🌛[Special Part] Tongue Slip's🌛

368 36 5
                                    

Adam tidak pernah merasa sesenang ini selama bertemu dengan perempuan. Maksudnya, oke pernah mungkin dulu waktu setiap kali bertemu Juwi. Tapi kali ini berbeda, rasanya seperti setiap kali akan bertemu, ada timbal balik yang dirasakan.

"Maaf lama ya Dam, yuk."

Karena setiap Adam bertemu Arum, akan terlihat binaran yang sama di matanya setiap mereka saling menatap.

Adam mengingat saat pertamanya bertemu dengan Arum saat sama-sama bekerja di bank. Waktu itu Arum bilang sekolah keperawatannya belum lulus, dan ia mengambil cuti untuk bekerja dan menabung demi membayar tingkat akhirnya. Adam sendiri memilih mengikuti tes dan bekerja di sana karena bingung harus mencari kerja dimana lagi.

Keduanya sama-sama dalam keadaan membutuhkan uang untuk bertahan hidup, dalam hal aspek berbeda tentunya. Adam tidak ingin pulang ke rumahnya dengan keadaan menyedihkan, dan Arum merasa harus menyelesaikan pendidikannya dahulu dengan tidak ingin merepotkan ayahnya yang sudah pensiun meskipun masih tergolong mampu.

Waktu itu mereka sama-sama bekerja profesional, hanya mengobrol seperlunya saja. Toh, Adam di sini cuma ingin mencari uang dan pergi. Namun sore itu, Adam tidak bisa meninggalkan Arum begitu saja di parkiran.

"Udah gue temenin lo bawa motornya ke bengkel, terus lo pulangnya gue anterin. Mau ngga?"

Adam sedikit menduga, kalau Arum akan menolaknya mentah-mentah karena akan disangka modus. Juwi memutuskannya karena alasan bahwa Adam terlalu membantunya dalam melakukan apapun tanpa diminta, dan Adam sedikit banyak bisa mengerti mengapa Juwi memutuskannya. Karena sudah berkali-kali Adam diperlakukan seperti ini. Apalagi Arum membawa motornya sendiri, sudah pasti gadis itu termasuk mandiri.

Tapi-

"Boleh, temenin ya."

-hari itu, Adam akhirnya merasa tidak ditolak. Hingga akhirnya hubungan mereka terus berlanjut hingga saat ini. Adam membutuhkan gadis yang akan bergantung padanya. Kurang lebih sama dengan Gamal, Adam juga suka 'direpotkan' oleh gadis yang disayanginya. Meskipun Arum juga bukan termasuk gadis yang manja, tapi Arum selalu menghargai bantuan yang Adam tawarkan.

Adam bilang akan selalu ada jika Arum membutuhkannya, begitupun sebaliknya. Arum akan di antar jemput Adam jika sedang tidak bisa membawa kendaraan. Mereka juga akan pulang masing-masing jika keduanya membawa kendaraan sendiri. Mungkin karena sudah sama-sama dewasa, jadi tidak terlalu pusing memikirkan hal seperti ini. Mereka sudah bisa membagi waktu dan perhatian dengan porsi sepadan. Bisa membagi antara pekerjaan, keluarga, hubungan, dan waktu untuk diri sendiri.

Dulu Adam kira, hubungan mereka tidak akan bertahan lama karena mereka termasuk jarang bertemu setelah sama-sama resign. Karena Arum fokus untuk sekolahnya, sedangkan Adam mendapat panggilan magang di salah satu perusahaan terbuka. Mereka bertemu setidaknya dua minggu sekali saat weekend, sangat berbeda dibanding saat sama-sama bekerja di satu tempat. Namun, Arum sama sekali tidak seperti yang Adam bayangkan.

"Adam, main ke rumah yuk. Ditanyain papa."

Arum malah mengenalkannya secara resmi pada ayahnya saat itu, membawa mereka menuju jenjang yang sedikit lebih serius. Pada titik ini, Adam ngga punya lagi waktu untuk main-main. Apalagi setelah mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan. Di pikirannya sekarang, tinggal cari istri.

"Sepatu kuliahku udah kurang enak deh Dam kayaknya."

Adam tersenyum sambil mengendarai motornya. "Mau beli?"

"Hehehe, PVJ yuk?"

"Hah?" Tanya Adam, pura-pura tak mendengar.

Arum malah tertawa mendengarnya, gadis itu bisa merasakan bahu Adam yang bergetar karena ikut tertawa. "Bercanda yaaang, BTC aja."

LEVEL UP! (Gamal & Ezra next chapter of life)  [✔]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon