37. Honeymoon

1.4K 72 0
                                    

Bab 37. Honeymoon

Di pagi buta, Fatih membersihkan diri terlebih dahulu, sementara Freya masih terlelap bergelung selimut. Setelah mengguyur diri dan berganti pakaian dengan celana joger warna khaki dipadu kaus oblong hitam, Fatih melirik ke arah tempat tidur kala mendengar gemerisik gesekan antara selimut dan seprai. 

Mendapati istrinya menggeliat manja baru saja terbangun dari tidurnya, Fatih duduk di tepi ranjang dan membelai kepala Freya lembut. 

"Hai, Baby." Fatih membungkuk, mendaratkan kecupan mesra di kening Freya. 

"Jam berapa ini?" tanya Freya serak, mengintip penunjuk waktu di dinding dengan kedua mata belum terbuka sempurna. 

"Jam empat tiga puluh pagi," jawab Fatih sambil mengamati istrinya yang mengucek mata serampangan. 

Fatih berusaha mati-matian mengalihkan pandangan lantaran selimut Freya tersingkap cukup lebar saat menggeliat tadi. Si dokter muda harus menahan diri untuk tidak serta merta menerjang raga menggiurkan wanita tercintanya yang tadi malam dikecup sekujurnya dengan penuh pemujaan. Apalagi setelah mencicipi surga dunia semalam, membuatnya ingin terus mengulangi. 

Semalam setelah pertempuran kedua, istrinya itu menggerutu tiada henti, lantaran yang disebut Fatih dengan belajar adalah mengulangi hal serupa sementara bagian pusat dari diri Freya masih berdenyut perih. 

Kendati tak dipungkiri, bagi Freya semalam adalah pengalaman terbaik yang pernah ada. Memanglah rasanya sakit, tetapi tak sebanding dengan luapan bahagia yang tercipta. Akhirnya bersatu jiwa dan raga dalam ikatan yang sah bersama sang kekasih sungguh indah tiada tara. Begitu pula dengan Fatih, yang sesudah peleburan dua tubuh juga dua jiwa menjadikan rasa cintanya untuk Freya semakin membuncah-buncah tumpah ruah. 

Freya bangun dan beringsut duduk menyandarkan diri di dada Fatih. Wangi sabun beraroma musk menyerbu indra penciumannya, membuatnya semakin betah bermanja di sana. 

"Ayang, aku pengen mandi," ucap Freya yang merasakan tubuhnya lengket di mana-mana, berasal dari jejak keringat bercampur cairan lainnya terasa menempelinya kuat. 

"Mau kumandikan?" goda Fatih yang kini memeluk melingkarkan lengan. 

"Dih, memangnya aku bayi," sahut Freya terkekeh. "Aku pengen mandi, tapi kayaknya ngeri mau ke kamar mandinya." 

"Kenapa ngeri? Jangan-jangan kamu takut tentang seputar mitos hantu di kamar mandi?" imbuh Fatih yang tergelak ringan kini. 

"Hih, bukan gitu." Freya merajuk sembari menyikut perut berotot Fatih, yang dibalas dengan kecupan di puncak kepala Freya juga pelukan yang mengerat. 

"Duh gimana jelasinnya ya." Freya menggigit bibir bimbang, antara berterus terang secara gamblang atau tidak, tetapi suatu rasa tak nyaman yang menderanya nyata adanya. 

"Ngomong aja, ada apa hmm?" 

"Ini, anu ngeri ... ngeri jalannya. Itu, itunya masih sakit banget rasanya. Apa mungkin bengkak?" cicitnya polos sambil menelengkan kepala menatap Fatih. Raut wajahnya tampak cemas sekaligus malu. 

"Mau kuperiksa?" Fatih melipat bibir menahan tawa. Begitulah Freya, dengan segalanya pemikirannya yang terkadang berbeda dari isi kepala wanita lainnya, dan justru itulah yang membuat Fatih semakin cinta. 

"Caranya?" 

"Ya harus kulihat langsung dari jarak dekat, biar bisa diperiksa dengan jelas." Fatih mengurai pelukan, hendak beranjak menyingkirkan selimut yang disambut pekikan sengit Freya. 

"Jangan! Nggak usah diperiksa!" Wajah Freya merah padam, ia masih belum terbiasa akan keintiman yang begitu dalam ini, apalagi jika harus membuka kaki dan membiarkan Fatih menonton pusat tubuhnya secara gamblang hanya untuk diperiksa. 

"Tapi kalau tidak kuperiksa, gimana kita bisa yakin memang bengkak atau nggak? Aku ini dokter lho, Baby," ujar Fatih mengingatkan kalau-kalau istrinya itu lupa. 

"Ish, pokoknya jangan! Tolong, gendong saja aku ke kamar mandi," pinta Freya yang mengangkat kedua lengannya. Meminta digendong. 

"Apapun untukmu, istriku." 

Fatih meraup Freya ke dalam gendongan beserta selimut yang membungkus dan membawanya masuk ke kamar mandi. 

Di dalam kamar mandi, Freya tak henti mengumpat hingga terdengar ke area sofa di mana Fatih sedang duduk membalas pesan ucapan selamat dari rekan-rekannya. Istrinya itu menggerutu sambil sesekali menjerit kecil saat ia tengah membuang air kecil yang ketika mengalir keluar menciptakan sensasi perih tak terkira. 

***** 

Tiga hari pertama dihabiskan pengantin baru itu mendekam di kamar hotel dan menunda agenda berjalan-jalan. Selain karena pergulatan yang kerap kali diulangi serupa lagu favorit, Freya juga merasa cara berjalannya aneh akibat dari serangan bertubi-tubi yang dilancarkan padanya oleh sang suami yang kini berubah menjadi bayi besar. Sangat suka menempelinya dan berulah layaknya bayi manja yang meminta jatah nutrisinya tiada henti. Maklum pengantin baru, sedang hangat-hangatnya. 

Seperti sekarang ini. Freya duduk berselonjor kaki dan menyandarkan punggung setengah berbaring terlentang di kursi rotan panjang yang terdapat di serambi hotel sedangkan Fatih bergelung manja dipelukannya. Mereka tengah menikmati eloknya laut di pagi hari menunggu matahari terbit, tersaji langsung dari area serambi privat kamar hotel yang mereka tempati. 

"Ayang, nanti siang aku kepingin diving. Di jadwal honeymoon yang kita sepakati, ada sesi menyelam ke Gili Trawangan. Udah tiga hari ngerem terus di kamar. Masa jauh-jauh ke sini cuma buat ngamar doang?" cicit Freya dengan mata memandang lepas ke hamparan lautan indah. 

"Tapi kita juga tiga hari ini tak henti menyelam, hanya saja medannya berbeda," sahut Fatih, kekehan renyah terdengar mengiringi. 

Freya sedikit menunduk lalu mencubit hidung mancung Fatih. "Hih, dasar! Itu menyelam gaya batu! Lagian nggak ada ikannya, cuma ada cebongmu!" dengus Freya cemberut. 

"Tapi sama-sama ada yang berenang juga kan, walaupun bukan ikan?" Fatih berkilah, melirik Freya dengan senyum dikulum. 

"Diem deh!" dengus Freya merajuk, bibirnya mengerucut maju lima senti. 

"Iya, iya. Nanti siang kita pergi menyelam. Lagi pula aku juga harus meregangkan otot pinggangku yang terasa sedikit pegal." Fatih berucap dengan nada menggoda dan mengeratkan pelukan. 

Freya merotasikan bola matanya sebal. "Aku juga pengen beli oleh-oleh, buat orang rumah, buat keluarga di Kuningan, buat sahabatku, sama teman-temanku di tempat kerja. Gimana kalau sepulang diving kita sekalian berbelanja?" usul Freya. Ia ingin secepatnya membeli buah tangan mengingat waktu mereka di Lombok tidak lama lagi, hanya tersisa dua hari ke depan. 

"As you wish, Nyonya Fatih," sahut Fatih yang kemudian mengecup sekilas bibir Freya dan kembali bergelung dipelukan. 

Bersambung.

Double F (END) New VersionWhere stories live. Discover now