2. Penyitaan Aset

4K 214 4
                                    


Freya berjengit mundur beberapa langkah, handuknya hampir melorot turun akibat terlonjak kaget saat tante dan kakak sepupunya menyerangnya bersamaan.

"Ya ampun Mbak Runi, Tante Mirna! Kalian kok muncul kayak jin, bikin jantungan aja . Aku kaget tahu! Untung jantungku asli bukan kawe." Freya bersungut-sungut protes. Bibirnya maju lima senti. Ia juga mengusap-usap dadanya berulang kali guna menormalkan degup jantungnya yang terkejut ribut.

"Kamu itu mau tunangan, bukan mau ke sirkuit. Jadi pokoknya harus pakai kebaya, bukannya pakai baju balap!" seru si wanita paruh baya yang dipanggil Tante Mirna oleh Freya, dia adalah kakak almarhumah ibunya.

"Baju balapmu kusita dulu. Nggak ada balapan sampai hari pernikahan nanti. Fix, no debat!" Runi mengambil baju balap Freya yang tergantung pada kapstok di dinding. Menyitanya posesif.

Runi adalah kakak sepupu Freya anaknya Mirna. Dia sudah menikah, berprofesi sebagai guru SMA seperti Freya hanya saja Runi mengajar di sekolah berbeda.

"Oh no! Jangan sita aset berhargaku, Mbak!" pekik Freya melayangkan keberatan namun Runi tidak mengindahkannya.

Freya hendak mengambil kembali baju balapnya, tetapi dengan cepat Runi berkelit sehingga si tomboi hanya bisa menatap penuh kerinduan pada baju balapnya. Saudara sepupunya itu keluar dari kamar dengan cepat tanpa menoleh ataupun terenyuh dengan rengek berisiknya.

Runi sudah ditugaskan oleh Anwar untuk melatih Freya mempersiapkan diri menjadi seorang istri setelah pesta pertunangan nanti. Anwar tak mau jika nantinya Freya bahkan tak tahu bagaimana cara menyalakan kompor dan lebih mahir mengganti pelek, kasihan sekali suaminya nanti bukan?

"Cepat sekarang ganti baju! Abis itu Tante bedakkin. Semua peralatan tempur sudah dibawa." Mirna menunjukkan tas jinjing warna pastel di tangannya penuh semangat dengan senyum tersungging.

Seketika Freya membulatkan mata. Baginya memakai make up lebih horor dari berlumur oli mesin. Ia kembali teringat sewaktu wisuda. Wajahnya dirias oleh Mirna, dandanan super menor yang membuatnya memekik horor kala melihat pantulannya di cermin.

Freya juga kesulitan berbicara, bibirnya terus mengatup rapat lantaran sapuan lipstick terasa kaku berkilo-kilo beratnya membebani bibirnya, melebihi beban hidup. Freya bahkan mengumpat pada si pemulas bibir dan mengatakan bahwa memakai lipstik membuat bibirnya terasa ibarat disengat lebah.

"Tante, kali ini, aku sudah berencana mau dandan sendiri." Freya menolak halus, lantaran trauma akan kenangan buruk riasannya saat wisuda. Dan kemarin dia sudah berkirim pesan dengan para sahabat meminta bantuan untuk merias wajahnya.

"Memangnya kamu bisa dandan? Bedak aja enggak pernah pakai. Udah cepetan jangan membantah, dua jam lagi acara dimulai!" tegas Mirna, gegas membuka tas make-up dan mengeluarkan isinya.

"Mirna, itu orang dari katering sudah datang. Abang tak paham mengarahkan mereka menata hidangan. Terus juga enggak ada yang nunggu di depan, Runi lagi nyiapin kue, sedangkan Abang harus pasang petasan buat menyambut." Anwar datang menyela pembicaraan di kamar anak sulungnya, ia berdiri di ambang pintu, tampak kebingungan.

"Waduh, udah dateng ya? Terus ini gimana?" tanya Mirna sambil menunjuk botol alas bedak juga wajah Freya secara bergantian.

"Kemarin Freya bilang padaku sudah bisa bisa dandan sendiri katanya. Iya kan Frey?" ujar Anwar penuh keyakinan. Dia sudah teracuni ucapan anak sulungnya itu semalam selepas ikut-ikutan menonton tutorial make-up di laman Youtube. "Ayo, Mirna. Ini darurat, orang-orang dari katering udah nunggu lama."

"Frey, kamu beneran bisa dandan sendiri?" tanya Mirna meski tak yakin.

"Beneran Tante, aku udah banyak belajar sama teman-temanku juga dari video tutorial yang kutonton akhir-akhir ini, terus temanku juga bentar lagi dateng mau bantuin aku dandan." Freya mengangguk mantap penuh percaya diri.

"Awal yang bagus itu. Biar terbiasa kalau nanti sudah menikah, harus merias diri buat suami. Ya sudah, dandan yang cantik ya."

Mirna bergegas keluar mengikuti langkah Anwar ke depan rumah dan Freya mengembuskan napas lega lantaran terbebas dari cengkeraman tangan posesif perias tebal tanpa ampun.

*****

Sebuah Toyota Alphard warna putih terparkir mulus di pekarangan rumah Freya. Ternyata itu adalah salah satu sahabatnya yang datang. Wanita yang terlihat sedang hamil cukup besar itu bergegas turun, masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar si tomboi setelah memberi salam pada Anwar selaku Bapak Freya juga tuan rumah.

"Frey, sorry banget, aku telat. Jalanan lagi macet," ujarnya langsung.

"Enggak apa-apa kok, aku hampir selesai berdandan," sahut Freya yang sedang menghadap cermin kemudian menoleh ke arah sahabatnya.

Alangkah terkejutnya dia melihat penampakkan Freya setelah ber make-up. Sahabat si tomboi yang bernama Dara itu terperanjat kaget hingga mundur beberapa langkah sembari mengusap-usap dada dan perut buncitnya dengan mata membola sempurna.

Freya tersenyum senang merasa bangga akan mahakarya hasil lukisannya sendiri di wajahnya. Alas bedak dengan warna terlalu terang membaur tak rata, lukisan alisnya menukik bagai clurit, riasan mata belepotan bak goresan krayon anak TK, dilengkapi sapuan blush on warna pink cerah yang terlalu mencolok, juga sapuan lipstik merah menyala ibarat cabai menyilaukan mata. Freya berdandan seperti hendak syuting film horor membuat Dara terkejut bukan kepalang.

"Ya ampun Frey. Untung anakku gak brojol sebelum waktunya!" gerutunya. setengah berteriak sembari masih setia mengusap dada juga perutnya sendiri.

"Gimana riasanku? Udah bagus kan? Aku praktekkin semua yang kamu dan Anggi ajarkan, terus aku juga nonton tutorial make up dari beauty vlogger paling terkenal tadi malam, dan ternyata dandan itu enggak susah," jelasnya penuh percaya diri. Tersenyum senang tanpa dosa, kendati ketika tertawa terdapat noda lipstik tercetak jelas di gigi depannya saking rapinya Freya melukis wajah.

"Rapi pala lu peyang! Bisa-bisa calon suami dan mertuamu pingsan liat kamu kayak artis figuran yang lagi syuting sinetron azab berjudul bangkit dari kubur. Itu mukamu terlalu putih, jadi kayak setan!"

"Lho, tapi kata tutorialnya memang harus milih foundation yang tone-nya lebih terang dari warna kulit," sanggah Freya sok tahu, tiba-tiba ia merasa mahir merias wajah dalam semalam setelah menonton tayangan di laman Youtobe.

"Tapi enggak gini juga kali! Jangan buang-buang waktu, mumpung masih sempat. Kita hapus lagi riasanmu, aku yang akan mendandanimu sekarang."

Dara membuka tasnya, mengeluarkan jenis-jenis peralatan rias modern yang lebih kekinian sesuai dengan yang dipakai para kawula muda zaman sekarang.

"Tapi, menurutku ini udah bagus, sayang kalo dihapus," Freya bersikeras seraya kembali menatap pantulannya di cermin penuh pemujaan pada goresan make-up pertama hasil tangannya sendiri.

"Pokoknya diem dan jangan membantah!"

"Hiyy ... ibu hamil garang!" Freya menggoda sang sahabat sembari cengengesan yang dibalas lemparan pelototan.

Double F (END) New VersionWhere stories live. Discover now