34. Pulen dan Legit

1.8K 87 0
                                    

34. Pulen dan Legit

"Jadi, kapan kalian berangkat ke Lombok?" Runi bertanya pada Freya sembari melepas satu persatu printilan yang bersarang di rambut Freya.

Runi sedang berada di kamar Freya selepas seluruh keluarga Fatih benar-benar undur diri. Membantu membuka tatanan sanggul Freya. Sementara Fatih masih bercengkerama dengan Anwar juga sanak saudara Freya di halaman rumah yang sengaja dipasang tenda dan kursi, juga mengobrol dengan beberapa tamu kenalan Anwar yang berhalangan datang ke gedung pernikahan, sambil menikmati teh dan kudapan di sore hari.

"Jadwal penerbangan kita ke Lombok besok pagi, Mbak. Semoga semuanya lancar." Freya menyahuti sambil meringis-ringis kecil. Puluhan jepit rambut yang ditautkan antara sanggul dan rambut aslinya menciptakan rasa ngilu tak terkira saat dibuka.

"Aww ... pelan-pelan, Mbak. Sakit!" keluhnya kemudian, mengusap-usap kepalanya sembari meringis dramatis.

"Ini sakitnya nggak seberapa, masa baru segini aja sudah jerit-jerit. Gimana nanti pas dibobol gawang?" goda Runi, terkekeh jahil.

"Ih, Mbak sama aja kayak yang lainnya. Itu terus yang dibahas!" Freya merengut sebal bercampur malu.

"Ingat, nanti jangan galak-galak sama suamimu pas diketuk gerbangnya. Walaupun sakit, tetep kudu direspons lemah lembut. Inget ya, lemah lembut, dilarang bar-bar, biar makin disayang suami." Runi memperingatkan lagi untuk yang ke sepuluh kalinya. Tak bosan mengulangi, mengingat Freya ini bukan gadis biasa, yang mutlak harus diberi pengertian secara konsisten.

"Ck, iya iya. Telingaku sampai panas tahu, Mbak!" protesnya. Freya mendesah rendah, memutar bola matanya malas dan mengangguk ragu.

"Bener ya. Jangan cuma iya iya di mulut. Semoga perjalanan bulan madu kalian besok lancar dan selamat sampai tujuan. Barang-barang yang mau dibawa udah disiapin?" tanya Runi setelah berhasil mencabut jepit rambut terakhir hingga akhirnya sanggul berhasil terlepas dari rambut Freya.

"Udah. Mbak. Semuanya udah lengkap. Tinggal barang-barang kecil kayak charger dan powebank." Freya menyugar rambutnya lega setelah beberapa jam tadi bagaikan terpenjara. Membubuhkan bedak bayi seperti saran Runi juga para tetangga. Agar rambut kakunya kembali normal.

"Bagus. Sebaiknya periksa ulang sebelum tidur. Biar besok pagi tinggal tancap gas," kata Runi di tengah-tengah kesibukannya memasukkan sanggul ke dalam kotak milik tukang rias beserta jepitan dan aksesorisnya.

"Aku mau mandi dulu ya, Mbak, gerah banget." Freya mulai membuka kancing kebayanya satu persatu. Tubuhnya lengket bukan main. Berkeringat seharian bukan perkara kaleng-kaleng

"Eh ... tunggu, minum ini dulu." Runi menyodorkan segelas besar jamu rebusan tradisional. Ramuan rahasia yang dibuatkan Marni untuk Freya.

"Ini apa?" Freya otomatis mundur menjauhkan diri, menutup hidung kala aroma rempah menyengat kuat merasuki indra penciumannya.

"Jamu ini buat jaga stamina, biar nggak gampang loyo. Selain itu, juga berkhasiat supaya aroma badan selalu wangi dan segar, plus biar pulen dan legit," jelas Runi sambil menyunggingkan senyum penuh arti. Mengucapkan kalimat tiga kata di ujung kalimat dengan alis turun naik.

"Beneran buat jaga stamina? Tapi, apaan itu pulen dan legit?" tanyanya tak mengerti. Freya masih tetap menutup hidungnya dan menatap sangsi pada isi gelas di tangan Runi.

"Pokoknya yang jelas, jamu ini banyak manfaat dan khasiatnya buat kamu, cepet diminum! Ramuan ini dibuat dengan curahan kasih sayang cuma buat kamu," tegasnya.

Runi tak menerima bantahan, akhirnya Freya menurut saja dan meminum jamu yang terasa sedikit kelat di lidah itu hingga tandas tak bersisa.

"Bagus, sekarang mandi yang bersih ya. Yang wangi."

Double F (END) New VersionWhere stories live. Discover now