AYTS

387 15 0
                                    

Bab 7. Rumah Sakit

Hei, tahu enggak, ternyata pasiennya Dokter Mahdar yang barusan masuk itu istrinya si dokter hot.

Aku sudah tahu kabar ini dari beberapa waktu lalu. Cuma kok bisa setia banget gitu ya? Kebanyakan cowok ganteng dan mapan doyan tebar pesona. Heran juga, si dokter hot yang masih muda, sehat dan bugar begitu bisa tahan godaan. Apa iya enggak tergoda cewek lain? Istrinya memang cantik sih, tapi sayang jalannya pincang. Dengar-dengar, katanya korban tabrak lari.

Mungkin saja istrinya punya sesuatu yang spesial yang bikin dia setia seperti apapun kondisi istrinya.

Spesial sih spesial, tapi masalah urusan desakan hormon pasti tetap butuh penyaluran kan? Aku yakin, pasti ritual goyang ranjangnya terganggu kalau istrinya kayak gitu. Dilihat dari posturnya yang kekar aduhai, Dokter Fatih itu pasti ganas di tempat tidur. Aww … cowok ganteng seksoy begitu sayang kalau dianggurin, aku rela lho walaupun jadi yang kedua, atau simpanan juga nggak apa-apa.

Yakin dokter hot mau? Walaupun istrinya pakai kruk, tetep aja mukamu kalah cakep. Lagian kayaknya dia cinta banget sama istrinya, perhatiin aja tatapannya.

Para perawat yang berlalu lalang di lorong rumah sakit mulai bergosip. Ada yang sibuk cekikikan, ada pula yang berbisik-bisik setelah Freya masuk ke ruangan Dokter Mahdar.

Sudah sekitar empat kali Freya datang ke rumah sakit karena selebihnya ia kontrol rutin ke klinik pribadi Dokter Mahdar untuk memeriksa kondisinya secara berkala. Namun, ada kalanya dokter memintanya datang ke rumah sakit untuk keperluan prosedur pemeriksaan lebih mendetail, jika peralatan di kliniknya kurang memadai.

Freya kini sudah bisa menggunakan kruk, menolak menggunakan kursi roda jika ia merasa mampu terkecuali lelah yang hebat menderanya. Berjalan bertumpu pada tenaga satu kaki dengan bantuan kruk sebagai penopang tidak semudah kelihatannya. Freya harus banyak berlatih dan belajar menyeimbangkan bobot tubuhnya. 

Seandainya Freya dalam keadaan prima dan selentingan seperti tadi sampai terdengar ke telinganya, mungkin para perawat yang bergosip akan menyesal dengan ucapan mereka. Freya yang masih sering main rimba itu pasti akan membalas cuitan nyinyir mereka tanpa ampun, dengan jambakan antagonis nan heroik misalnya. Terlebih lagi pada mulut para bibit pelakor yang berbisik-bisik berniat menggoda suaminya, dipastikan mereka diberi hadiah tambahan, berupa bogeman hangat fresh from the oven, jenis bogem bagi siapapun yang mendapatkannya mampu mengantar hingga terkapar di ranjang rumah sakit.

Dokter Mahdar memeriksa dengan saksama seluruh kondisi tubuh Freya terutama di bagian tulangnya yang patah. Setiap kali kontrol, Fatih selalu berada di samping Freya. Menggenggam tangan sang istri, menguatkan, juga menyemangati. Bahkan Dokter Mahdar memuji, tak menyangka Fatih yang masih begitu muda ternyata merupakan tipe suami yang penuh perhatian. 

“Pemulihan kaki Anda dua bulan ini menujukkan perkembangan signifikan. Ini mengesankan. Pasti juga berkat Dokter Fatih yang merawat penuh cinta. Dokter Fatih tampak jelas sangat bucin pada Anda." Dokter Mahdar berkelakar dengan wajah cerah, sembari memerhatikan hasil rontgen kaki Freya.

“Ah, Dokter bisa saja.” Freya tersipu lalu, lalu melirik Fatih dengan senyum simpul tersungging. “Syukurlah, Dok. saya sudah tidak sabar ingin segera mengendarai sepeda motor lagi,” jawab Freya penuh syukur, disambut Fatih dengan raut gembira yang sama juga usapan lembut di pundaknya. 

“Saya ikut senang. Mulai sekarang terapi fisik akan mulai kita padatkan jadwalnya. Agar kaki Anda pulih lagi kekuatannya. Juga, guna melatih cara berjalan supaya kembali normal. Terapi kita lakukan di klinik pribadi saya seperti biasa. Ada tenaga ahli baru yang sudah saya tunjuk untuk membantu membimbing pelatihan Anda. Tetap semangat, agar Anda bisa berlari lagi secepatnya.”

Double F (END) New VersionWhere stories live. Discover now