Bab 8 & 9

6.4K 141 0
                                    


Double F Bab 8. Terciduk

Freya dan Fatih pindah ke ruang tamu setelah si bungsu Aldo mencerocos dan mengomel sepanjang jalan kenangan mirip bisingnya petasan acara sunat saat tadi memergoki dua sejoli itu saling menempelkan bibir. Aldo langsung menggiring mereka berdua keluar dari kamar. padahal sebelumnya dia sendiri yang memberikan izin pada Fatih menyusul kakaknya ke kamar. 

Di hadapan sang kakak dan calon kakak iparnya. Aldo berseloroh sok tua bahwa Fatih dan Freya sebaiknya menghindari berduaan di dalam kamar, karena pasti mengundang makhluk ketiga untuk datang yaitu setan. Menyelip bagai upil di antara pasangan yang belum sah itu dan membisikkan hal-hal sesat. 

"Untung tadi aku keburu masuk ke kamar.. Eling makanya eling!" omel Aldo galak. 

"Dih, sembarangan! Kamu pikir kakak kesurupan disuruh eling!" Freya balas menyergah, memelotot tak kalah galak. 

"Ini bahkan lebih bahaya dari kesurupan tahu! Kalau kesurupan cuma kemasukan jin, tapi yang tadi itu bisa-bisa kemasukan yang lain!" 

Kalimat Aldo bertepatan dengan katalog lingerie yang mendarat kencang di wajahnya, siapa lagi pelakunya kalau bukan Freya. Si tomboy itu kini berdiri sejajar dengan sang adik, sedangkan Fatih tetap duduk tak enak hati, merasa jadi biang kerok perseteruan adik dan kakak karena request cium-cium mencium itu adalah permintaannya. 

"Masih bocah kelas satu SMA paham apa sama hal-hal kaya gitu? Jangan-jangan kamu suka nonton bokep? Ayo ngaku!" Situasi kini terbalik, Freya yang malah mencecar Aldo. 

Adu mulut adik dan kakak itu akhirnya usai saat Fatih turun tangan menengahi. Menjelaskan bahwa ciuman tadi itu benar-benar insiden dan semua adalah ulahnya. Tak lupa kuota 125 giga dikirimkan ke nomor Aldo sebagai sogokan agar Aldo melunak. Dan Fatih juga berjanji tidak akan mengulanginya lagi di sini, tetapi entah kalau di tempat lain. 

Freya dan Fatih memilih melepas rindu dengan berbincang di ruang tamu. Lagi pula omelan Aldo memang benar, kalau cuma berduaan di kamar berbahaya. Awalnya mungkin mengobrol bertukar kata, tetapi tidak menutup kemungkinan malah berakhir bertukar saliva. 

"Frey, besok kamu libur pelatihan nggak?" Fatih bertanya pada Freya setelah situasi tenang kembali. 

"Besok aku free. Mbak Runi mau ke Ragunan sama suaminya, mumpung libur katanya. Memangnya kenapa?" 

"Aku pengen ngajak kamu membeli perabotan perlengkapan rumah tangga buat melengkapi rumah. Untuk furniture semuanya sudah tidak ada yang kurang, hanya saja peralatan dapur belum lengkap. Setelah menikah aku ingin kamu langsung ikut aku pindah ke tempat tinggalku kini meski rumah tersebut belum lunas. Dan tentu saja harus dilengkapi dulu segala sesuatunya." 

Fatih menjelaskan maksud ajakannya, lantas meneguk kopi hitam buatan Aldo yang ternyata rasanya luar biasa mengerikan saat melewati kerongkongan. Terlalu pahit dan butirannya masih terasa kasar di lidah, sepertinya air yang digunakan untuk menyeduh kurang panas sehingga butiran gilingan kopi tidak larut sempurna. 

Tak mencela minuman di cangkir yang disuguhkan untuknya, Fatih tetap meminumnya meski tak seluruhnya. Tidak ingin mengecewakan si calon adik ipar yang sudah bersusah payah membuatkannya juga sebagai adab tata krama menghargai tuan rumah. 

"Ayo, kita belanja. Mau berangkat jam berapa? Sekalian beli obeng baru, boleh ya?" pintanya antusias dengan mata berbinar. 

"Boleh dong." Fatih mengacak rambut Freya gemas, hampir saja menyosor lagi saking gemasnya.

"Makasih, Ayang. Kamu memang yang terbaik." Freya mencubit sayang kedua pipi Fatih hingga wajah sang kekasih melebar lucu. 

"Oh iya, dua minggu lagi kakakku bakal pindah ke Jakarta," ucap Fatih melanjutkan obrolan. 

Double F (END) New VersionWhere stories live. Discover now