43. Ariel

1.2K 120 35
                                    

Bab 43. Ariel

Menjelang petang ini Freya dan Fatih tengah berkutat bersama di dapur. Hendak mengolah menu makan malam. 

Freya meminta Fatih mematikan Ikan Gurame hidup yang dibelinya di pasar, tetapi Fatih malah merasa tak tega melakukannya. 

"Kenapa cuma dilihatin aja dari tadi? Ayang, ayo dong cepetan matiin guramenya. Biar bisa segera dimasak. Nantii kesorean!" titah Freya yang geregetan melihat suaminya malah tertegun seakan tengah kebingungan. 

Fatih membuang napas panjangpanjang,  tampak gamang. Menaruh kembali pisau yang dipegangnya ke atas meja dapur lantas berdiri berhadapan dengan Freya. 

"Frey, aku beneran nggak bisa. Nggak tega matiinnya. Aku merasa jadi penjahat yang merenggut hidup gurame tak berdosa ini," keluhnya terus terang. 

Sungguh, Fatih mendadak kasihan pada si ikan gendut yang tengah berenang tak leluasa di dalam baskom. Menjelaskan pada Freya bahwa selama ini dia selalu berusaha menyelamatkan kehidupan dan sekarang malah diminta mengambil hidup si ikan, sungguh bertentangan dengan hati nuraninya sebagai seorang dokter, walaupun sejatinya ikan tersebut memang garis takdirnya menjadi makanan manusia. 

"Tapi gurame ini kan bukan pasienmu, juga matiin ikan bukan tindakan kriminal. Ayolah, aku harus bergegas memasak." Freya mulai sewot juga gemas, sementara Fatih malah memelas. 

“Kita pelihara aja ya, kasihan. Aku nggak tega.” Begitulah Fatih menyambung kalimat, membuat Freya menepuk jidat tak habis pikir. 

"Lah, terus kita mau masak apa buat menjamu ibu? Aku udah siapin semua bumbunya lho buat masak ikan gurame ini. Aku ingin bikin masakan spesial." Freya menjelaskan sembari menunjukkan mangkuk berisi bumbu masak yang sudah dibersihkan. Terdiri dari bawang bombay, bawang merah dan putih, paprika aneka warna hingga bumbu segar aromatik. 

"Masak yang lain aja ya. Tadi kita belanja bahan makanan lain kan selain ikan hidup ini? Setahuku ada ayam, daging sapi, udang laut dan yang lainnya. Atau bila perlu kita belanja lagi ke swalayan terdekat, mumpung baru jam tiga." Fatih menukas membujuk agar Freya mau mengubah menu. 

Si tomboy sempat menggerutu karena harus bermanuver mengganti menu. Ia berseloroh, jika tahu kejadiannya akan begini, lebih baik tadi meminta supaya penjual ikan saja yang mematikan dan membersihkan guramenya. Dia ingat saran Runi, jika ikan yang masih segar dan langsung dimasak, maka hasilnya akan terasa lebih lezat. Dagingnya gurih manis. Maka dari itu tadi pagi Freya memilih membeli ikan hidup, karena baru akan dimasak untuk hidangan makan malam.

"Hhh, ya sudahlah, aku mau masak ayam aja kalau gitu. Untung tadi belanja banyak. Tapi ayamnya mau dimasak apa? Duh, manuver menu yang mau dimasak itu bikin pusing tahu!" 

Freya mengomel bersungut-sungut, berlalu membuka chiller lemari pendingin dan mengambil satu ekor ayam yang sudah dipotong-potong. Tinggal dicuci bersih di air mengalir setelahnya siap dimasak.

"Jangan ngambek dong, Sayang. Tapi aku betulan tak sampai hati matiin ikannya. Kamu yang paling tahu bahwa hati suamimu ini selembut tofu,"

Mendengar pernyataan Fatih, Freya terkekeh kemudian. Justru sisi Fatih yang lemah lembut juga penyayang inilah yang membuat Freya jatuh cinta sejatuh-jatuhnya pada sang suami. 

Akhirnya mereka bersama-sama membersihkan dan mengisi akuarium kecil yang terbengkalai, bekas Fatih dulu memelihara Ikan Cupang sewaktu masih membujang. Mereka meletakkan akuarium di area dapur bersih dekat jendela, sebagai teman Freya memasak di dapur. 

Fatih dan Freya menamai Ikan Gurame gendut itu dengan nama Ariel, terinspirasi dari nama karakter putri duyung yang merupakan salah satu tokoh Disney. Sepakat memeliharanya bersama-sama. 

“Ibu mau ke sini jam berapa?” tanya Freya yang tengah mengiris bumbu-bumbu untuk memasak ayam goreng mentega. Tadi pagi ia berbelanja banyak bahan makanan segar, cukup untuk memasak sampai seminggu ke depan. 

“Katanya jam lima sore, masih kangen-kangenan sama Rio. Nanti Bang Fahri yang antar ke sini. Katanya Bang Fahri pingin sekalian cicipin masakan kamu,” sahut Fatih yang sedang asyik memperhatikan Ariel berenang malas sambil memberinya makan pakan ikan. 

“Duuh, aku takut masakanku gak enak.” Freya tampak cemas sendiri, mengingat ini adalah kali pertamanya memasak untuk ibu mertuanya. Kekhawatirannya bertambah saat mendengar si kakak ipar hendak ikut mencicipi. 

Fatih menaruh bungkusan makanan ikan. Mencuci tangan di wastafel lalu memeluk istrinya dari belakang. Menopang dagu di pundak Freya sambil mengintip sang istri yang mulai menumis bumbu. 

“Kamu tahu, bagiku hanya ada dua hasil masakan yang paling enak di lidahku di seluruh dunia. Yang pertama buatan ibu dan yang kedua buatanmu,” tutur Fatih manis penuh ketulusan. Tidak dibuat-buat, karena memang begitu kenyataannya. 

Hidangan yang dibuat sepenuh hati dengan membubuhkan cinta di dalamnya, terasa lebih lezat berkali-kali lipat dari masakan hasil chef ternama sekali pun. Seperti masakan semua ibu juga istri yang dipersembahkan untuk orang-orang tercintanya, begitulah yang Fatih rasakan. 

“Beneran? Pasti bohong.” Freya memasang wajah cemberut dengan raut muram. 

"Bener lah. Masa bohong? Mana berani aku bohong sama kamu. Nanti kena usir tidur di luar itu bahaya," kekeh Fatih menggoda, 

"Au ah gelap!" kesal Freya yang sedang dilanda was-was. 

Fatih tergelak kecil. Suasana dapur begitu riuh dan hangat meski yang beraktivitas hanya berdua saja. Dikecupnya gemas pipi mulus sang istri yang wajahnya tengah cemberut itu. 

“Ini jujur dari hatiku. Enggak ada gunanya juga aku bohong sama kamu. Aku yakin, ibu dan Bang Fahri juga pasti suka sama masakan yang kamu buat. Seperti halnya aku,” ujar Fatih, mendukung sepenuh hati supaya Freya percaya diri. Menenangkan kegundahan Freya yang tampak resah. 

"Semoga saja lidah kalian satu selera. Semoga masakanku enggak mengecewakan," ujar Freya mendoktrin dirinya sendiri. 

"Nah, gitu dong, semangat. Mau kubantu apa biar masaknya cepat selesai? Aku bantuin, asal jangan diminta matikan ikan."

Freya kembali tersenyum diiringi tawa geli, teringat beberapa saat tadi sempat berdebat tentang nasib Ariel si Ikan Gurame. 

“Oke. Kalau beneran mau bantu, Ayang tolong siapin dan siangi sayuran yang mau dibikin capcay. Tinggal itu yang belum kusiapkan. Semua sayurannya ada di kulkas."

"Siap laksanakan. Apa aja yang harus disiapin?" tanya Fatih antusias. 

"Siapin wortel, sawi hijau, brokoli, kembang kol jamur tiram, jamur kuping, jamur kancing, jagung muda, kacang kapri, bakso sapi dan jangan lupa daun bawang plus seledri. Tolong jangan lupa dicuci dulu ya sebelum diiris-iris." Freya menjelaskan sembari memotong-motong satu papan tempe juga dua buah tahu putih besar. 

"Ada lagi yang lain?" Fatih menyambung kata antusias. 

Freya menggelengkan kepala. "Udah cukup, tinggal itu aja kok. Bahan buat tempe tahu bacem sama sambal udah siap, Tinggal eksekusi." 

“Baik, Nyonya.” 

Bersambung. 

Double F (END) New VersionWhere stories live. Discover now