18. Beauty is Pain

922 77 2
                                    

Bab 18. Beauty is Pain

Nisa sedikit kerepotan dengan sandal berhak wedges yang dipakainya. Ia setengah berlari menjauhi pohon nangka tempatnya bersembunyi. Tempatnya diam-diam mengambil gambar Freya yang tengah menunggangi duo kerbau pembajak sawah.

Wanita berbody kurus itu menstarter motornya, gegas pergi dari sana dengan wajah semringah. Setelah sebelumnya mengirimkan rentetan foto ke nomor ponsel ibu mertuanya. Foto Freya yang bermandikan lumpur dan tertawa gembira bersama kerbau juga para pekerja di sawah.

Sarah pasti tidak akan suka jika mengetahui calon menantunya bertingkah serampangan. Setahunya, mertua perempuannya itu sangat menjunjung tinggi sisi feminin wanita yang mengharuskan bersikap kalem dan anggun. Mendapati Freya menyingsingkan celana jeans tinggi-tinggi dan bertelanjang kaki ikut membajak sawah, bagaikan santapan daging empuk bagi Nisa. Sajian yang tak sabar dipersembahkannya kepada Sarah. 

Sarah bersama Wisesa sedang dalam perjalan pulang setelah membeli keperluan untuk menanam padi. Tadi pagi mereka pergi ke pusat kota setelah mengontrol sejenak lokasi sawah yang akan dibajak hari ini. 

Ponsel di tas warna coklatnya berbunyi. Sarah mengambilnya, menggulirkan jari di layar dan membuka kunci password, Sarah lumayan terkesiap kala melihat isi pesan yang masuk. Pesan dari istri si sulung, yang memuat gambar calon istri Fatih sedang berkubang dengan lumpur di sawah. 

Mobil bak terbuka yang dikendarai Wisesa diparkir tak jauh dari lokasi sawah. Dari kejauhan Sarah dapat melihat Fatih tengah memandang memuja pada gadis yang berlumur lumpur. Sarah memandangi lurus lekat-lekat, kedua kakinya terayun ringan mengikuti Wisesa yang sudah berjalan lebih dulu.

"Ibu?" Fatih yang melihat kedatangan Sarah dengan jinjingan di tangan bangun dari duduknya di pematang sawah. Menepuk bagian belakang celana jeansnya guna membersihkan tanah dan rumput kering yang menempel. Melangkah lebar lalu mengambil alih membawakan jinjingan.

Freya yang melihat kedatangan calon mertuanya bukannya menyudahi bergelut di sawah basah, malah tersenyum gembira sambil memanggil dan melambaikan tangan.

"Bapak, Ibu. Lihat, aku naik Si Jalu," teriak Freya sambil menepuk-nepuk kerbau besar yang ditungganginya, begitu senang seolah mendapat mainan baru.

Para pekerja tersentak kaget mendapati juragannya sudah kembali, sedang tertegun menonton sang calon menantu menunggangi kerbau. Terutama dua orang bapak-bapak yang mendampingi Freya membajak.

"Neng, sebaiknya udahan dulu. Biar kami saja yang mengerjakan." Salah satu dari mereka mencoba membujuk, takut diomeli Wisesa maupun Sarah karena membiarkan Freya melakukan pekerjaan berat di bawah terik matahari dan lumpur di mana-mana.

"Eh nggak apa-apa, Pak. Lagian Jalu juga baru aja jinak mau dipegang, saya masih kepingin main sama kerbau lucu ini."

Versi lucu di mata Freya dan di mata gadis lainnya sungguh berbeda. Kebanyakan para gadis akan menyematkan kata lucu pada hewan seperti kucing imut atau kelinci, tetapi bagi Freya, jalu si kerbau jantan gagah dan gemuk tampak lebih lucu dari dua jenis yang tadi. 

Dua bapak-bapak itu saling menyenggol lengan. Menggaruk kepala tak gatal lantaran bingung mencari cara untuk menghentikan Freya. Apalagi kini Sarah melangkah mendekati di sisi sawah. Para pekerja lainnya menelan ludah dengan lutut gemetar, suasana horor makin melingkupi.

Tak disangka, Sarah malah bertepuk tangan dan melambai pada Freya. "Frey, semangat membajaknya, sampaikan salam ibu pada Si Jalu," teriaknya gembira. 

Bukan hanya para pekerja, tetapi Wisesa juga Fatih ikut melongo menyaksikan Sarah yang malah ikut bersemangat.

*****

Fatih dan Freya bertolak dari desa sekitar pukul empat sore. Sarah melepas kepergian putra bungsunya juga calon menantunya dengan berat hati, masih dilanda rindu ingin berlama-lama dengan Freya dan Fatih.

Nisa yang diam-diam datang ke rumah mertuanya sore itu menekuk wajahnya kesal. Menghentakkan kaki saat memperhatikan interaksi Sarah dengan si tomboy yang tampak tetap akrab. Apalagi setelah mengetahui bahwa Sarah malah gembira dan tidak marah pada Freya saat di sawah tadi pagi menyebabkan kepala Nisa terasa mendidih nyaris meledak rasanya.

"Kenapa sih, harus ada gadis kota itu yang datang dalam kehidupan Fatih. Bikin susah saja!" gerutunya yang kemudian berlalu masuk ke area belakang bangunan.

*****

Di hari sore yang begitu cerah, Freya memiliki janji dengan dua sahabatnya untuk pergi ke tempat spa. Ia dan Dara sudah sampai lebih dulu. Memutuskan menunggu sambil mulai melakukan perawatan di ruang spa supaya tidak membuang waktu. 

"Kamu ke mana aja sih? Ditungguin dari tadi baru nongol." Freya bersungut-sungut dengan bibir mengerucut begitu Anggi datang tergopoh-gopoh. 

"Sorry ladies. Terjadi situasi darurat pada pak suami yang tak bisa ditunda, sangat mendesak. Saking mendesaknya rasanya sampai meledak-ledak." Anggi mendaratkan bokong sembari cengengesan penuh arti, mengambil tempat duduk di samping Dara.

"Kita mau perawatan apa? Aku kayaknya mau spa rambut aja deh, keramas melulu kulit kepala jadi berasa kaku." Anggi menyusupkan jemari ke rambutnya sendiri.

"Aku pingin perawatan meni pedi aja deh," sahut Dara yang kemudian memanggil salah satu terapis untuk dilakukan perawatan yang diinginkan. 

"Nyonya. Jenis perawatan untuk Mbak Freya mau pilih apa saja setelah facial ini?" tanya si terapis yang menangani Freya kepada dua wanita sahabat Freya yang keduanya sama-sama sedang hamil itu.

"Berikan paket lengkap saja, perawatan secara keseluruhan. Mulai dari perawatan wajah, massage, lulur, spa rambut, kuku, dan waxing. Jangan lupa perawatan spesial khusus calon pengantin juga. Temanku ini akan segera menikah," sahut keduanya sambil melirik ke arah Freya sekilas.

"Hei, para ibu hamil, kenapa banyak banget? Kalian mau menyiksaku ya! Dan juga apa itu jenis perawatan yang dikhususkan buat calon pengantin? Kenapa kedengarannya nggak asyik!" sambar Freya yang tengah diaplikasikan scrub oleh terapis yang menanganinya. 

"Udah diem aja deh. Nanti juga tahu. Iyakan, Anggi?" Dara menyenggol lengan Anggi. Cekikikan geli melihat reaksi horor Freya. Terlihat tegang untuk melalui serangkaian hal-hal yang sangat tabu bagi si tomboy.

Dua ibu hamil itu menahan gelak tawa. Freya yang lebih akrab dengan cuci steam motor, kini tengah bersimulasi mencuci steam tubuhnya sendiri. Dara yang sering kegerahan karena kehamilannya mulai membesar menggulung rambut panjangnya dicepol ke atas sehingga leher putih jenjangnya terekspos dengan jelas.

"Waw. Sepertinya masih baru?" Anggi tersenyum penuh arti. Telunjuknya mengarah pada dua tanda merah di bawah telinga Dara.

"Haish! Padahal tadi aku sudah bilang jangan di tempat yang terlihat!" Dara menggerutu bangkit menghampiri cermin, mengambil bedak padat dari dalam tas dan mencoba menyamarkannya.

"Para suami sama saja. Bibirnya seperti vacum cleaner. Untung saja suamiku tak meninggalkan jejaknya di tempat yang terlihat, hanya saja bagian-bagian tersembunyiku yang kini bertransformasi seperti macan tutul." Anggi menimpali dengan entengnya sambil bersilang kaki.

Freya yang sedang di facial memutar bola matanya kesal dan berteriak," Hei kalian! Topik obrolan macam itu? Aku ini masih ting-ting!" protesnya geram karena kini otaknya mulai ikut berkelana.

Empat jam lamanya mereka baru selesai dari tempat spa. Sebetulnya yang memakan waktu lama adalah perawatan si tomboy yang baru pertama kalinya menginjakkan kaki di tempat semacam ini. Sepanjang perawatan berlangsung tak hentinya protes meluncur dari mulut Freya, terutama saat waxing. Dia bahkan terus mengumpat akibat rasa sakit yang ditimbulkan saat bulu-bulu di kakinya dibersihkan.

"Perawatan apanya. Ini lebih cocok disebut penyiksaan!" cerocos Freya begitu semua prosedur perawatan selesai.

"Kamu harus ingat dengan motto ini. Beauty is pain. Dan itu sakitnya cuma secuil, nggak sebanding dengan sakit terjungkal dari trailmu. Jadi biasakanlah, oke," jawab para sahabatnya memberi penjelasan dengan sabar.

"Eh, aku pulang duluan ya, udah dijemput ayang dokter." Freya berpamitan terlebih dahulu saat melihat Honda Jazz putih memasuki halaman parkir tempat spa. Berlari kecil menghampiri calon suaminya. 

Bersambung. 

Double F (END) New VersionМесто, где живут истории. Откройте их для себя