AYTS

158 10 0
                                    

Bab 5. Menyembunyikan Kenyataan

Para orang tua berpamitan pulang siang harinya, setelah Bi Oda, yakni istrinya Mang Nanang tiba di vila. Sarah tak hentinya berceramah kepada Bi Oda tentang kondisi Freya, mewanti-wanti agar hanya diberikan yang terbaik untuk menantunya mulai dari makanan juga keperluan lainnya.

"Semoga betah di sini, Sayang. Cepatlah sembuh. Nanti kalau sudah sehat betul, kita potong kerbau dan selamatan di Kuningan." Sarah memeluk Freya dan mengecup pipi sayang menantunya.

"Do'akan ya, Bu. supaya aku bisa segera berlari lagi."

"Selalu, Frey, selalu." Sarah mengusap kepala Freya dan kini bergantian Anwar yang melakukannya. Berpamitan juga menitipkan si sulung pada suaminya.

"Jaga Freya. Jangan sia-siakan kepercayaan Babeh," pesannya pelan namun tegas pada Fatih.

"Pasti, Beh. Freya segalanya buatku."

Para orang tua undur diri meninggalkan kediaman Fatih dan Freya. Melambaikan segenap cinta juga untaian do'a terbaik untuk putra putri mereka.

"Frey, sebentar lagi aku mau ke rumah sakit tempat kerja baruku, mungkin langsung ikut praktek sebentar sekalian perkenalan. Juga, pimpinan rumah sakit meminta kelengkapan berkas-berkas data pribadiku yang belum kulengkapi. Kamu enggak apa-apa kan kutinggal? Cuma ditemani Bi Oda sama Mang Nanang?" jelas Fatih yang mendorong kembali kursi roda Freya ke dalam rumah.

"Pergi aja. Sebagai kepala rumah tangga kamu harus pergi bekerja. Aku enggak mau ya, punya suami mokondo pengangguran!" sungut Freya berbalut canda, yang dalam kalimatnya tersirat maksud ingin mengurangi kadar kecemasan Fatih padanya.

"Apa itu mokondo?" tukas Fatih tak paham.

"Modal anu doang!" Freya terkekeh, sembari mengkerling nakal ke arah resleting Fatih.

"Hei enak saja. Mohon maaf nona manis, aku bukan gigolo!" sergahnya sengit.

Freya terkikik geli, yang dibalas Fatih dengan kecupan gemas bertubi-tubi di seluruh wajahnya.

"Udah sana berangkat. Jangan cium-cium pipiku terus, aku bukan bayi gembul!" protes Freya di sela-sela tawanya.

"Oke, oke. Aku siap-siap sekarang. Kalau butuh apa-apa, jangan sungkan panggil Bi Oda untuk minta tolong." Sebelum mendorong pintu kamar, Fatih berhenti sejenak dan memanggil istri Mang Nanang.

"Bi, Bi Oda?"

"Iya, Den." Bi Oda datang tergopoh-gopoh dari arah dapur, masih dengan lap serbet di tangan.

"Bi, sebentar lagi saya mau keluar. Jaga Freya baik-baik dan pastikan jangan jauh-jauh darinya, mengerti?" titah Fatih tegas.

"Siap, Den." Bi Oda mengangguk patuh penuh semangat membara.

Fortuner hitam mengkilap edisi terbaru terparkir manis di pelataran salah satu rumah sakit internasional di kota Bandung. Disusul sosok menjulang tinggi rupawan berkulit perunggu yang turun dari jok kemudi. Celana panjang hitam yang juga dipadu kemeja hitam membungkus tubuh atletisnya, dilengkapi sepatu Adidas model kekinian berwarna senada yaitu hitam berpadu putih.

Mobil yang hari kini dikendarainya adalah pemberian Wisesa, dengan pertimbangan kondisi Freya yang agak kesulitan jika harus naik mobil mini seperti Honda Jazz miliknya, maka dari itu para orang tua sepakat membelikan satu unit mobil yang lebih luas kabinnya demi kenyamanan Freya.

Semenjak menikah. Biasanya Fatih menolak jika orang tuanya memberikan hal-hal yang menurutnya tidak murah. Namun sekarang, ia menerima semua curahan kasih sayang orang tuanya baik itu moril maupun materil, demi kesembuhan Freya apapun akan dilakukannya termasuk menerima semua bantuan Wisesa juga Sarah.

Para perawat mengkerling genit begitu Fatih menginjakkan kaki di dalam gedung menuju ruang kepala rumah sakit. Beberapa bahkan berbisik-bisik lalu memekik histeris melihat kemunculan Fatih di sana. Beramai-ramai menebak, apakah dokter baru ini masih single atau sudah beristri.

Setelah selesai dengan penyerahan berkas. Di sana Fatih juga bertemu Tania, adik dari mantan kakak iparnya yang ternyata bekerja di rumah sakit yang sama. Tania menyapa serta bertanya tentang kabar Freya.

"Bagaimana perkembangan kesehatan Kak Freya, Bang?"

"Semakin baik. Kamu betah jadi perawat di sini?"

"Betah banget. Dan sekarang aku juga sudah jadi karyawan tetap. Jadi gajinya semakin besar," sahut Tania antusias.

"Baguslah, aku ikut senang. Di mana ruangan Dokter Mahdar?" Fatih bertanya sembari mengedarkan pandangan.

"Dokter Mahdar yang spesialis tulang itu ya? Di lorong gedung sebelah kanan Bang, masih di lantai satu. Nanti ada pintu warna biru."

"Oke, makasih ya."

Fatih gegas ke tempat yang dimaksud untuk bertemu dengan dokter yang akan menangani pemulihan Freya. Setelah mencari beberapa saat, tibalah ia di depan ruangan tersebut, mengetuk dan masuk setelah suara dari dalam mempersilakan.

"Dokter Fatih?" sapa dokter paruh baya yang sebagian rambutnya sudah mulai memutih itu, kira-kira umurnya di angka lima puluhan.

"Benar, Dokter. "

"Selamat datang dan silakan duduk. Saya sudah menerima rekam medis istri Anda dari para dokter di rumah sakit Satya Medika Jakarta yang menangani sebelumnya, juga jadwal untuk terapi sudah saya kirimkan ke email Anda. Hanya saja ada hal krusial terkait kondisi istri Anda efek dari kecelakaan tersebut. Apakah Anda sudah mengetahuinya secara terperinci?" Tak berbasa basi, Dokter Mahdar langsung bertanya tidur the point, sedikit menurunkan kacamata bacanya pertanda dia sedang sangat serius.

"Sudah, Dok. Saya sudah mengetahuinya secara detil," jawab Fatih sembari mengangguk muram.

"Lalu, apakah istri Anda juga sudah tahu tentang kondisinya yang sesungguhnya? Bahwa rahimnya cedera cukup parah akibat benturan hebat saat kecelakaan terjadi, juga obat-obatan dosis tinggi yang dikonsumsinya kemungkinan akan menyebabkan efek samping lain seperti sulit mengandung?"

Fatih menunduk dan mendesahkan napasnya berat. "Tidak, untuk sekarang belum saatnya dia tahu, Dok. Saya hanya ingin Freya fokus pada penyembuhan kakinya dulu, dan setelah kakinya pulih barulah kita beralih ke tahap pemulihan rahimnya. Saya takut semangatnya untuk sembuh surut dan terpuruk jika dia tahu kondisi rahimnya yang sebenarnya."

Bersambung.

follow instagramku di @Senjahari2412 thank you 💜.

Double F (END) New VersionDove le storie prendono vita. Scoprilo ora