26. From The Ground Up

464 49 17
                                    

Gamal sama Kia emang udah pernah lamaran sebelumnya, tapi lamaran resmi dan secara adat belum pernah dilakukan. Jadi, mereka akan lakuin sesuai adat Betawi yang udah disetujui. Hari itu Rabu, Gamal bersama rombongan keluarganya datang ke rumah Kia sambil membawa barang-barang yang diperlukan mulai dari Sirih Embun atau Sirih Lamaran, sampai uang sembah dan pakaian untuk pihak wanita. Biasanya nunggu satu minggu sebelum menjawab lamarannya, tapi karena udah setuju dari awal jadi lamaran resminya langsung dilakuin.

Tande Putus nama ritualnya, ngga ada acara aneh-aneh karena lebih ke membicarakan pernikahan mereka nanti dan urusan keluarga lainnya, mirip dengan pertunangan. Mulai dari tanggal pernikahan, terus dilanjutkan dengan mas kawin, makanan, uang belanja dan plangkah. Maksud dari plangkah itu ngomongin apa akan ada yang dilangkahi dalam pernikahan ini, dan ada karena Kak Gilang belum menikah. Dalam adat ini, keluarga mengharuskan mengabulkan permintaan sang Kakak yang dilangkahi untuk menghormati. Dalam hal ini, Kak Gilang minta dibelikan mobil dan diperbolehkan bekerja di luar negeri. Keluarga mereka siap mengabulkannya, padahal tadinya Kak Gilang ngga diizinkan jauh-jauh dari keluarga.

Tahap selanjutnya adalah dipiare, jadi calon pengantin wanita diharuskan mengurus diri dan minum jamu pengantin selama masa dipingit. Udah sedih ngga ketemu Gamal, Kia juga harus merawat dirinya secara total dan minum jamu yang menurut Kia ngga enak.

Pertama kali waktu belum terbiasa, Kia menolak mentah-mentah. Tapi lama-lama terbiasa diminumin tiap hari. Lagian enak juga ternyata, cuma agak asem aja dan baunya ngga familiar. Selain itu, Kia juga bener-bener jaga pola makan dan tidurnya selama dua minggu itu. Sempet demam sih, cuma sekarang udah sembuh.

"Enak kan kalo udah tau rasanya?" Ledek Papa waktu Kia sekarang udah ngga berekspresi aneh-aneh waktu minum jamunya.

"Iya enak sih lama-lama." Kata Kia sambil duduk di kursi makan, nunggu Mamanya bawain makanan dari dapur.

"Nih kamu minta kangkung kan dari kemarin?" Mamanya Kia menyajikan itu di meja makan, bareng sama lauk lainnya. Mereka bertiga sekarang lagi di rumah Kia, buat ngeliat kondisi Kia yang sempet drop dua hari lalu gara-gara banyak pikiran. Tante Irene lagi ngga enak badan di rumah, jadi cuma Papa yang datang kesini.

"Hehehe makasih Mama." Kia ambil lauknya dengan semangat, di depannya Papa melihat sambil tersenyum. Mama duduk di samping Kia dan ikut memperhatikan putrinya makan. Kia makan lahap banget, mungkin karena lauk ini udah dia idamkan dari kemarin-kemarin. Sadar kalo kelamaan liat Kia makan, Mama dan Papanya akhirnya mulai makan juga. 

Lagi enak makan, tiba-tiba Mama dan Papa berhenti mengunyah waktu denger suara isakan. Mama buru-buru menarik kertas tisu dan ngasih ke Kia yang bahkan masih setengah memasukkan suapan kangkungnya ke mulut, tapi udah mulai berurai air mata. Jadinya mixed feelings antara mau ketawa sama bingung liatnya.

"Kenapa kamu?" Tanya Mama penasaran setelah Kia menghabiskan kunyahannya dan neguk air putih pemberian Papa yang juga agak panik.

"Ah ngga."

"Lah ngga apa-apa kok nangis? Pasti jahenya kegigit ya?" Tanya Papa mengundang tawa, tapi kemudian Kia terisak lagi.

"Ngga. Aku-aku seneng kita makan bertiga lagi."

Suasana siang itu jadinya mengharu biru, dan bukan cuma Kia aja yang nangis sekarang.




🌹🌹🌹

Gamal tidur sebelahan sama Kak Gilang, ngga deng Kak Gilang tidur di bawah pake kasur lipat. Sebenernya cukup aja sekasur berdua, tapi kakaknya itu suka random nendang terus Gamal bangun dengan keadaan udah di lantai. Mendingan mempersiapkan diri aja kalo gitu kan?

LEVEL UP! (Gamal & Ezra next chapter of life)  [✔]Where stories live. Discover now