Kia do'ain terus." Tutur Gilang tulus.

Tadi sewaktu menunggu kabar, Mamanya Kia berhasil menghubungi Nita tentang keadaan Kia yang akan melahirkan. Jam lima pagi tadi, Nita dan Ezra bilang akan segera menuju rumah sakit. Sementara Papanya Kia dan istrinya akan menyusul setelah mengantar Jingga ke sekolah. Gilang masih mengamati sekitar ketika mendengar suara langkah kaki berlari mendekat.

"Ma, Ma tolongin Almira!" Ujar Gamal sambil berlutut.

"Eh bentar! Kenapa?" Tanya Gilang panik sambil membantu Gamal untuk duduk di kursi.

"Tolongin Almira. Tolongin Almira. Tolongin Almira." Gamal menggumamkannya sambil menggenggam tangan ibu mertuanya erat.

"Dek pelan-pelan." Ujar Gilang sambil mengusap pundak adiknya yang naik turun. "Pelan-pelan, napas dulu."

"Mohon maaf ibu, saya bisa bicara sebentar?" Ucapan salah satu staf barusan membuat Mamanya Kia mengalihkan perhatiannya.Setelah sempat shock karena reaksi Gamal barusan, Mama harus siap mendengar berita apapun ini.

"Ibu, saya ingin memberitahukan kabar bahwa Ibu Kia saat ini membutuhkan banyak darah. Akan tetapi karena stok golongan darahnya dua tabung lagi, kami harus segera mencari pendonor secepatnya. Kami akan lakukan yang terbaik. Mohon maaf sebelumnya."

Sensitive Content ends here⚠

☁️☁️☁️

"Mas, langsung ke sana aja deh. Ngga usah bawa apa-apa dulu!" Nita risih sedari tadi melihat gerak-gerak Ezra yang terlihat lambat di matanya. Dari mulai bangun tidur, mandi, sampai makan. Ezra terlihat seperti mengulur-ulur waktu.

Ezra menghembuskan napasnya perlahan sambil mengambil kunci mobil. "Iya, cah ayu. Ngga usah marah-marah."

"Siapa yang marah-marah?!" Balas Nita galak.

Ezra memejamkan matanya sebentar dan menyabarkan diri. "Iya, maaf."

Nita terus-menerus mengecek ponselnya, menanti kabar terbaru dari Kia maupun Gamal. Apa bayinya sudah lahir? Bagaimana keadaan Kia sekarang? Apakah masih dalam proses? Nita sangat cemas dan rasanya ingin segera sampai di sana dengan cepat. Bahkan tawaran Ezra untuk membeli bunga terlebih dahulu langsung ditolaknya mentah-mentah. Pekerjaannya hari ini juga langsung Nita alihkan ke orang lain karena ingin fokus hari ini untuk Kia saja.

"Ay, cek hape mas coba." Kata Ezra yang sedang menyetir, takut ada notifikasi penting.

Tangan Nita meraih kantong baju suaminya, lalu mengambil ponsel hitam milik Ezra dari sana. Ada notifikasi dari grup BEM, dan entah kenapa Nita sama sekali tidak ingin mengabaikannya. Matanya terbelalak waktu membaca notifikasi.

LEVEL UP! (Gamal & Ezra next chapter of life)  [✔]Where stories live. Discover now