22. Tips Ala Freya

1.2K 75 0
                                    

Bab 22. Tips Ala Freya

Gaun selutut warna peach berlengan panjang dengan model kerah kemeja berkancing depan, adalah outfit yang dipakai Freya sore ini. Di bagian pinggangnya dilipit, membungkus tubuhnya terbingkai indah. 

Rambutnya dibiarkan digerai. Menanggalkan kuncir yang biasa dipakainya mengikat seluruh rambutnya. Sepatu kets melengkapi tampilannya, manis dan segar khas gadis muda nan ranum itulah kesan yang tercipta.

Freya yang biasanya selalu tampil sporty, kini banyak berlatih tampil feminin. Riasan tipis tak lupa dibubuhkan. Pulasan lip tint warna oranye menyapu bibir lembapnya. Sebagai sentuhan terakhir disemprotkannya minyak wangi beraroma jasmine berpadu vanilla di beberapa titik nadi. Di belakang telinga, belahan dada dan pergelangan tangan. Sebagaimana Ratu Cleopatra yang legendaris memakai wewangian.

Keberadaan Tania membuatnya menaikkan level waspada. Freya tidak lantas bersantai dan menganggap remeh, untuk itu dia lebih giat tak ingin kalah bersinar. Bagaimanapun juga sebuah hubungan itu harus dipelihara dan dirawat laksana pohon agar tidak layu dan mati. Cinta sebagai benihnya, maka kesetiaan adalah pondasi. Tak lupa dipupuk kasih sayang, disiram dengan rindu bersemoga tumbuh subur dan berbuah manis sesuai harapan.

Freya memilih memesan taksi online sebagai sarana transportasi menuju rumah Fatih kali ini. Sudah hampir dua minggu mereka tak berbagi quality time lantaran sibuk dengan urusan masing-masing. Paling hanya bertemu sekilas saja atau berkomunikasi lewat ponsel. Untuk itu Freya sengaja datang dan mengusulkan terlebih dahulu untuk membuat janji bertemu dengan Fatih. Mumpung ada waktu senggang. 

Di perjalanan, Freya menyempatkan diri mampir sebentar ke swalayan dan meminta taksi online menunggu sejenak di parkiran dengan iming-iming uang tip. 

"Tolong tunggu sebentar ya, Pak. Saya beneran tidak akan lama."

Melesat masuk, secepat mungkin Freya memilih beberapa bahan makanan yang akan dimasaknya di rumah Fatih, sekalian mengasah skill memasaknya yang baru seumur jagung.

Dua ekor Ikan Ekor kuning, dua ikat kangkung, dua bungkus tofu telur adalah bahan-bahan yang dibeli freya, tak lupa bumbu-bumbu seperti bawang bombai dan saus tiram juga bumbu marinasi ikan dimasukkan ke dalam keranjang belanja. Lima belas menit Freya menyelesaikan acara belanjanya dan gegas melanjutkan perjalanan ke rumah Fatih.

Pukul empat sore Freya tiba di rumah Fatih. Biasanya Fatih pulang sekitar pukul lima petang dari rumah sakit. Sedangkan Freya bubar mengajar lebih awal yaitu pukul tiga sore.

Membuka pintu berbekal kunci yang Fatih berikan untuknya, Freya mendorong pintu sembari membawa masuk kantung belanjaan di tangan. Setelah menaruh tas, tak membuang waktu Freya segera ke arah dapur untuk memasak. 

Menggulung rambutnya dan menahan dengan sumpit makan, Freya mengambil apron dari kabinet dapur dan dipakainya untuk melindungi bajunya, supaya saat kegiatan memasak berlangsung bajunya tetap terlindungi.

"Ayo kita mulai," cicitnya ceria. 

Ikan dicuci bersih lalu diberi bumbu marinasi. Kangkung dicuci bersih kemudian disiangi dan tofu telur di potong-potong serasi kemudian digulingkan di tepung bumbu instant sebelum digoreng. Sementara menunggu bumbu ikan meresap, Freya menggoreng tofu yang sudah dibaluri tepung terlebih dahulu, disusul menumis kangkung kemudian barulah menggoreng ikan.

Si Honda Jazz putih terparkir manis di halaman rumah berdesain minimalis milik Fatih. Begitu pintu rumah dibuka, penciumannya disergap aroma sedap yang menguar menggugah selera. Perutnya langsung berbunyi, bahkan lidahnya berliur kini, terlebih lagi Fatih melewatkan makan siangnya di rumah sakit.

Senyum Fatih merekah saat melihat sepatu kets warna hitam milik Freya menghuni rak sepatunya. Ia mencopot jas putihnya juga menaruh tas kerja di sofa, melangkah cepat ke arah dapur di mana irama indah peralatan memasak saling beradu.

Hal tak terduga didapati Fatih di dapur. Kedua matanya membola seraya terperanjat kaget saat mendapati Freya memakai helm di hadapan wajan dan kompor. Laksana Kapten Amerika yang hendak melawan musuh.

"Frey, kenapa pakai helm di dapur?" Fatih yang merasa terkejut sekaligus heran bertanya sembari mendekat. 

Freya menoleh dan tersenyum senang. Dengan santainya ia menjawab, "Ini aku lagi goreng ikan. Minyaknya suka nyiprat-nyiprat, biar aman gorengnya jadi aku pakai helm punyamu."

Tawa Fatih berderai begitu saja. Dia mengikis jarak dan melihat isi wajan. Merangkul pinggang Freya yang sedang memegang spatula masih dengan helm bertengger di kepalanya. 

"Kamu serius bisa nerusin goreng ikannya sampai selesai?" tanya Fatih kemudian, sedikit merasa tak yakin. 

Freya mengangguk mantap. "Ini bentar lagi mateng kok. Kamu mandi aja dulu, abis itu makan malem bareng."

Mengacak rambut Freya, Fatih memilih mengiyakan. "Baiklah, calon istri."

Fatih berlalu masuk ke kamarnya di lantai dua dengan senyuman yang tak henti mengembang. Saraf-saraf di kepalanya yang sempat semrawut akibat ulah Tania di rumah sakit, mulai berkurang ketegangannya saat mendapati kekasih tercintanya menyambut di rumah.

Membuka kemeja juga celana kotornya, dengan cepat Fatih melemparnya ke keranjang cucian. Setelahnya Fatih mengguyur diri di bawah pancuran shower, menikmati setiap tetesan air membasuh kulit mengenyahkan keringat juga lelah, membiarkan tubuh dan pikirannya kembali segar.

Celana chino warna khaki dan kaos hitam polos berlengan pendek membalut tubuhnya sehabis mandi. Otot perut juga lengannya yang terbentuk dalam porsi pas membuatnya semakin menawan. Alih-alih otot yang terkesan menakutkan, lengan dan sixpack Fatih malah membawa rasa aman juga nyaman.

Freya tersenyum melihat tunangannya yang sudah segar muncul di ruang makan dengan kedua tangan masuk di saku celana. Ia tengah menata hidangan di meja beserta peralatan makannya. Freya juga membuat hidangan pencuci mulut berbahan dasar buah-buahan. 

Buah-buahan segar organik dari kulkas milik Fatih yang selalu tersedia di potong kecil-kecil. Ada potongan Apel Royal Gala yang segar dan renyah, Pear Pakam yang manis, anggur merah yang ranum, juga potongan stroberi varietas unggulan disatukan dalam sebuah wadah kaca pyrex. Diatasnya disiram saus yang terbuat dari campuran mayonaise plain dan yoghurt, kemudian parutan keju cheddar lezat tak lupa ditaburkan.

Fatih menarik kursi. Berbinar senang melihat hidangan di atas meja. Sepertinya skill memasak si tomboy mulai menunjukkan perkembangan signifikan. Freya duduk di kursi sebelah Fatih, menyendokkan nasi juga lauk pauknya untuk Fatih.

"Semoga rasanya sesuai. Aku hampir setiap hari belajar masak sekarang, tapi menunya yang mudah saja," ucap Freya sambil menaruh piring di hadapan Fatih. "Ayo, cicipi."

Tak menunggu lagi, Fatih melahap hasil masakan Freya. Raut wajah cerahnya menunjukkan bagaimana rasa yang sedang berpesta pora di mulutnya, memanjakan lidah juga seluruh indra pengecapnya bersorak sorai.

"Mmm ... ini enak. Hanya kurang garam sedikit. Tapi dari pada keasinan lebih baik begini. Aku suka. Kamu juga harus makan ikan." Fatih tahu Freya tidak suka ikan, oleh sebab itu dia sering membujuk. Fatih mengambil daging ikan dengan sendok lalu menyodorkannya ke mulut sang tunangan.

"Aku gak suka ikan!" Freya membekap mulutnya rapat.

"Kamu harus membiasakan diri, demi kesehatan. Apalagi kalau mengandung nanti, nutrisi dari ikan mutlak diperlukan untuk kebaikan janin juga ibunya. Makanya harus berlatih dari sekarang. Ayo, aaa ...."

Fatih tak menerima bantahan jika itu soal nutrisi tubuh, selalu tegas dan mendominasi. Lain halnya dengan penguasaan laju kendaraan di jalanan, sudah pasti Freya lah yang memegang kendali.

"Dasar Dokter cerewet!" Freya akhirnya membuka mulut meski sembari komat-kamit menggerutu. 

"Good girl." Fatih tersenyum senang dan kembali menyumpalkan ikan ke mulut sang kekasih.

Bersambung. 

Double F (END) New VersionWhere stories live. Discover now