38. Janggal

1K 72 0
                                    

38. Janggal

Acara liburan bulan madu telah selesai. Sudah waktunya si pengantin baru bertolak kembali pulang. Aktivitas rutinitas sudah menyongsong lagi setelah keduanya mengambil jatah cuti. 

Kemarin malam mereka sampai di Jakarta. Langsung tancap gas pulang ke kediaman mereka. Saking lelahnya, keduanya menghempaskan tubuh di peraduan setibanya di rumah. Membiarkan koper juga oleh-oleh di bagasi mobil tanpa menurunkannya.

Fatih dan Freya luar biasa lelah. Bukan hanya karena selepas menempuh perjalanan melintasi lautan, tetapi ditambah juga memadu kasih tak henti serta berjalan-jalan mengeksplorasi eloknya tanah Lombok menjadikan stok energi mereka cukup terkuras. Alhasil daksa mereka memaksa meminta haknya beristirahat penuh setelah hampir satu minggu lamanya diforsir tiada henti.

Fatih dan Freya tertidur saling berpelukan. Tak ada kegiatan bergelora, hanya saling mendekap penuh cinta dalam buaian lelap.

Pagi-pagi sekali mereka sudah membersihkan diri. Aktivitas kerja masing-masing baru akan dimulai lusa, karena jadwal cuti masih tersisa dua hari. 

Freya menyiapkan sarapan sederhana selagi Fatih mengganti baju. Mereka belum sempat berbelanja, Freya membuat sarapan dari bahan-bahan yang tersedia di dapur saja. Ia mengolah dua mangkuk oatmeal cepat masak lalu diberi toping blueberry juga Pisang Cavendish yang sudah dipotong kecil-kecil. Dilengkapi dua gelas susu rendah lemak yang sudah dihangatkan terlebih dahulu.

Fatih yang sudah rapi turun ke lantai satu. Gegas menuju ruang makan yang terletak satu ruangan dengan dapur bersih. Dia mendekat dan merangkul Freya yang tengah menuangkan susu dari panci penghangat.

Semenjak menikah, daya magnet yang berpendar dari tubuh Freya menarik Fatih semakin kuat. Ingin terus menempel, seolah direkatkan lem berkualitas tinggi melebihi power glue.

"Bikin apa?" tanyanya sembari melongokkan kepala. 

"Cuma bikin sarapan dari bahan yang ada aja. Abis sarapan kita turunin barang dari bagasi terus berbenah bungkusin oleh-oleh. Biar siang nanti bisa kita anterin."

Freya mengurai pelukan setelah mengecup sekilas bibir hangat sang suami. Ia menarik kursi begitu pun Fatih. Dua sejoli itu menikmati sarapan pertama di rumah ini dalam naungan status suami istri. Sesekali obrolan ringan menyelingi, membahas tentang rencana masa depan rumah tangga mereka.

"Sebaiknya kita punya anak berapa?" ujar Fatih di tengah-tengah kegiatan makannya.

"Mmm, lebih baik sesuai dengan program pemerintah aja. Dua anak cukup," sahut Freya yang masih fokus menyendok isi mangkuknya.

"Kok dua? Aku pengennya banyak. Sebelas mungkin."

"Ish, kau anggap aku ini pabrik anak!" Freya menghentikan kunyahan, mendelik sengit. 

"Bukan gitu, Baby, tapi aku sangat suka membuatnya denganmu." Fatih mengedipkan sebelah matanya nakal. "Jadi kita buat banyak-banyak saja, supaya kalau mudik ke Kuningan, rumah besar bapak nggak sepi lagi."

"Pokoknya dua!" serunya galak. 

"Sepuluh," sambar Fatih.

"Nggak! Lagian nanti yang bunting sama melahirkan itu aku, bukan kamu."

"Lima, Oke?"

Demi menyudahi perdebatan jumlah anak akhirnya Freya mengangguk saja. lagi pula jika tidak segera diiyakan Fatih akan terus merengek sampai dirinya bosan dan akhirnya menyerah menyetujui. 

"Oke, deal."

Pukul satu siang mereka sudah bersiap pergi untuk mengantar oleh-oleh dan berencana berbelanja sembako ke swalayan setelahnya. Fatih tengah memasukkan beberapa paper bag berisi oleh-oleh ke jok belakang.

Double F (END) New VersionWhere stories live. Discover now