🎇44. Another Party🎇

334 46 18
                                    

"Ngga mauuu! Mau ikut!"

Baru pulang kerja namun Ezra sudah merasa kepalanya mulai berdenyut nyeri. Ini disebabkan karena Adam baru saja mengirimkan kartu tadi siang. Ezra pikir dikirim ke rumah saja karena hari ini ia banyak jadwal menemui klien di luar kantor. Tapi kalau tahu akan begini, harusnya memang dikirim ke kantor saja.

"Temanya apa katanya?" Nita sekarang sibuk memilih-milih pakaian di lemari.

"Garden party apa summer party aku lupa deh."

Ezra sekarang memijat pelipisnya sambil terduduk di kasur, pasrah pada keadaan.

"Baru ingeeet." Rajuknya manja.

"Pasti belom ada kan bajunya?" Tebak Ezra tepat sasaran. Tentu saja, Ezra bahkan tidak ingat kapan terakhir kali Nita membeli baju baru selain baju hamil untuk di rumah. Oh iya, bukan itu kok yang bikin Ezra sakit kepala hari ini.

"Belom mas, harus beli deh. Maaf ya."

Ezra menelan ludahnya, takut salah bicara. "Kamu tuh beneran mau ikut?"

"Mas ih! Aku tuh mau dateng, mau banget." Nita menghempaskan tubuhnya duduk di samping Ezra sambil merajuk manja, bibirnya dimanyunkan, nadanya memelas. Duh, paling ngga tega deh Ezra tuh.

"Besok pagi pas kontrol ke dokter, tanyain ya boleh apa ngga." Jawab sang suami diawali oleh helaan napas. Nita sempat terdiam sebentar sebelum beralih memandang Ezra dengan mata berbinar. Ya ampun, cepat juga mood istrinya -yang-sedang-hamil- ini berubah.

"Berarti kamu bolehin, mas?" Tanyanya sambil menangkup kedua pipi Ezra, suaminya langsung mengangguk. "Iya, kalo dokter juga bolehin ya."

"Sayang banget sama mas!" Serunya senang, lalu menciumi hampir seluruh wajah Ezra. Pria itu jadi merasa disogok telak oleh sang istri, lalu memutuskan untuk menikmati setiap kecupan di wajahnya. Bahkan, Nita mengecupnya cukup lama di bibir.

"Besok pulang dari dokter, kita belanja. Undangannya dua hari lagi cah ayu, jadi langsung beli hari itu aja ya. Kamu harus ngumpulin energi dulu." Ucap Ezra tegas, Nita cuma bisa mengangguk semangat. Akhirnya setelah hampir sebulan ngga boleh keluar-keluar, akhirnya dibolehin juga. Nita ngerti sih, ini demi dirinya dan bayinya juga karena ia saat ini sedang hamil besar.

"Oke Ayah Ejaa." Kata Nita dengan nada manja sambil memeluk tubuh suaminya dari samping. Ezra mendengar panggilan tersebut otomatis tertawa, mengingat dari mana panggilan itu berasal. Waktu Ezra mengunjungi rumah mertuanya, ada Tara di sana. Anak itu sudah cukup besar untuk berbicara dengan lancar dan memanggilnya Om Eja.

"Kamu ada kepengen makan apa lagi gitu malam ini?" Tanya Ezra setelah memberi kecupan di pipi sang istri.

"Hmm belom sih mas, maleman lagi kali ya."

Ezra mendengus. "Make sure-"

"Hehehe iya mas, aku make sure akan pengen makanan yang ada delivery 24 jam. Tenang aja."

"Pinteeer, aku mandi dulu ya." Ezra bangkit berdiri sambil berjalan menuju rak handuk.

"Oke, sabunnya pake sabun aku ya." Ucap Nita sambil menyamankan posisinya duduk sambil meluruskan kaki di atas kasur.

"Hmm? Kenapa emang?" Permintaannya terlalu tiba-tiba untuk meminta Ezra memakai sabun dengan wangi buah malam begini.

"Aku pengennya gitu." Nita berbicara dengan nada final, artinya keputusannya tidak boleh diganggu gugat titik.

"Oh, iya cah ayu." Dan untungnya Ezra juga tidak pernah keberatan. Karena tau pasti setelahnya, Nita akan sibuk memeluk dan bersandar di dadanya sampai tertidur. Kebiasaan-kebiasaan ini muncul sejak awal kehamilannya, dan Ezra sebenarnya sudah cukup hapal. Tujuh bulan ini penuh dengan hal-hal yang sangat berarti bagi keduanya.

LEVEL UP! (Gamal & Ezra next chapter of life)  [✔]Where stories live. Discover now