☁28. Sweet Escape☁

388 44 44
                                    

"Mas."

"Hmm."

"Aku jahat ya?"

Ezra membelai punggung istrinya dengan perlahan, jemarinya sesekali seakan menggambar sesuatu dengan jarinya di sana. Nita yang sejak tadi memunggungi Ezra, sedang berpikir. Sejak berminggu-minggu lalu, Nita merasakan perasaan yang campur aduk. Setengahnya lega, setengahnya lagi membebani pikiran.

"Menurut aku ya, ay." Tangan Ezra sekarang mengusap-usap bahu istrinya yang terbuka. "Kia pasti ngerti, ngga usah terlalu dipikirin."

Nita berbalik menghadap suaminya, tangan Ezra tergantung di udara untuk sesaat. Tapi kemudian menempatkan jemarinya di pipi sang istri. Membelainya, sambil tersenyum.

"Pertanyaannya bukan itu." Nita nahan tangan Ezra, membuat fokus Ezra sekarang hanya pada matanya.

"Kamu maunya aku jawab gimana, ay?"

"Jujur."

Ezra menghembuskan napasnya, bingung harus mulai dari mana membahasnya. Sebagai suami, Ezra tau kok semua maksud dari sikap yang Nita ambil. Ini menyangkut kesehatan mentalnya, ketenangan jiwanya, cuma keadaan yang membuatnya jadi serba salah.

"Ini pendapat aku aja ya, ay." Ezra menghela napasnya sebelum melanjutkan. 

"Kamu jahat, iya. Dia ngga salah apa-apa ay, momennya aja yang ngga tepat buat kamu. Aku kurang setujunya di bagian kamu beneran mutus komunikasi sama Kia lewat apa pun."

Nita sesungguhnya udah tau kalo jawaban suaminya akan seperti itu, toh memang benar adanya. Semua media sosial Kia di blokir, Gamal juga. Bahkan nomor ponselnya juga diblokir, beneran ngga ada komunikasi sama sekali. Nita memang sih izin dulu, tapi ya gimana ya.

"Aku pengennya, kamu ngejauh gini tuh beneran niat dan fokus buat pemulihan dan nguatin diri. Kalo masih banyak pikiran kayak gini, sama aja bohong." Ezra menjentik dahi Nita sampai meringis, kemudian tersenyum simpul. Ezra banyak pelajar dari pelariannya kemarin, memang sih ampuh untuk beberapa hari tapi selanjutnya kita yang menentukan ujung dari sana. Mau terus kabur atau hadapi?

"Pokoknya nanti, kalo second honeymoon kita jadi bulan depan. Aku mau kamu kabarin Kia dan minta maaf dulu, biar liburannya tenang. Buat kamu juga loh, ay."

Nita merenungkan perkataan Ezra, seketika pandangannya membayang. Air mata itu jatuh, lagi. Ezra menyekanya dengan ibu jari, membiarkan Nita menangis sampai tenang. Ternyata ngga butuh waktu lama, karena Nita langsung tersenyum lagi. Dari situ, Ezra tau kok itu pertanda baik.

"Makasih ya, Mas." Senyumnya terkembang, dan Ezra membalasnya dengan menariknya ke dalam pelukan. Menghangatkan mereka berdua dengan kontak fisik antar kulit. Bibir Ezra menghujani pipi istrinya dengan kecupan bertubi-tubi.

"Mas, geliii." Nita sekarang udah tertawa-tawa karena kecupan dari Ezra ngga ada habisnya. Ezra menghentikan serangannya dan mengakhirinya dengan kecupan di kening.

"Janji ya, sama aku."

"Janji apa?"

"Ck, yang tadi."

Nita tertegun sejenak, memikirkan kalimat-kalimat yang suaminya bilang tadi. Harus ya, nanti hubungin Kia lagi dan minta maaf? Nita bisa ngga ya?

"Iya, Mas. Aku coba ya." Jawab Nita akhirnya, menyisakan segaris senyum di bibir. Karena itu, kedua sudut bibir Ezra juga ikut terangkat.

"Nah gitu dong Cah Ayu."  Ucap Ezra sambil menggesekan lembut hidungnya dengan hidung Nita. Istrinya itu senyum sekarang, jarinya menyusuri rahang tegas milik Ezra dengan jemarinya. Mereka bertukar pandang sebentar, sebelum Ezra sibuk mengecupi pipi istrinya.

LEVEL UP! (Gamal & Ezra next chapter of life)  [✔]Where stories live. Discover now